BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan derajat paling tinggi diantara makhluk hidup manapun yang ada di belahan bumi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kehidupannya manusia melewati tahap-tahap perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sikap permisif tersebut lebih ditunjukkan secara terbuka dikarenakan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia dan sempurna, di mana dari sekian makhluk hidup yang tercipta, manusialah yang memiliki akal serta budi pekerti dan derajat paling tinggi diantara makhluk hidup manapun yang ada di belahan bumi. Manusia diciptakan dengan dua jenis yang berbeda, yaitu jenis kelamin wanita atau perempuan dan jenis kelamin laki-laki atau pria untuk saling melengkapi satu sama lain. Seiring perkembangan jaman serta kemajuan teknologi di era globalisasi saat ini, kodrad manusia tidak lagi berjalan pada rel yang semestinya sebagai makhluk sosial yang beradab. Terkadang manusia sendiri lebih mementingkan ego pribadi, kepentingan individual, serta bersifat ingin menang sendiri dan terkesan meremehkan sesamanya. Banyak dampak dan hal yang melatarbelakangi perilaku manusia yang menyimpang dari rel yang semestinya, hal ini sering terjadi dan dijumpai pada remaja putra putri yang masih tergolong belia. Remaja merupakan masa dimana individu melepaskan diri dari masa anak-anak dan merupakan masa dimana individu mencari jati diri mereka sendiri (Santrock, 2002). Tingkat pergaulan remaja masa kini dapat dikatakan tergolong bebas dan disalahgunakan oleh remaja putra dan putri, sehingga dapat menimbulkan hal-hal yang bisa berdampak negatif pada kehidupan serta masa depan mereka. Pergaulan masa kini serta perkembangan hidup sosial pada remaja putra dan putri saat ini lebih banyak tersentuh pada perkembangan serta kemajuan teknologi yang sudah disalahgunakan oleh mereka sendiri. Remaja lebih ingin mengenal hal-hal baru yang belum pernah mereka jumpai atau bahkan hal-hal baru yang baru saja mereka dapati melalui pergaulan masa muda mereka. Gejolak dan hasrat jiwa muda yang

terkadang membuat remaja lupa diri dan mampu menjerumuskan mereka pada hal-hal yang tergolong nekat serta dapat merugikan diri sendiri, keluarga, serta masa depan. Masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, serta mulai berinteraksi dengan dunia luar dan hal hal yang tergolong baru, hal ini pada umumnya sering mendominasi para remaja putra putri dalam berpikir sehingga mereka tidak lagi merasa di bawah tingkat orang tua (Hurlock, 1998). Masa remaja merupakan masa yang sangat labil dan masa yang selalu ingin mencoba hal-hal yang baru sehingga hal ini dapat mengakibatkan perubahan karakter serta perilaku yang cepat pada anak usia remaja. Remaja yang berada dalam masa transisi yang tergolong labil ini sangat rentan terjerumus dalam dunia pergaulan bebas dan mudah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan sosial dan budaya. Pergaulan bebas membuat para remaja dapat melakukan perilaku-perilaku negatif yang merugikan diri sendiri, keluarga, kesehatan serta berdampak pada lingkungan, Bangsa dan Negara. Pada era modern saat ini usia masa remaja sering dijumpai dan terjadi kematangan seksual, yang diikutsertakan dengan timbulnya atau hasrat dorongan seksual yang antara lain berupa ketertarikan pria terhadap wanita atau lawan jenisnya (Setiono, 2011). Salah satu perilaku yang beresiko tinggi dan sering terjadi dalam kehidupan remaja yaitu seksualitas. Memasuki gerbang remaja, terkadang cenderung susah diatur serta berkemauan keras, meskipun dalam ruang lingkup keluarga. Kecenderungan dalam berpikir serta ingin mencoba hal-hal baru yang dilihat dan sering dijumpai, dapat mendorong gejolak jiwa dan hasrat pada remaja tanpa memikirkan dampak yang terjadi. Perkembangan teknologi membuat remaja sangat mudah dipengaruhi oleh media massa yakni internet, film, musik, dan lain sebagainya. Di salah satu provinsi bagian timur Indonesia yakni Nusa Tenggara Timur, tepatnya kota Kupang (Pulau Timor), semakin meningkatnya perubahan dan tingkat pergaulan remaja

putra maupun putri. Remaja-remaja ini mulai tidak taat pada aturan serta norma yang berlaku, mulai dari lingkungan sekolah mereka yakni dengan membentuk team atau perkumpulan geng antar siswa. Perkumpulan tersebut dibangun bukan berdampak positif bagi diri mereka, namun semata mata hanya untuk mencari popularitas, persaingan, dan bentuk pergaulan yang mencolok dan lebih bersentuhan pada hal yang negatif. Banyak juga dari pemaja putra putri yang masih tergolong belia ini, sering berada di tempat hiburan malam (night club,) bar atau diskotik yang berada di Kota Kupang. Menurut Anaboeni.,F.U.R, 2012 dalam Talora online dikatakan bahwa seks bebas di beberapa kalangan masyarakat Kupang juga telah menjadi bagian dari gaya hidupnya masing-masing, terutama di kalangan remaja dan pemuda. Hal ini diungkapkan Daro (nama samaran) seorang pegawai muda di Gedung Keuangan Negara Provinsi NTT saat dimintai informasi lewat e-mail. Selain sebagai pegawai kantoran, Daro yang masih lajang mengaku sebagai salah satu bagian dari kaum berpemahaman free sex not bad. Daro juga mengaku sering melakukan hubungan intim terkhusus dengan teman kencan dari kalangan remaja. Dia memberikan informasi bahwa di kalangan remaja Kota Kupang free sex adalah salah satu bentuk pencarian jari diri. Hal ini dikarenakan salah dalam bergaul. Saat ditanya apakah kaum mudi menginginkan uang layaknya seorang pelacur dari teman kencannya? Daro menjawab kalau mau dibilang untuk mencari uang tidak juga karena latar belakang kehidupan mereka adalah keluarga yang berada dan tidak berkekurangan. Hasil baseline survei yang dilakukan OTMI (OnTrack Media Indonesia) tahun 2014 dengan melibatkan 450 pelajar di 16 sekolah di NTT menunjukkan banyak remaja di masingmasing sekolah yang didatangi tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan hampir setengah dari 450 itu telah terekspos pornografi (dari internet dan media lainnya) dan melakukan aktivitas seksual (nasional.harianterbit.com). Pergaulan pada remaja di Kupang

juga sangat dipengaruhi oleh teknologi berupa media masa yang disalahgunakan oleh para remaja. Bentuk serta tingkat pergaulan remaja putra putri kota Kupang yang cukup sudah melampaui batas ini, seharusnya tidak terjadi pada usia yang masih belia. Remaja yang harus banyak belajar dan meraih ilmu setinggi-tingginya ini, cenderung tidak melakukannya dengan baik dan berhati-hati sehingga begitu mudah terjerumus pada hal-hal yang negatif. Pergaulan remaja yang sudah terkesan bebas, berdampak pada salah satu hal yang berkaitan dengan kenalakan remaja. Kenakalan remaja tersebut menjurus pada seks bebas dan berujung kehamilan di luar nikah dengan usia yang belum matang dan masih sangat rentan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 200 responden di tiga daerah di NTT yaitu Kota Kupang, sekitar 30 persen lebih remaja saat ini sudah berhubungan seks pada usia 14 sampai 20 tahun (Seputar-NTT.com, 2013). Menurut pandangan agama, hubungan seks di luar perkawinan bukan hanya dianggap tidak baik, tetapi juga tidak boleh ada, bahkan sering dianggap tidak pernah ada (Sarwono, 2013). Kasus kehamilan di luar nikah yang terjadi pada remaja saat ini, sudah sangat marak terjadi di Indonesia terutama di lingkungan sekitar. Kenyataan yang dirasakan bahwa kehamilan pada remaja makin meningkat dan menjadi masalah serius. Kehamilan yang tidak diinginkan adalah suatu kehamilan yang terjadi karena suatu sebab sehingga keberadaannya tidak diinginkan oleh satu atau kedua calon orangtua bayi tersebut (Setiono, 2011). Pada akhirnya masalah kehamilan remaja mempengaruhi diri remaja itu sendiri dan dari masyarakat, mereka mendapat tuduhan telah berperilaku di luar norma dan nilai-nilai yang tidak wajar. Ini dapat memberikan konflik bagi remaja seperti masalah putus sekolah, psikologis, ekonomi, dan masalah dengan keluarga serta masyarakat di sekitarnya. Pasangan remaja yang masih belia tidak memliki kesiapan apapun dalam tingkat usia yang belum matang.

Wakil Walikota Kupang, Hermanus Man, yang ditulis oleh NTTTERKINI.COM pada hari selasa, 26 Januari 2015 dalam sambutannya pada pelantikan pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Kupang masa bakti 2014-2017 mengingatkan agar KNPI memperhatikan masalah HIV-AIDS di daerah ini. Masalah HIV/AIDS, Narkoba, Hamil di luar nikah dan penggangguran kandungan yang presentasinya semakin meningkat justru kebanyakan dilakukan kaum muda. Kenakalan pada remaja sudah marak terjadi, penyebab dan dampak pergaulan remaja putra putri adalah pengaruh internet yang sangat kental dan bebas serta mudah diakses. Remaja mengakses situs-situs dewasa yang belum layak ditonton menggunakan smartphone kepunyaan pribadi, hal tersebut dapat dirasakan dampaknya dan terbawa dalam kebiasaan pacaran yang tidak sehat. Menimbulkan rasa ingin mencoba serta mempraktekan secara langsung membuat para remaja menjadi lebih yakin untuk melakukan seks bebas, sehingga terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Sebuah hasil penelitian ( Yovanny. M, 2012), mengenai Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Seksual Pada Anak, terhadap 89 responden pada salah satu Sekolah Menengah Atas di Kota Kupang, ditemukan bahwa 58 responden (65,17%) belum pernah melakukan perilaku seksual dan 31 responden (34,83%) sudah pernah melakukan perilaku seksual. Perilaku seksual yang dilakukan yaitu berciuman bibir ringan, berciuman bibir berat, mencium leher, meraba payudara/alat kelamin, melakukan petting, dan melakukan oral seks dan berhubungan seksual. Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa para remaja Kota Kupang sudah pernah melakukan perilaku seksual. Remaja sering bertemu dengan banyak orang termasuk teman lawan jenisnya dalam aktivitas kesehariannya. Pengawasan, arahan, dan nilai-nilai positif dari orang tua sangat penting dalam pergaulan anak khususnya gaya berpacaran. Arahan dari orang tua diperlukan agar remaja dapat saling menghormati satu sama lain guna terhindar dari hal-hal yang negatif.

Masa pacaran pada remaja adalah masa di mana mereka mulai memiliki rasa gejolak dalam ketertarikan pada lawan jenisnya. Namun hal ini terkadang dapat melampaui batas relatif usia mereka apabila tidak disertai dengan dukungan dan arahan yang baik dari orang tua. Orang tua dari para remaja patut untuk melibatkan anaknya dalam pengambilan keputusankeputusan keluarga, diskusi keluarga dalam pengambilan keputusan, memberikan arahan sehingga dapat terjalin hubungan yang erat antara anak remaja dengan orang tua mereka sendiri serta hal ini akan dapat mengarahkan dirinya sendiri dan membentuk karakter mereka terutama dalam hal kedisiplinan (Setiono, 2011). Hasil observasi yang dilakukan di Timor pada awal bulan Agustus 2015, peneliti menemukan adanya perubahan dalam pergaulan pada remaja. Pergaulan remaja saat ini sudah terkesan bebas dan tidak dapat dikontrol. Peneliti membandingkan dengan pergaulan remaja yang dulu, ketika remaja sering berkumpul bersama sambil belajar, dan beribadah. Remaja yang harusnya banyak belajar untuk masa depan dan melakukan hal-hal yang positif, sekarang lebih banyak meluangkan waktu di luar rumah bersama teman-teman. Melakukan perilaku negatif seperti sering pergi ke tempat hiburan malam, duduk berkelompok di pinggir jalan hingga larut malam, dan berpacaran tanpa sepengetahuan orang tua. Perilaku-perilaku remaja tersebut yang diamati oleh peneliti saat melakukan Kuliah Kerja Nyata di Timor dan menemukan adanya perbedaan yang cukup significant. Perilaku seorang remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor internal remaja seperti pengetahuan, sikap, kepribadian, dan faktor eksternal remaja seperti lingkungan tempat dirinya berada (Hidayana, 2004). Faktor-faktor internal dan eksternal sangat mempengaruhi tumbuh kembang pada remaja. Remaja perlu diberi pemahaman bahwa meskipun mereka saling mencintai satu sama lain harus ada batasan-batasan tertentu, dikarenakan belum ada ikatan yang sah secara hukum dan agama. Beberapa faktor yang menyebabkan kehamilan pada remaja antara lain hubungan seks pada masa subur, renggangnya hubungan antara

remaja dengan orang tuanya, rendahnya interaksi di tengah-tengah keluarga, keluarga yang tertutup terhadap informasi seks dan seksualitas, menabuhkan masalah seks dan seksualitas, serta kesibukan orang tua (Surbakti, 2009). Kenyataannya, banyak kalangan remaja di Kupang sangat kurang mendapat perhatian khusus dari orang tua, terlebih anak-anak yang berasal dari golongan keluarga ekonomi menengah dan kebawah. Orang tua hanya fokus dalam menyekolahkan namun tidak memantau pergaulan pada anak, mengakibatkan anak bergaul dengan seenaknya tanpa adanya batasan. Remaja yang bergaul tanpa adanya arahan dari orang tua, cenderung mengarah pada hal-hal yang negatif yaitu kenakalan remaja. Kehamilan pada seorang wanita adalah anugerah yang sangat mulia dan sangat didambakan oleh semua kaum perempuan. Kehamilan yang mulia terjadi ketika sepasang pria atau wanita telah resmi dan sah secara agama dan hukum menjadi suami istri. Apabila pasangan pria dan wanita telah berhubungan seks, maka kepuasan seksual, perasaan cinta dan komitmen seksual mereka berdua akan meningkat (Sprecher & Regan, 2002). Tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pasangan yang telah menikah, dan telah memenuhi kepuasan seks mereka serta mendapatkan karunia seorang anak. Namun, tidak sama halnya bagi seorang wanita yang tanpa adanya ikatan perkawinan sah secara hukum dan agama, telah melakukan hubungan seksual di usia dini hingga terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut Kaplan (1997) dari segi sosial-ekonomi biasanya perempuan yang mengalami kehamilan di luar nikah masih tergolong dalam masa remaja sehingga dalam kehidupannya masih sangat bergantung dari orang tu atau pihak lain, biasanya belum memiliki penghasilan sendiri karena masih sekolah atau kuliah. Remaja putri yang mengalami kehamilan di luar nikah belum mempunyai kesiapan dalam menjalani kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini sudah marak terjadi di Indonesia, khususnya di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan hasil survei Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2012, sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan

dan kelahiran sebelum menikah. Beberapa penelitian mengungkap remaja perempuan dan laki-laki berusia 15-19 tahun yang melakukan seks pranikah makin tinggi. Adapun Hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 2012 mengungkapkan, angka kehamilan remaja Indonesia pada usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan. Nusa Tenggara Timur tepatnya Kota Kupang, dapat dijumpai para kaum wanita yang mengalami kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan khusunya para remaja. Hasil survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dan lembaga nirlaba OnTrack Media Indonesia (OTMI) mendapati sekitar 29 hingga 32 persen remaja di Nusa Tenggara Timur (NTT) berhubungan seksual pranikah (Nasional.harianterbit.com). Kehamilan di luar nikah disebabkan oleh pergaulan remaja yang tergolong bebas dan berdampak pada seks bebas di usia remaja. Selain remaja putri, remaja putra pun sangat panik dan merasa ketakutan ketika harus berganti status menjadi seorang ayah. Ketakutan yang dialami oleh para remaja, tentu mereka punya cara tersendiri dalam menghadapinya. Hal ini sangat memicu dampak serta tingkat stres yang tinggi bagi remaja karena usia yang belum matang serta minimnya pengalaman. Kehidupan remaja pada akhirnya terkesan memaksa pribadi mereka sendiri di luar batas kemampuan yang dimiliki. Kehamilan yang dihadapi oleh seorang perempuan biasanya merupakan pengalaman pertama bagi dirinya sehingga banyak hal belum diketahui dengan pasti (Kaplan, 1997). Banyak hal yang belum diketahui oleh remaja membuat mereka lebih mengutamakan ego tanpa berpikir keadaan yang mereka hadapi sudah berbeda, sehingga hal ini selalu memicu keributan antara pasangan remaja. Ketidakharmonisan, sering bertengkar, dan tidak ada yang mau mengalah baik itu pria maupun wanita merupakan dampak yang terjadi pada pasangan suami istri yang masih belia. Kehidupan yang dijalani para remaja dalam

keseharian pun selalu diwarnai perselisihan yaitu dengan melontarkan kata penyesalan dalam bentuk kekesalan yang berupa makian pada pasangan mereka sendiri. Kehidupan yang mereka alami adalah hal yang tidak pernah terlintas dalam benak dengan usia mereka yang masih belia. Remaja yang mengalami hal tersebut menjalani kehidupan atas akibat dari bentuk pergaulan bebas yang sudah mereka gunakan pada usiausia labil. Resiko psikologis dan sosial antara lain meliputi pengucilan, stigma, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan berbagai hak, depresi, dan sebagainya (Hidayana, 2004). Dampak psikis yang mereka alami berujung pada penelantaran kehidupan mereka itu sendiri. Namun, ada sebagian kecil pula remaja putra dan putri yang mengalami hal ini malah menjadi dewasa dan bertanggung jawab walaupun hal ini masih tergolong dipaksakan. Para remaja tentu punya cara mereka masing-masing dalam menghadapi persoalan yang mereka hadapi, khususnya pada remaja putri. Berbagai cara akan dilakukannya demi kebaikan maupun harus dengan terpaksa melakukan hal yang negatif dan dapat melanggar hukum dan nilai agama. Berdasarkan pengamatan yang pernah dilakukan, para remaja putri melakukan beberapa hal ketika mengalami kehamilan di luar nikah. Menggugurkan kandungan, ada yang diharuskan oleh keluarga agar bertanggung jawab, serta ada juga yang menghindari atau tidak ingin bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah dilakukan. Remaja putra terkadang menyangkali perbuatannya, dan ada sebagian pula yang menghindar serta melarikan diri. Akibatnya remaja putri harus menanggung aibnya sendiri dalam kehamilan sampai pada kelahiran bayi tersebut. Rasa malu yang begitu besar, minder dan perasaan takut terhadap lingkungan serta tingkat stres yang tinggi, terkadang membuat remaja putri mengambil tindakan sepihak dengan mengakhiri hidupnya yang masih belia. Keadaan psikis yang terguncang membuat remaja tidak bisa berpikir jernih, merasa sudah kotor dan tidak memliiki sandaran sebagai solusi penopang dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Kekerasan fisik pada remaja

putri oleh orang tua yang mengetahui kehamilan anak remaja mereka pun dapat terjadi. Semua dilakukan atas dasar putus asa dan rasa kecewa yang begitu besar atas kehamilan anak remaja tersebut. Berdasarkan permasalahan yang diamati serta dari berbagai fenomena-fenomena yang terjadi di atas, maka perlu adanya penelitian yang dapat menggali perilaku apa saja atau perilaku coping yang biasa dilakukan remaja putri Timor yang hamil di luar nikah. Hal tersebut berguna untuk menanggapi masalah yang sedang dialami remaja putri serta menekan tingkat pergaulan remaja putra putri Timor yang sudah tergolong bebas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mempelajari, perilaku coping yang dilakukan oleh remaja putri Timor yang mengalami kehamilan di luar nikah serta sejauh mana perilaku coping tersebut dilakukan. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami perilaku coping yang dilakukan remaja putri di Timor yang hamil di luar nikah dan sejauh mana perilaku coping tersebut dilakukan. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Psikologi Perkembangan dan Psikologi Klinis serta

dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya, terutama dalam menggali perilaku coping yang digunakan pada remaja putri yang hamil di luar nikah 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para remaja mengenai pergaulan bebas yang berdampak negatif yaitu kehamilan di luar nikah pada remaja putri, serta strategi yang dapat dilakukan ketika terjerumus ke dalam pergaulan bebas tersebut.