BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah sampai sekarang merupakan lembaga pendidikan utama yang. merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia menurut Faizi (2013) adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses perkembangan dan penyesuaian seseorang. dengan lingkungan masyarakat dan kebudayaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. dari pembelajaran. Pembelajaran sains diharapkan pula memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari IPA adalah fisika yang merupakan cabang ilmu

I. PENDAHULUAN. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK KERJA BENGKEL DI SMKN 4 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebab pendidikan merupakan wadah untuk meningkatkan dan. mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu aset yang dapat mendukung serta menunjang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mengembangkan berbagai ragam potensi anak didik,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. peningkatan aktivitas belajar dan mengetahui peningkatan academic skill

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Biologi OLEH:

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

Efektifitas Pembelajaran Induktif Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Makassar

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi siswa agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Terkait dengan pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh UU Sisdiknas No. 20 diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan saat ini diharapkan mampu menciptakan generasi yang aktif, kreatif, inovatif, dan mampu menyelesaikan masalah sasuai dengan bidangnya masing-masing. Pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: ada tujuan yang ingin dicapai, adanya subjek pendidik dan peserta didik yang melaksanakan pendidikan, menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan, serta hidup bersama dalam lingkungan tertentu. Bidang pendidikan mempunyai tujuan untuk mendidik peserta didik dalam memecahkan berbagai permasalahan baik yang bersifat matematis, fisis, kesehatan, sosial dan penyesuaian diri. 1 Kejadian dilapangan kegiatan pembelajaran fisika yang dilaksanakan masih kurang dari yang diharapkan. Menurut hasil observasi di SMAN-1 1 Afid Burhanuddin, Pengertian dan Unsur Pendidikan, ARTIKEL Penelitian h. 4-6 1

2 Palangka Raya, para pendidik khususnya mata pelajaran fisika sudah banyak menggunakan jenis model yang diterapkan dalam pembelajaran fisika, tetapi kendala masih terjadi seperti peserta didik kurang semangat untuk mengikuti pembelajaran. Peserta didik dengan sistem berkelompok akan menitik beratkan kepada peserta didik yang pintar, sementara peserta didik yang kurang akan ketinggalan. Pembelajaran fisika yang terjadi yaitu peserta didik hanya menghapal konsep dan rumusnya serta minim dilatih untuk memecahkan masalah yang ada dalam fisika. 2 Untuk terjalinnya kerja sama antar peserta didik sehingga aktif dan dapat melatih kemampuan memecahkan masalah didalam kelompok, diperlukan model yang sesuai dengan keadaan peserta didik. Model pembelajaran yang ditawarkan saat ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan prestasi peserta didik, namun pada pelaksanaannya model yang dipakai itu belum sesuai dengan situasi peserta didik diruang kelas. Kemampuan setiap individu itu adalah berbeda atau bervariasi seperti kemampuan tinggi, sedang dan rendah dalam mengikuti sebuah pembelajaran. 3 Model pembelajaran yang membuat peserta didik aktif dan mampu memecahkan masalah didalam kelompok adalah pembelajaran berbasis proyek. Model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang inovatif yang menekankan belajar kontekstual melalui 2 Hasil Observasi wawancara dengan Pendidik kelas XI IPA SMAN-1 Palangka Raya. 29.07.2015 3 Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: Quantum Teaching, 2005, h. xxi

3 kegiatan-kegiatan yang kompleks. 4 Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menuntut peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Pada dasarnya bahwa masingmasing peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda, oleh karena itu pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggali materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. 5 Hal ini memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun. Pembelajaran berbasis proyek berangkat dari sebuah masalah yang menggali pengetahuan peserta didik serta mengacu pada penugasan sebuah proyek. Adapun indikator memecahkan masalah terdiri dari memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana dan memeriksa kembali. Berdasarkan pengertian pembelajaran berbasis proyek, model ini dianggap cocok untuk diterapkan pada materi fisika yang bersifat praktek serta menyelidiki. Peneliti memilih materi Usaha dan Energi karena membahas tentang kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat mengamati seperti usaha pada bidang miring, usaha pada bidang datar, keuntungan energi mekanik dan banyak lagi. Mengacu pada uraian diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian untuk memperoleh gambaran tentang penerapan pembelajaran bebasis proyek 4 Muh.Rais, Project-Based Learning: Inovasi Pembelajaran yang Berorientasi Soft Skill, Makassar: UNM, 2013, h. 04. 5 Made wena, Strategi Pembelajaran Inivatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 144

4 (Project Based Learning) dengan judul PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI USAHA DAN ENERGI PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN-1 PALANGKA RAYA B. Batasan Masalah Penelitian ini agar mendapat gambaran mengenai masalah yang diteliti, maka perlu diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah model pembelajaran berbasis proyek. 2. Ketuntasan hasil belajar peserta didik yang diteliti adalah hasil belajar kognitif dan kemampuan memecahkan masalah pada materi usaha dan energi. 3. Pendidik yang mengajar materi usaha dan energi dengan metode pembelajaran berbasis proyek. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana aktivitas peserta didik dan pendidik dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada materi usaha dan energi?

5 2. Bagaimana peningkatan kemampuan memecahkan masalah peserta didik antara sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada materi usaha dan energi? 3. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik antara sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada materi usaha dan energi? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini, disesuaikan dengan rumusan masalah yang dituliskan, yaitu: 1. Mengetahui aktivitas peserta didik dan pendidik dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pemebelajaran berbasis proyek pada materi usaha dan energi 2. Mengetahui peningkatan kemampuan memecahkan masalah peserta didik antara sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada materi usaha dan energi 3. Mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada materi usaha dan energi E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai masukan bagi pendidik dan calon pendidik untuk menentukan model pembelajaran yang lebih sesuai dengan karakteristik kemampuan

6 peserta didik agar dapat meningkatkan hasil belajar fisika dimasa yang akan datang. 2. Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dijadikan sebagai alternatif pilihan model pembelajaran dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang lebih baik. 3. Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti dalam menerapkan model pembelajaran bebasis proyek, selanjutnya dapat mengembangkannya untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. 4. Melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek peserta didik diharapkan memiliki motivasi belajar fisika yang tinggi baik secara individu maupun kelompok. 5. Peserta didik memiliki pengalaman belajar melalui model pembelajaran berbasis proyek. F. Hipotesis Hipotesis penelitian ini untuk rumusan masalah 2 dan 3 yaitu : 1. H o = Tidak terdapat peningkatan kemampuan memecahkan masalah peserta didik antara sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada materi usaha dan energi. 2. H a = Terdapat peningkatan kemampuan memecahkan masalah peserta didik antara sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada materi usaha dan energi

7 3. H o = Tidak terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik antara sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada materi usaha dan energi. 4. H a = Terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik antara sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada materi usaha dan energi. G. Definisi Konsep Definisi konsep dipaparkan agar terdapat persamaan persepsi antara peneliti dan pembaca terhadap konsep yang sama, maka diperlukan adanya penjelasan seperti berikut: 1. Model Model pembelajaran adalah prosedur yang sistematis dalam menjalankan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat pula diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 6 Jadi, model pembelajaran memiliki makna yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran 2. Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang memberdayakan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi. 7 6 http://belajarpsikologi.com/pengertian-model-pembelajaran/22.12.14 7 Theresia Widyantini, Penerapan Model Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII, Artikel (PPPPTK) Matematika, Yogyakarta: PPPPTK, 2014, h. 5

8 3. Kemampuan memecahkan masalah Kemampuan memecahkan masalah adalah peserta didik dapat merumuskan pernyataan masalah. Masalah dapat dikatakan dengan istilah adanya kondisi yang muncul tiba-tiba sehingga muncul keadaan yang tidak diharapkan. Masalah seperi ini dikategorikan sebagai krisis. Misalnya, tibatiba terjadi sesuatu peristiwa yang tidak diduga. 8 H. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut: 1. BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yaitu peserta didik kurang semanagat mengikuti pembelajaran, sistem berkelompok menitik beratkan kepada pesera didik yang pintar, minim dilatih kemampuan memecahkan masalah. Rumusan masalah antara lain: aktivitas pendidik dan peserta didik, peningkatan kemampuan memecahkan masalah, pengkatan hasil belajar. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui aktivitas pendidik dan peserta didik, untuk mengetahui peningkatan kemampuan emmecahkan masalah, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Manfaat penelitian yaitu sebagai masukan bagi pendidik dan calon pendidik, sebagai pemebelajaran alternatif, sebagai pengalaman. Batasan masalah yaitu: model yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis proyek, kentuntasan belajar kognitif, materi usaha dan energi. Definisi konsep meliputi: model, 09.03.15) 8 Krulik dan Rudnick, Kemampuan Memecahkan Masalah. Bismarbasa: 2012. (Online

9 model pembelajaran berbasis proyek, keamampuan memecahkan masalah. dan 2. BAB II: Kajian Pustaka yang memaparkan tentang penelitian yang relevan tentang pembelajaran berbasis proyek yaitu penelitian Warsito, penelitian Almes Gangga, penelitian Intan Setiawati. Teori yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti meliputi: belajar dan pembelajaran model pembelajaran, model pembelajaran berbasis proyek, langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek, kemampuan memecahkan masalah, hasil belajar dan materi uasaha dan energi. 3. BAB III: Metode penelitian terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian yaitu menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif metode pre-eksperimen dengan desain one-grup pretest-postest. Waktu penelitian pada 16 November samapi 16 Desember 2015 bertempat di SMAN-1 Palangka Raya. Populasi kelas XI semester 1 dengan sampel kelas XI IPA 4, teknik pengumpulan data melaui observasi dengan lemabar pengamatan aktivitas dan lembar pengamatan belajar psikomotor, dan melaui tes yang meliputi tes kemampuan memecahkan masalah dan tes jasil beajar. 4. BAB IV: Analisis data diperoleh nilai aktivitas pendidik secara keseluruhan sebaesar 89,91% dan aktivitas peserta didik sebesar 66,68%. Nilai pretest kemampuan memecahkan masalah sebesar 50,58 dan postest sebesar 71,74. Nilai pretest tes hasil belajar adalah sebesar 26,16 dan postest sebesar 86,95. Nilai hasil belajar psikomotor adalah sebesar 79,60.

10 5. BAB V: Penutup yang terdiri atas kesimpulan yaitu aktivitas pendidik masuk dalam kategori sangat baik dan aktivitas peserta didik mask dalam kategori cukup baik. Kemampuan memecahkan maslah terdapat peningkatan yang signifikan begitu juga denga hasil belajar kognitif. Sementara belajar psikomotor masuk kedalam kategori baik. Saran pada penelitian ini adalah: observasi awal terhadap karakteristik peserta didik, pengamatan aktivitas dilakukan serinci mungkin, membedakan pengamat aktivitas dan belajar psikomotor, soal memecahkan maslah lebih kreatif.