BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi dan pasar bebas, persaingan usaha yang terjadi akan semakin kompleks dan ketat. Dengan adanya kondisi persaingan usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengembangkan usahanya agar dapat bertahan dan bersaing mengikuti kondisi yang terus berkembang. Karena itu perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk mempertahankan eksistensinya diantaranya melakukan ekspansi perusahaan. Perusahaan yang melakukan ekspansi dapat dilakukan dengan dua cara diantaranya menambah utang dengan meminjam uang dan dengan menjual saham. Saham adalah satuan nilai pembukuan dalam berbagai instrumen keuangan yang megacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan saham dipasar modal, memungkinkan perusahaan yang membutuhkan pendanaan dengan menjual saham untuk memperoleh uang tunai. Pasar modal memberikan jasanya dengan menjembatani hubungan antara pemilik modal yang disebut sebagai pemodal (investor) dengan peminjam yang disebut sebagai emiten. Menurut Martalena dan Mallinda (2011), Pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus, diantaranya fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal memiliki fungsi ekonomi, karena menyediakan fasilitas untuk mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki keterlibatan dan yang biasa disebut investor dan pihak 1
2 yang memerlukan dana biasa disebut issuer. Sedangkan pasar modal memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memiliki kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemiliki dana, sesuai dengan jenis investasi yang dipilih. Menurut Rusdin (2006), dengan pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat dan menampakkan perannya dalam menumbuhkan perekonomian nasional, sehingga harga sekuritas akan menjadi lebih adil dan menarik, serta meningkatkan profesionalisme dan kinerjanya. Sebelum membeli saham sebagai penanaman modal pada perusahaan, investor membutuhkan informasi akuntansi untuk mengukur kinerja perusahaan sehingga dapat mengurangi risiko investasi. Risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya kerugian yang akan dialami oleh akibat dari suatu investasi. Selain mempertimbangkan risiko investasi, investor juga mempertimbangkan return yang diberikan perusahaan. Untuk menilai kinerja perusahaan salah satu ukurannya adalah informasi laporan keuangan. Sama dengan yang dinyatakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No.1 Tahun 2015, bahwa tujuan laporan keuangan memberi informasi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas, yang bermanfat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan laba rugi merupakan salah satu dari laporan keuangan, dalam laporan laba rugi yang memuat banyak angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba bersih, selain itu juga kita mengenal laba akuntansi yang secara keseluruhan memiliki tujuan yang sama yaitu pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Riset akuntansi keuangan, terutama yang mencari hubungan
3 angka laba dengan harga saham selalu menggunakan angka laba operasi atau EPS yang dihitung menggunakan angka laba bersih dan jarang sekali yang menggunakan angka laba kotor. Banyak alasan mengapa laba menjadi tujuan penting, tidak hanya bagi pihak manajemen tetapi bagi pihak investor juga penting. Laba dapat digunakan sebagai pengukuran atas efisiensi manajemen serta sebagai pengukur keberhasilan dan sebagai pedoman pengambilan keputusan manajemen di masa yang akan datang. Menurut Mangunsong dan Marpaung (2001) secara umum, laba juga telah diterima sebagai ukuran pengambilan investasi. Semakin besar laba yang diperoleh, maka semakin baik suatu bisnis penanaman modal. Menurut PSAK No.1 Tahun 2015, laba adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponenkomponen pendapatan komprehensif lain. Laba kotor merupakan keuntungan perusahaan dari penjualan barang dagangan sebelum dikurangi beban operasional, seperti gaji, sewa, dan biaya pengiriman. Laba kotor mudah dihitung dan dapat menyediakan informasi mengenai performa suatu perusahaan. Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan angka laba kotor untuk melihat pengaruhnya terhadap harga saham. Penelitian ini didasari oleh hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Febrianto dan Widiastuty (2005) yang membuktikan bahwa, angka laba kotor memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan dua angka laba lain yang disajikan dalam laporan laba rugi, dan lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham.
4 PSAK No.2 Tahun 2015, menyatakan bahwa entitas harus menyusun laporan arus kas sesuai persyaratan dalam pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian tidak terpisahkan (intergral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyusunan laporan keuangan. Dengan adanya pernyataan tersebut, maka laporan arus kas menjadi salah satu laporan yang penting dalam komponen laporan keuangan yang menyediakan informasi bagi investor dan kreditur maupun pemakai laporan keuangan yang berkepentingan. Tujuan laporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi. Laporan arus kas dapat diklasifikasikan menjadi tiga menurut jenis kegiatannya, yaitu: 1. Kegiatan Operasional 2. Kegiatan Investasi 3. Kegiatan Keuangan/Pendanaan Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh arus kas terhadap harga saham, namun hasilnya selalu tidak konsisten. Triyono dan Hartono (2000) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: Penggunaan model level tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara total arus kas dengan harga saham. Namun pemisahaan total arus kas kedalam tiga komponen yaitu arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan dapat ditemukan berhubungan dengan harga saham. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Naimah (2000) yang menyatakan bahwa, arus kas lah yang berpengaruh secara signifikan. Hasil penelitian Rahmadi (2013) menunjukkan secara parsial variabel arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak berpengaruh signifikan
5 terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan variabel independen yaitu arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013. Hasil penelitian Meythi (2012) menunjukkan bahwa variabel laba secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham. Variabel arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Adiliawan (2010) dalam penelitian Pengaruh Arus Kas dan Laba Kotor terhadap Harga Saham, menyatakan bahwa, hanya arus kas operasi yang berpengaruh signifikan sedangkan yang lain tidak signifikan cenderung negatif. Sedangkan menurut Huda (2013) dalam penelitian Pengaruh Komponen Arus Kas dan Laba Kotor Terhadap Harga Saham, menyatakan bahwa: secara parsial arus kas (arus kas operasi, investasi, dan pendanaan) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan laba kotor berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Menurut penelitian Analisis Pengaruh Laba Kotor, Dividen Kas, dan Financial Leverage Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dilakukan oleh Tampubolon (2013), menyatakan bahwa: laba kotor dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan dividen kas berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan laba kotor, dividen kas, dan financial leverage berpengaruh terhadap harga saham.
6 Perbedaan hasil penelitian bukan menjadi salah satu alasan penelitian dilakukan, terdapat masalah di beberapa perusahaan pada tahun 2009-2012 yang menunjukkan bahwa laba bersih dan arus kas tidak menjamin harga saham meningkat atau pun sebaliknya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Laba Kotor, Arus Kas, dan Harga Saham PT. CAHAYA KALBAR, TBK. PERIODE 2009-2012 Variabel Laba Kotor (Rp) Arus Kas (Rp) Harga Saham (Rp) PT. CAHAYA KALBAR, TBK 2009 2010 2011 2012 138.574.479094 83.458.673.423 197.320.782.940 167.823.437.512 5.776.091.850 7.828.871.343 11.919.883.240 15.549.345.856 1490 1100 950 1300 Berdasarkan tabel 1.1 di atas, laba kotor PT. Cahaya Kalbar, Tbk., tahun 2011 mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya, tetapi kenaikan laba ini tidak diikuti oleh kenaikan harga saham. Harga saham pada tahun 2011 mengalami penurunan dari 1100 di tahun 2010 menjadi 950 pada tahun 2011. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Simamora (2000) bahwa, laba yang meningkat dari waktu ke waktu membuat investor tertarik dengan saham perusahaan dengan begitu harga saham meningkat. Pada tahun 2012 laba bersih PT. Cahaya Kalbar, Tbk., mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, tetapi harga saham PT. Cahaya Kalbar, Tbk., pada tahun 2012 mengalami kenaikan dari 950 di tahun 2011 menjadi 1300 di tahun 2012. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori yang
7 dikemukakan oleh Simamora (2000) bahwa, laba yang meningkat dari waktu ke waktu membuat investor tertarik dengan saham perusahaan dengan begitu harga saham meningkat.. Pada tahun 2011 arus kas PT. Cahaya Kalbar, Tbk., mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, tetapi tidak diikuti oleh kenaikan harga saham. Begitu pula ditahun 2012 yang mengalami penurunan arus kas, tetapi harga saham tidak turun melainkan meningkat dari tahun sebelumnya. Tabel 1.2 Laba Kotor, Arus Kas, dan Harga Saham PT. PRASHIDA ANEKA NIAGA, TBK. Periode 2009-2012 Variabel Laba Kotor (Rp) Arus Kas (Rp) Harga Saham (Rp) PT. PRASHIDA ANEKA NIAGA, TBK. 2009 2010 2011 2012 87.974.816.571 101.300.819.494 126.474.925.300 159.948.086.801 56.335.929.299 37.925.852.649 44.100.518.397 85.657.618.688 110 80 310 205 Berdasarkan tabel 1.2 di atas, laba PT. Prashida Aneka Niaga, Tbk., tahun 2011 laba kotor mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, serta diikuti dengan kenaikan harga saham. Harga saham PT. Prashida Aneka Niaga, Tbk., mengalami kenaikan dari 80 di tahun 2010 menjadi 310 di tahun 2011. Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada PT. Cahaya Kalbar, Tbk., dimana pada PT. Cahaya Kalbar Tbk., tidak diikuti dengan kenaikan harga saham. Dan yang terjadi pada PT. Prashida Aneka Niaga, Tbk., sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Simamora (2000) bahwa, laba yang meningkat dari waktu ke waktu membuat investor tertarik dengan
8 saham perusahaan dengan begitu harga saham meningkat. Pada tahun 2012 laba kotor mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, tetapi harga saham tidak ikut meningkat, melainkan turun menjadi 205. Hal ini juga berbading terbalik dengan teori dari Simamora (2000), bahwa, laba yang meningkat dari waktu ke waktu membuat investor tertarik dengan saham perusahaan dengan begitu harga saham meningkat. Pada tahun 2011, arus kas PT. Prashida Aneka Niaga, Tbk., mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Di tahun 2010 arus kas PT. Prashida Aneka Niaga, Tbk., bernilai 37.925.852.649 dan di tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 44.100.518.397. kenaikan arus kas ini diikuti juga dengan kenaikan harga saham dari 80 di tahun 2010 menjadi 310 di tahun 2011. Hal ini berbanding terbalik di tahun 2012, dimana tahun 2012 PT. Prashida Aneka Niaga, Tbk., mengalami kenaikan arus kas yang signifikan, tetapi harga saham tidak meningkat melainkan turun dari 310 di tahun 2011 menjadi 205 di tahun 2012. Dari perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan dan permasalahan yang terjadi di dua perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menjadi alasan peneliti melakukan penelitian mengenai Pengaruh Laba Kotor dan Total Arus Kas terhadap Harga Saham. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu antara lain, penelitian ini menggunakan laporan keuangan periode tahun 2011-2014 dan harga saham perusahaan tahun 2011-2014. Sedangkan untuk populasi dalam penelitian ini perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
9 Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah laba kotor dan total arus kas berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik: PENGARUH LABA KOTOR DAN TOTAL ARUS KAS TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014 ) 1.2 Identifikasi Masalah Informasi laporan keuangan yang baik akan memperlihatkan kinerja yang baik dari perusahaan tersebut. Informasi laba dan arus kas menjadi hal penting bagi perusahaan go public yang akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Namun ada berbagai perbedaan dari hasil beberapa penelitian dan juga perbedaan antara teori yang dikemukakan dengan yang terjadi di perusahaan, bahwa laba dan arus kas tidak selalu mempengaruhi harga saham di beberapa perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Maka dengan begitu masalah yang dapat diidentifikasi adalah: 1. Seberapa besar pengaruh laba kotor terhadap harga saham. 2. Seberapa besar pengaruh total arus kas terhadap harga saham. 3. Seberapa besar pengaruh laba kotor dan total arus kas terhadap harga saham.
10 1.3 Maksud dan Tujuan Penenilitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, memperoleh data maupun informasi yang relevan mengenai pengaruh laba kotor dan total arus kas. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Seberapa besar pengaruh laba kotor terhadap harga saham. 2. Seberapa besar pengaruh total arus kas terhadap harga saham. 3. Seberapa besar pengaruh laba kotor dan total arus kas terhadap harga saham. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan di bidang akuntansi keuangan serta memperoleh pemahaman lebih mendalam dari teori yang telah diperoleh dengan kenyataan yang terjadi, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh laba kotor dan total arus kas terhadap harga saham. 2. Investor Menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan investasi yang tepat sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko atas
11 investasi yang dilakukan, dan memberikan gambaran tentang saham-saham dalam pengambilan keputusan investasi di Bursa Efek Indonesia. 3. Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi yang berminat mempelajari penelitian ini dan dapat dipakai sebagai bahan pembanding serta pengkajian bagi pihak lain yang memerlukan. 1.5 Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia, Kantor Cabang Bandung yang berada di Jl. Veteran No.10 Bandung.