BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

BAB V PENUTUP. Merdeka terhadap nasabah akibat kesalahan agen yang tidak menyetor pembayaran premi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

Diajukan oleh; RAGOWO ADE KURNIAWAN C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perlindungan Konsumen, Konsumen, dan Pelaku Usaha

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN ASURANSI MITRA BEASISWA PADA ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diiringi pembangunan disegala bidang yang meliputi aspek ekonomi, politik,

1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian perlindungan konsumen, konsumen dan pelaku usaha. menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perjanjian dimana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Dalam menjalani hidup. keinginan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty).

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

BAB I PENDAHULUAN. hukum agar sumber daya ekonomi, pemanfaatan dan kegiatannya dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa

TENAGA KERJA DAN ASURANSI. ( Studi Tanggung Jawab Karyawan Terhadap Tertanggung Di Perusahaan. AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Sukoharjo ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

Dokumen Perjanjian Asuransi

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUGIAN BAGI PENGGUNA JASA POS EXPRESS DI PT. POS INDONESIA (PERSERO) MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

PROPOSAL TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIS (SUATU TINJAUAN DARI SUDUT HUKUM PERDATA)

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu pemicu keberhasilan perusahaan dikarenakan oleh sumber

PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KESEHATAN DI PT.BUMIDA SURAKARTA

SOAL JAWAB 110 : HUKUM DAN ASURANSI 26 SEPTEMBER 2000

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

BAB I PENDAHULUAN. sisi ekonomi. Dalam hal ini tanah pun dapat dibiarkan begitu saja atau dikelola

PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA

BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA LAUNDRY DI KELURAHAN KADIPIRO KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

METODE PENELITIAN. penelitian hukum normatif-empiris/terapan. Penelitian hukum normatif-empiris

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. produk perawatan kecantikan yang mampu menarik hati konsumen. jenis usaha inipun

Pemanfaatan pembangkit tenaga listrik, baru dikembangkan setelah Perang Dunia I, yakni dengan mengisi baterai untuk menghidupkan lampu, radio, dan ala

PENDAHULUAN. Asuransi merupakan kegiatan usaha dimana perusahaan menanggung

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai dan mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. 1 Kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat menjamin secara mutlak dan memberi kebahagiaan bagi manusia namun

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

I. METODE PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NO. 226/PDT.G/2005/PN. JKT. PST TENTANG WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI

BAB IV PEMBAHASAN. mengenai produk pangan. Namun hal tersebut telah diatur dalam Peraturan

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN ASURANSI JIWA DAN PENOLAKAN KLAIM ASURANSI AKIBAT TERTUKARNYA REKAM MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara hukum. Hal ini tertera pada Undang-Undang Dasar 1945

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN, PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN, TANGGUNG JAWAB DAN PENGIKLANAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia..Pemerintah maupun swasta dalam menjalankan usaha-usaha produksi guna pembangunan nasional, perlu mendapat dukungan dan peran serta masyarakat sebagai subyek pembangunan. Untuk itu guna tercapainya keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi perlu ada lembaga ekonomi yang dapat mengerahkan dana masyarakat yang bermanfaat dalam membiayai kegiatankegiatan pembangunan. Salah satunya adalah Lembaga Asuransi yang dapat menghimpun dana masyarakat untuk membiayai pembangunan sekaligus memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap resiko yang dapat timbul dari peristiwa-peristiwa yang belum pasti waktunya. Resiko-resiko yang dimaksud adalah resiko atas kerugian, resiko atas kerusakan, resiko atas kehilangan keuntungan yang diharapkan, maupun resiko kematian dan hidup yang terlalu lama serta tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga. Mengenai Asuransi Jiwa secara khusus diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang {KUHD} pasal 302 s/d 308. sedangkan diluar Kitab Undang-Undang Hukum Dagang {KUHD} adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian dimana di dalam ketentuan pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa :

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa tidak pasti atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang dipertanggungkan 1 Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 membagi usaha perasuransian kedalam tiga jenis yaitu: 1. Usaha Asuransi Kerugian 2. Usaha Asuransi Jiwa 3. Usaha Reasuransi 2 Mengenai apa itu perjanjian atau persetujuan diatur dalam pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPER) yang menyebutkan bahwa Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dengan perjanjian menimbulkan perikatan pada orang-orang yang saling berkepentingan dan saling berhubungan. 3 Untuk sahnya suatu perjanjian termasuk pula perjanjian asuransi jiwa maka diperlukan 4 (empat) syarat seperti yang terkandung dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian 1 Undang-Undang No 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian 2 Ibid. Pasal 3 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

3. Mengenai sutu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal 4 Demi kepastian hukum dalam mengadakan perjanjian maka keempat syarat tersebut diatas harus dipenuhi oleh penanggung maupun pemegang polis atau tertanggung. Dalam pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ditetapkan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya 5. Maka disini nampak bahwa dalam perjanjian yang sah hukum menjamin pihakpihak yang terlibat baik dari segi hak maupun kewajiban sehingga berjalan baik. Secara umum pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian asuransi adalah: 1. Pihak penanggung, yakni perusahaan asuransi 2. Pihak tertanggung sekaligus sebagai pemegang polis 3. Pihak penikmat / pihak yang ditunjuk sebagai ahli waris, atau Beneficiary Yang menjadi hak dari penanggung adalah menerima pembayaran premi dari tertanggung. Sedangkan kewajibannya adalah membayar sejumlah uang kepada tertanggung atas kerugian yang diderita akibat dari peristiwa yang belum pasti terjadi. Sementara dilain pihak yang menjadi kewajiban dari tertanggung adalah membayar uang premi setiap bulan sesuai kesepakatan perjanjian. Dan yang menjadi hak dari tertanggung adalah menerima sejumlah uang sebagai penggantian kerugian akibat peristiwa yang mungkin terjadi. Dalam prakteknya, pelaksanaan perjanjian dan proses berlangsungnya asuransi jiwa sangat ketat sama dengan jenis asuransi lainnya akan tetapi tidak berarti pelaksanaannya tidak mengalami hambatan. Berbicara mengenai faktor penghambat, dari pihak tertanggung misalnya akibat wanprestasi terhadap pelaksanaan pembayaran premi dan kurangnya pemahaman terhadap 4 Ibid Pasal 1320 KUHPer 5 Ibid pasal 1338 KUHPer

peraturan asuransi jiwa. Sedangkan dari pihak penanggung antara lain disebabkan karena kesalahan agen yang tidak menyetor pembayaran premi. Peran Agen sangat penting sebab Agen mempunyai tugas untuk melakukan penagihan atas pembayaran premi dari pihak tertanggung pada waktu yang telah disepakati antara penanggung dan tertanggung untuk selanjutnya disetorkan kepada penanggung yakni perusahaan asuransi dimana tempat Agen tersebut bekerja. Pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka proses pelaksanaan dan berlangsungnya praktek asuransi jiwa dilakukan dengan sangat ketat. Namun peneliti menemukan adanya hambatan dalam proses pembayaran premi. Salah satu fenomena yang menjadi penghambat proses berlangsungnya asuransi jiwa yang menonjol akhir-akhir ini pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka adalah meningkatnya keluhan dan pengaduan dari tertanggung akibat kesalahan agen yang tidak menyetorkan kepada penanggung pembayaran premi yang telah diterimanya dari tertanggung. Realita yang demikian dapat mengakibatkan terjadinya kerugian baik dipihak tertanggung maupun dipihak penanggung (Perusahaan AJB Bumiputera). Dari data penelitian yang diperoleh peneliti, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukan adanya kasus tidak disetornya pembayaran premi yang dilakukan oleh agen yang nampak pada tabel berikut: Tabel 1 NO TAHUN WAKTU JUMLAH KASUS 1 2007 Januari Desember 4 2 2008 Januari Desember 4

3 2009 Januari Agustus 5 Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis terdorong untuk meneliti dan membahas tentang tanggung jawab perdata pihak penanggung yakni perusahaan asuransi terhadap pihak tertanggung / pemegang polis atas kesalahan agen yang tidak menyetorkan pembayaran premi dari tertanggung kepada penanggung pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Kantor Cabang Kupang Merdeka, dengan menggunakan KUHPER sebagai acuan. Selain itu penulis juga menggunakan KUHD, UU No 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Persuransian, dan UU No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah: 1. Apa bentuk tanggung jawab pihak Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi. 2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pertanggungjawaban pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi. C. Tujuan Dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi. b. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pertanggungjawaban pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi. 2. Manfaat penelitian a. Sebagai masukan atau bahan informasi kepada masyarakat pada umumnya, serta khususnya tertanggung tentang tanggung jawab perdata pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi b. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan dalam penelitian berikutnya. D.Kerangka Pemikiran Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian. Oleh karena itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan yang relevan dengan penulisan ini. Pasal 1313 KUHPerdata merumuskan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih Di dalam pasal 1320 KUHPerdata menetapkan tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yaitu: a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Suatu hal tertentu d. Suatu sebab yang halal Sri Rejeki Hartono mengemukakan secara umum pengertian perjanjian adalah : Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih yang lainnya juga merupakan hubungan hukum antara pihak, atas dasar mana pihak yang satu (yang berpiutang/kreditur) berhak untuk suatu prestasi dari yang lain (debitur) yang juga berkewajiban melaksanakan dan bertanggung jawab atas suatu prestasi. 6 Lebih lanjut Sri Rejeki Hartono mengatakan bahwa asuransi adalah alat untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah unit yang menyebabkan kerugian guna mengumpulkan taksiran kerugian yang mungkin terjadi 7 Berkaitan dengan pengertian asuransi sebagai suatu perjanjian, maka dalam pasal 246 KUHD dikatakan bahwa: Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dimana penanggung mengikatkan diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti 8. Mengenai asuransi jiwa, terdapat didalam ketentuan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, yang apabila dipersempit hanya melingkupi jenis Asuransi Jiwa, maka defenisinya adalah: Asuransi atau pertanggungan jiwa adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang. 6 Hartono, Sri Rejeki; Asuransi Dan hukum Asuransi; IKIP; Semarang; 1991, hlm 82 7 Ibid hlm 73 8 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Dari pengertian diatas mengandung arti bahwa antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung terdapat keterikatan dimana pihak penanggung dalam hal ini perusahaan asuransi jiwa berkewajiban memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang. Dan sebaliknya pihak tertanggung berkewajiban membayar premi baik secara bulanan, tribulan, semesteran atau tahunan sesuai kesepakatan. Dalam hal ini tersirat perlindungan oleh penanggung terhadap tertanggung, dimana perusahaan asuransi jiwa bersedia menerima peralihan resiko atas kemungkinan yang diderita tertanggung akibat peristiwa yang belum pasti waktunya. Resiko yang dimaksud adalah resiko akibat meninggal atau hidup terlalu lama. Selain itu pihak penanggung, dalam hal ini perusahaan asuransi jiwa mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap keamanan dana pembayaran premi dari tertanggung (nasabah) saat proses asuransi jiwa berjalan/dilaksanakan, termasuk pula pada saat agen melakukan penagihan premi terhadap tertanggung (nasabah), di setiap waktu yang telah disepakati oleh pihak penanggung dan tertanggung. Ketentuan pasal 1367 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menegaskan bahwa Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka didalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini dipakai 9..Menurut pendapat Shidarta, secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan unsur kesalahan Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum 9 Op. cit pasal 1367 KUHPer

Perdata khususnya Pasal 1365 prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang lazim dikenal sebagai pasal tentang Perbuatan Melawan Hukum (PMH) mengharuskan terpenuhinya 4 unsur pokok yaitu: 1) Adanya perbuatan 2) Adanya unsur kesalahan 3) Adanya kerugian yang diderita 4) Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian 10 2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab Prinsip ini menyatakan tergugat dianggap selalu bertanggung jawab sampai ia dapat membuktikan, ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian ada pada si tergugat 3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas. 4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak Prinsip ini sering diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab Absolut. Kendati demikian ada yang menyatakan bahwa Strict Liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. 11 10 Ibid, pasal 1365 KUHPer 11 Shidarta; Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia; Grasindo; Jakarta;2004,hlm52

Berkaitan dengan prinsip tanggung jawab maka di dalam ketentuan pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen atau disingkat UUPK menegaskan bahwa: 1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan 2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan atau jasa yang sejenis dan setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal transaksi. 4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan. 5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen 12 Berkaitan dengan pengertian tanggung jawab maka tanggung jawab adalah suatu bentuk perbuatan oleh siapapun baik instansi pemerintah, swasta yang telah dipercayakan, agar dapat memberikan pertanggungjawabannya sebagai akibat dari kedudukannya dan pelaksanaan tugas dan kewajibannya serta apa akibat dari pertanggungjawaban tersebut 13. 12 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 13 Miru Ahmadi dan Sutarman Yodo; HukumPerlindungan Konsumen ; Rajawali Pers ; Jakarta; 2004 hlm 125

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran maka dibawah ini akan diuraikan beberapa konsep yang berkaitan dengan penelitian yaitu : 1. Penanggung adalah Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka sebagai badan hukum yang menanggung resiko, apabila perstiwa atau musibah menimpa diri tertanggung atau tertanggung meninggal dunia. 2. Tertanggung adalah orang yang namanya tertera didalam polis dan wajib membayar premi kepada penanggung yang berhak menuntut sesuatu kepada penanggung bila kewajiban terpenuhi. 3. Premi adalah sejumlah uang yang telah ditentukan dalam suatu perjanjian yang merupakan kewajiban tertanggung untuk dibayar kepada penanggung tepat pada waktunya. 4. Agen adalah seseorang atau badan hukum yang yang kegiatannya memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. Termasuk melakukan penagihan premi kepada tertanggung. 5. Kesalahan Agen yang tidak menyetor pembayaran premi adalah tindakan dimana agen tidak menyetor kepada penanggung dana pembayaran premi yang telah diterimanya dari tertanggung sehingga menyebabkan kerugian, baik di pihak tertanggung dan atau penanggung. 6. Tanggung Jawab adalah tanggung jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi, yang terwujud dalam sikap Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka setelah menerima pengaduan dari tertanggung.

E. MetodePenelitian 1. Metode pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, mengingat masalah yang diteliti adalah tanggung jawab perdata pihak penanggung asuransi jiwa terhadap nasabah akibat kesalahan agen yang tidak menyetor pembayaran premi pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 cabang kupang merdeka. 2. Spesifikasi Penelitian Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian deskriptif, dengan menggunakan variabel tunggal yakni Tanggung Jawab Pihak Penaggung Asuransi Jiwa Terhadap Nasabah Akibat Kesalahan Agen Yang Tidak Menyetor Pembayaran Premi Pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka. Adapun indikator yang diteliti dalam penelitian ini adalah menyangkut Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka yaitu: 1) Bentuk Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap nasabah akibat kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi: Memberikan ganti rugi kepada nasabah jika ternyata benar agen tidak menyetorkan pembayaran premi. Klasifikasinya :

- Memberikan ganti rugi - Tidak memberikan ganti rugi 2). Proses pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap nasabah akibat kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi: a) Menerima keluhan atau pengaduan dari nasabah Klasifikasinya : - Menerima - Tidak menerima b) Memeriksa laporan penagihan pembayaran premi setiap agen. Klasifikasinya : - Memeriksa kembali - Tidak memeriksa c) Melaporkan hasil pemeriksaan kembali laporan penagihan pembayaran premi dari setiap agen kepada nasabah Klasifikasinya : - Melaporkan hasil - Tidak melaporkan hasil d) Memberikan ganti rugi kepada nasabah jika ternyata benar agen tidak menyetorkan pembayaran premi. Klasifikasinya : - Memberikan ganti rugi - Tidak memberikan ganti rugi

3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dikantor Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka. 4. Populasi Yang diambil menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Pengurus ( Pimpinan dan Staf) Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka yakni 6 orang. 5. Sampel Berhubung jumlah populasi yang terjangkau maka tidak diadakan penarikan sampel. 6. Responden Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah : - Kepala Perusahaan AJB Bumi Putera Cabang Kupang Merdeka : 1 orang - Kepala administrasi keuangan : 1 orang - Supervisor : 2 orang - Korban / Pengadu : 13 orang - Agen Debit : 2 orang Jumlah : 19 orang 7. Teknik Pengumpulan Data: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung para responden

b. Data Sekunder adalah data diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan berupa publikasinya Data sekunder ini terdiri dari : 1). Bahan hukum primer, yaitu : Perundang-undangan yang terkait dengan rumusan masalah yang antara lain : KUHPER, KUHD, UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian & UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 2). Bahan hukum sekunder, yaitu : Catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang tersedia di kantor Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka, buku literatur ilmu hukum serta tulisan-tulisan lainnya yang relevan dengan rumusan masalah. 3). Bahan hukum tersier yaitu Kamus dan Ensiklopedi. 8. Teknik Pengolahan Data Dalam rangka pengolahan data maka data yang diperoleh akan dikumpulkan dan dikelola melalui tahap-tahap pemeriksaan (editing), penyusunan (rekonstruksi) dan sistematisasi berdasarkan pokok bahasan yang diidentifikasi dari rumusan masalah 9. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh atau data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil pembahasan maka diambil kesimpulan sebagai jawaban atas permasalaha yang diteliti.