BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat. Selain harus bersaing di pasar lokal, pelaku bisnis Indonesia harus bersaing dengan pasar internasional, karena pemerintah Indonesia telah menandatangani beberapa perjanjian perdagangan bebas seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), kemudian ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) serta Indonesia menghadapi tantangan AEC (Asia Economic Community) yang mulai berlangsung pada pada akhir tahun 2015. Untuk meningkatkan daya saing ekonomi global, entitas lokal perlu menjaga eksistensinya dan mengembangkan bisnisnya agar menjadi kuat dan besar. Beberapa cara dilakukan entitas usaha dalam upaya mengembangkan bisnisnya adalah dengan go public. Penawaran saham dan obligasi dipilih perusahaan pada umumnya untuk mendapatkan modal. Perkembangan bisnis di Indonesia akhir-akhir ini cukup pesat. Hal ini didasarkan data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada 19 November 2014 saja tercatat sebanyak 502 perusahaan yang terdaftar dari data yang diperoleh di http://www.idx.co.id. Seiring pesatnya perusahaan-perusahaan yang telah go public, makin tinggi pula permintaan terhadap transparasi laporan keuangan auditan yang menjadi dasar keputusan bisnis publik. 1
2 Menurut PSAK No.1 (IAI, 2012), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Laporan keuangan juga digunakan pihak manajeman perusahaan dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar yang digunakan untuk mengambil keputusan manajerial. Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-346/BL/2011 yang sekarang disebut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan perusahaan yang go public wajib memuat laporan keuangan tahunan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM - LK) di bidang akuntansi serta wajib diaudit oleh akuntan yang teregistrasi. Laporan keuangan tersebut dilaporkan secara periodik dan tepat waktu selambat-lambatnya 3 bulan (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan fiskal tahunan. Selanjutnya hasil audit atas laporan keuangan tersebut diumumkan melalui dua surat kabar harian
3 berbahasa Indonesia. Hasil ini memiliki konsekuensi dan tanggung jawab yang besar agar dapat memacu auditor bekerja lebih profesional. Ketepatan publikasi laporan keuangan dapat mengalami keterlambatan yang diakibatkan oleh perusahaan terlambat menyusun laporan keuangan dan lamanya auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Untuk alasan ke dua, hambatan dalam ketepatan waktu publikasi laporan keuangan juga terlihat dari Generally Accepted Auditing Standars (GAAP) khususnya standar umum ke-3 yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian. Sedangkan standar pekerjaan lapangan yang pertama dan ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai. Margareta (2011) manyatakan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan berbanding lurus dengan relevansi dan keandalan laporan keuangan. Jadi semakin lama suatu perusahaan menerbitkan laporan keuangannya maka semakin tidak relevan dan tidak andal laporan keuangannya. Sehingga manfaat dari laporan keuangan itu akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Ketepatan waktu publikasi laporan keuangan merupakan salah satu elemen pokok yang harus di perhatikan karena dapat mempengaruhi nilai informasi yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut, bahkan manfaatnya sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan juga dapat berkurang.
4 Senada dengan Margareta, Rachmawati (2008) menyatakan bahwa informasi dalam laporan keuangan diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan, namun informasi tidak lagi bermanfaat bila tidak disajikan secara akurat dan tepat waktu Lestari (2010) mengatakan bahwa auditing merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu sehingga adakalanya pengumuman laba dan laporan keuangan tertunda. Ketertundaan laporan keuangan ini dapat berdampak negatif pada reaksi pasar. Makin lama masa tunda, maka relevansi laporan kuangan makin diragukan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Hersugondo (2013) bahwa pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak pada lamanya penyelesaian laporan audit dan berdampak pula pada kualitas hasil audit. Penyelesaian audit yang sesuai standar membutuhkan waktu lebih lama. Perbedaan waktu antara tanggal tutup buku dengan tanggal terbitnya opini audit dalam laporan keuangan tahunan auditan mengidentifikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian pekerjaan auditnya yang disebut sebagai audit delay. Hal yang penting adalah bagaimana agar dalam penyajian laporan keuangan bisa tepat waktu dan informasi tentang kerahasiaan laporan keuangan tidak bocor kepada pihak yang tidak memiliki kompetensinya untuk ikut mempengaruhi penggunaan laporan keuangan tersebut. Maka dalam hal ini penulis sepenuhnya setuju
5 dengan peneliti sebelumnya seperti Lestari, Margaretha dan Hersugondo bahwa keterlambatan penyampaian laporan keuangan meneyebabkan manfaat informasi yang disajikan menjadi berkurang dan tidak akurat. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Karena dalam laporan keuangan auditan berisi tentang informasi pertumbuhan laba yang dihasilkan, maka berdampak kepada keputusan para invenstor untuk membeli atau menjual kepemilikannya. Artinya informasi laba dari laporan keuangan auditan yang di publikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Pada umumnya pihak yang membutuhkan laporan keuangan menginginkan ketepatan waktu pengungkapan laporan keuangan, akan tetapi auditing merupakan aktivitas yang membutuhkan waktu sehingga kadang-kadang pengumuman laba dan publikasi laporan keuangan menjadi tertunda. Dengan adanya hambatan-hambatan ini memungkinkan akuntan publik untuk menunda pemberian opini pada laporan keuangan klien apabila dirasakan perlu untuk memperpanjang masa audit. Oleh karena pentingnya ketepatan publikasi laporan keuangan auditan sebagai informasi yang sangat bermanfaat bagi para pelaku bisnis di pasar modal, mengingat begitu pentingnya ketepatan waktu tersebut, menjadikan audit delay serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai objek penelitian yang penting untuk dipelajari dan diteliti.
6 Lestari (2010) mendefinisikan audit delay sebagai rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan tahunan diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh opini auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada opini auditor independen diterbitkan. Saputri (2012) mendefinisikan audit delay sebagai lama waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor, dilihat dari perbedaan tanggal tutup buku tahunan laporan keuangan (biasanya 31 Desember) sampai dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan auditan. Semakin panjang waktu auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, semakin panjang pula audit delaynya. Sebaliknya, semakin pendek waktu auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin pendek audit delaynya. Di sisi lain, audit delay merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan publikasi laporan keuangan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi pergerakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) di bursa efek karena timbulnya reaksi dari investor. Indopos per 31 Desember 2014 memuat berita bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sepanjang tahun 2014 telah menetapkan 777 sanksi administrative kepada pelaku industri pasar modal. Dengan 60 sanksi untuk pelaku industri berupa peringatan tertulis, 713 sanksi berupa denda, 2 sanksi berupa pencabutan izin dan 2 sanksi berupa pembekuan izin. Menurut Nurhaidah selaku Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan, pihaknya telah merinci 30 sanksi peringatan tertulis ditetapkan
7 menyusul keterlambatan pengumuman laporan keuangan. Dan 30 peringatan tertulis lainnya atas pelanggaran lainnya. Dari 713 sanksi denda terdapat denda karena keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan nilai total Rp.6,54 miliar dan denda karena kasus pelanggaran ketentuan di bidang pasar modal dengan total Rp.1,4 triliun. Dari banyaknya sanksi yang dijatuhkan baik oleh OJK, mayoritas sanksi disebabkan keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Kholishah (2013) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dari beberapa peneliti di Indonesia tentang lamanya rata-rata audit deley seperti Meylisa (2000) sebesar 72,9 hari, Subekti dan Widiyanti (2004) rata-rata sebesar 98,38 hari. Rahmawati (2008) sebesar 76 hari, Kartika (2009) rata-rata audit delay perusahaan LQ 45 sebesar 69 hari. Sedangkan, Lisa dan Tri (2012) menunjukan hasil penelitiannya audit delay sebesar 86 hari ditahun 2009 dan 2010 pada perusahaan LQ45. Audit delay yang melewati batas waktu ketentuan Otoritas Jasa Keuangan, tentu berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten. Meskipun sudah banyak yang melakukan penelitian terhadap audit delay, namun masih banyak perbedaan dari hasil penelitian tersebut. Hal ini mungkin saja dikarenakan perbedaan sifat variabel independen, periode pengamatan, jenis perusahaan dan metodologi statistik. Perbedaan hasil penelitian seperti Margaretta (2012) memaparkan bahwa ukuran perusahaan
8 tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada audit delay. Sedangkan Puspitasari (2012) dan Pourali (2013) menemukan hasil yang berbeda bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap audit delay. Pourali (2013) juga menemukan hasil penelitianya bahwa solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay, sementara hasil penelitian Mantik dan Puspitasari (2012) bertentangan dengan Pourali. Margaretta (2012) membahas hasil penelitiannya dan menyatakan bahwa opini auditor tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Sementara Lestari (2010) dan Pourali (2013) senada bahwa opini auditor memiliki pengaruh terhadap audit delay. Margaretta (2012) juga mengemukakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Hasil penelitian Margaretha tidak sejalan dengan Lestari dan Ahmed (2010). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Lestari (2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Lestari adalah jika secara empiris Lestari melakukan penelitian pada perusahaan yang bergerak dalam bidang consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Sementara penelitian kali ini secara empiris pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 pada Bursa Efek Indonesia periode 2012-2013. Lestari menguji variabel independen berupa profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor, opini auditor dan ukuran perusahaan. Sementara variabel independen dalam penelitian ini berupa ukuran perusahaan, solvabilitas, opini auditor sebelumnya dan profitabilitas. Penelitian ini tidak meneliti variabel berupa kualitas auditor.
9 Pemilihan waktu pada populasi penelitian yaitu tahun 2012 dan 2013 mengingat bahwa selama tahun-tahun tersebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia banyak mengalami perubahan. Pemerintah Indonesia sepakat mengadopsi International Financial Reporting Standar (IFRS). Walaupun sampai saat ini Indonesia belum mengadopsi IFRS secara penuh, namun sejauh ini DSAK IAI telah melakukan dua gelombang upaya konvergensi IFRS ke dalam PSAK. Gelombang pertama dimulai dari tahun 2008-2012. Sementara gelombang ke dua dimulai 2012-2015. Sampai Desember 2012, DSAK IAI telah menerbitkan 40 PSAK, 20 ISAK, 11 PPSAK berikut revisi terkait serta 10 PSAK Syariah yang kesemuanya adalah adopsi versi IFRS. Pada gelombang ke dua, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengharuskan perusahaan terbuka mengimplementasikan International Financial Reporting Standard (IFRS) sebagai standar dalam menyusun laporan keuangan. Tahun 2012 adalah berlaku standar-standar yang dikonversi DSAK dalam PSAK dan ISAK yang telah mengadopsi IFRS. Sampai saat inipun DSAK terus memperbaharui SAK dalam upaya menstandarkannya dengan IFRS. Diperkirakan bahwa untuk menerapkan IFRS dalam penyajian laporan keuangan akan menambah masa audit. Hal ini dikarenakan auditor harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan standar-standar yang telah berubah. Demikian dengan manajemen perusahaan harus terus update terhadap standar-standar baru yang berlaku.
10 Di lain sisi, penelitian ini secara empiris meneliti perusahaanperusahaan yang terdaftar sebagai kelompok LQ45 secara konsisten pada Bursa Efek Indonesia karena LQ45 merupakan perusahaan-perusahaan yang sahamnya paling liquid dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Untuk alasan itu diperkirakan bahwa perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam LQ45 adalah perusahaan-perusahaan besar yang memiliki manajemen dan sistem pengendalian internal yang baik sehingga akan memperpendek masa auditnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan memberi judul pada penulisan skripsi ini Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Opini Auditor Sebelumnya dan Profitabilitas Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar Secara Konsisten di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2013) B. Rumusan Masalah Dari apa yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi audit delay? 2. Apakah solvabilitas mempengaruhi audit delay? 3. Apakah opini auditor sebeumnya mempengaruhi audit delay? 4. Apakah profitabilitas mempengaruhi audit delay?
11 C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji dan menganalisa apakah ukuran perusahaan mempengaruhi audit delay. 2. Untuk menguji dan menganalisa apakah solvabilitas mempengaruhi audit delay. 3. Untuk menguji dan menganalisa apakah opini auditor sebelumnya mempengaruhi audit delay. 4. Untuk menguji dan menganalisa apakah profitabilitas mempengaruhi audit delay. Disamping itu, penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan pada pihak-pihak berikut: 1. Bagi Auditor Diharapkan penelitian ini dapat membantu para auditor dalam mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. 2. Bagi Praktisi Auditing Diharapkan penelitian ini membantu meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses audit dengan mengendalikan faktor-faktor yang dominan yang mungkin menjadi penyebab audit delay panjang. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan secara teoritis dan praktis dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.
12 4. Bagi Pembaca Menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang diharapkan dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang lebih jelas dan waktu pengamatan lebih lama serta sektor objek yang lebih bervarian untuk mendapatkan hasil yang lebih relevan.