BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

I. PENDAHULUAN. memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. lewat reaksi redoks yang terjadi dalam proses metabolisme dan molekul yang

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. National Health and Nutrition Examination Survey III (NHANES III) yang

LATAR BELAKANG. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan Per Mortality Rate (PMR) 13 %. Di negara-negara maju seperti

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB VI PEMBAHASAN. Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

turunan oksikam adalah piroksikam (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang kuat.

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dikenal dengan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakstabilan ini disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

I. PENDAHULUAN. menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ulkus Peptikum 1. Pengertian Ulkus peptikum atau tukak lambung merupakan gangguan penyakit yang disebabkan kerusakan pada lapisan mukosa, sub mukosa sampai lapisan otot saluran cerna yang disebabkan aktifitas pepsin dan asam lambung. Umumnya terjadi pada bulbus duodenum dan kurvatura minor, dapat juga mengenai esofagus sampai usus halus (Aziz, 2002). Ulkus dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, salah satunya ulkus diinduksi stres oksidatif yaitu kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara produksi oksigen reaktif dan kemampuan sistem biologi untuk mendetoksifikasi reaktif intermediet, yang bisa menyebabkan kerusakan oksidatif protein, lipid dan DNA (Priya et al., 2012) 2. Patofisiologi Ulkus disebabkan karena adanya aktifitas pepsin dan asam lambung serta radikal bebas sebagai faktor perusak. Permukaan epitelium dari lambung atau usus rusak dan berulkus dan hasil dari inflamasi menyebar sampai ke dasar mukosa dan submukosa. Ada hipotesis yang menyatakan bahwa inflamasi merangsang peningkatan produksi gastrin. Urease juga merupakan faktor penting untuk timbulnya infeksi (Tahuteru, 2004). Patofisiolgi akibat NSAID yaitu diserupsi fisiokimia pertahanan mukosa lambung dan inhibisi sistemik terhadap perlindung mukosa lambung melalui inhibisi aktivitas COX mukosa lambung (Gosal, 2012). Terjadinya ulkus peptikum melalui mekanisme ROS (Reaktif Oksigen Spesies) yaitu dengan memediasi kerusakan 3

mitokondria yaotu lipid, protein, dan oksidasi DNA yang sehingga sistem pertahanan menurun dan menyebabkan apoptosis dan cedera mukosa. 3. Etiologi Diketahui ada dua faktor utama penyebab ulkus peptikum, yaitu,infeksi Helicobacter pylori, dan penggunaan NSAID. a. Infeksi Helicobacterpylori Infeksi Helicobacterpylori merupakan penyebab ulkus peptikum. Dua pertiga bagian lambung adalah Helicobacterpylori positif yang menginduksi sejumlah inflamasi, yang mengarah ke generasi ROS dan spesies nitrogen reaktif (RNS), yang dimediasi neutrofil dan makrofag. Mekanisme penyebab ulkus peptikum akibat dari infeksi Helicobacterpylori belum pasti, namun terapi eradikasi yang efektif menyebabkan penyembuhan ulkus peptikum (Lockrey dan Lim, 2011). b. NSAID Non Steroid Anti Implamatory Drug (NSAID) digunakan untuk menghilangkan nyeri sendi dan radang atau inflamasi. NSAID seperti aspirin, indometasin menimbulkan efek samping pada saluran cerna atau lambung (Sadikin, 2011). NSAID digunakan untuk mengobati reumatoid artritis, osteoartritis atau nyeri dengan mekanisme menghambat enzim cyclooxsigenase dan menghambat prostaglandin. Prostaglandin inilah yang merupakan mediator inflamasi yang mengakibatkan berkurangnya tanda-tanda inflamasi. Akan tetapi prostaglandin juga merupakan zat yang bersifat protektor pada mukosa lambung. Hambatan sintesis prostaglandin akan mengurangi protektif mukosa lambung yang berakibat kerusakan atau 4

cidera lambung oleh faktor agresif endogen (Gosal et al., 2012). Mekanisme NSAID selain menghambat siklooksigenase dan penurunan produksi prostaglandin, NSAID menginduksi kerusakan mukosa melalui ROS yang dihasilkan oleh leukosit yang dimediasi kerusakan mitokondria serta lipid, protein, dan DNA yang menyebabkan apoptosis dan cidera mukosa. Obatobat NSAID ini memang secara umum dikenal sebagai salah satu faktor agresif eksogen yang dapat merusak mukosa lambung baik secara lokal dengan menyebabkan iritasi langsung yang mendifusi kembali asam lambung kemukosa sehingga terjadi kerusakan jaringan. Dan secara sistemik dengan menghambat enzim constitutive cyclooxigenase-1 sehingga mensistesis prostaglandin dari asam arakidonat sehingga tidak adalagi proteksi dari mukosa lambung (Suzuki et al., 2011). B. Aspirin (Asam Asetil Salisilat) Obat anti radang bukan steroid atau yang lazim dinamakan non streroidal anti inphlammatory drugs (NSAID) atau obat anti inflamasi non steroid (OAINS) adalah golongan obat yang bekerja terutama di perifer yang berfungsi sebagai analgesik (pereda nyeri), antipirektik (penurun panas) dan antiinflamasi (anti radang). Obat anti radang bukan steroid diindikasikan pada penyakit penyakit rematik yang disertai radang seperti rheumatoid dan osteoartritis untuk menekan reaksi peradangan dan meringankan nyeri. Dibandingkan dengan obat antiradang bukan steroid yang lain, penggunaan asam asetil salisilat jauh lebih banyak, bahkan termasuk produk farmasi yang paling banyak digunakan dalam pengobatan dengan kebutuhan dunia mencapai 36.000 ton per tahun (Diyah., 2008). Mekanisme aspirin menyebabkan luka lambung dengan cara pengeluaran pepsin dan 5

mengiritasi lambung, selain melalui mekanisme tersebut juga melalui mekanisme ROS dengan cara menstimulasi pembentukan neutrofil sehingga menghasilkan ROS. C. Radikal Bebas dan Reactive Oxygen Species (ROS) Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya dan dapat berdiri sendiri. Kebanyakan radikal bebas bereaksi secara cepat dengan atom lain untuk mengisi orbital yang tidak berpasangan, sehingga radikal bebas normalnya berdiri sendiri hanya dalam periode waktu yang singkat sebelum menyatu dengan atom lain. ROS (Reactive Oxygen Species) adalah senyawa pengoksidasi turunan oksigen yang bersifat sangat reaktif yang terdiri atas kelompok radikal bebas dan kelompok nonradikal. Kelompok radikal bebas antara lain superoxide anion (O2), hydroxyl radicals (OH), dan peroxyl radicals (RO2). Yang nonradikal misalnya hydrogen peroxide (H2O2), dan organic peroxides (ROOH). Senyawa oksigen reaktif ini dihasilkan dalam proses metabolisme oksidatif dalam tubuh misalnya pada proses oksidasi makanan menjadi energi (Inoue, 2001). D. Antioksida Antioksidan merupakan zat atau senyawa yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan atau dalam tubuh manusia yang dapat melawan pengaruh dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Elektron tidak berpasangan inilah yang menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan dengan mengikat elektron molekul disekitarnya. Radikal bebas tersebut dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, lipid, DNA yang menginisiasi timbulnya penyakit degeneratif (Rohmatussolihat, 2009). 6

E. Sistem Pertahanan Antioksidan dan Stres Oksidatif Radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif yang diproduksi dalam jumlah yang normal, penting untuk fungsi biologis, seperti sel darah putih yang menghasilkan H2O2 untuk membunuh beberapa jenis bakteri dan jamur serta pengaturan pertumbuhan sel, namun ia tidak menyerang sasaran spesifik, sehingga ia juga akan menyerang asam lemak tidak jenuh ganda dari membran sel, organel sel, atau DNA, sehingga dapat menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi sel (Winarsi, 2007). Namun tubuh diperlengkapi oleh seperangkat sistem pertahanan untuk menangkal serangan radikal bebas atau oksidan sehingga dapat membatasi kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Sistem pertahanan antioksidan antara lain adalah enzim Superoxide Dismutase (SOD) yang terdapat di mitokondria dan sitosol, Glutathione Peroxidase(GPX), Glutathione reductase, dan catalase. Selain itu terdapat juga sistem pertahanan atau antioksidan yang berupa mikronutrien yaitu β- karoten, vitamin C dan vitamin E (Hariyatmi, 2004). Sistem pertahanan ini bekerja dengan beberapa cara antara lain berinteraksi langsung dengan radikal bebas, oksidan, atau oksigen tunggal, mencegah pembentukan senyawa oksigen reaktif, atau mengubah senyawa reaktif menjadi kurang reaktif. Namun dalam keadaan tertentu, produksi radikal bebas atau senyawa oksigen reaktif melebihi sistem pertahanan tubuh, kondisi yang disebut sebagai stres oksidatif (Winarsi, 2007). Pada kondisi stres oksidatif, keseimbangan normal antara produksi radikal bebas atau senyawa oksigen reaktif dengan kemampuan antioksidan alami tubuh untuk mengeliminasinya mengalami gangguan sehingga menggoyahkan rantai reduksi-oksidasi normal, sehingga menyebabkan kerusakan oksidatif jaringan. Kerusakan jaringan ini juga tergantung pada beberapa faktor, antara lain : target molekuler, tingkat stres yang terjadi, mekanisme yang terlibat, serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang (Allen & Tressini, 2000). 7

F. Kecombrang Gambar 1. Bunga Kecombrang (https://id.wikipedia.org/wiki/kecombrang) Sistematika taksonomi tanaman kecombrang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Nicolaia Species : Nicolaia speciosa (Blume) Horan Sinonim : Etlingera elatior Nama Daerah : Kincung (Medan), Siantan (Melayu), kaalaa (Thai), honje (Sunda), bongkot (Bali), bunga kantan (Malaysia). Kecombrang termasuk salah satu anggota famili Zingiberaceae dan merupakan sejenis tumbuhan rempah. Bunga kecombrang berwarna merah jambu, berbulu jarang dan didalamnya terdapat benang sari berwarna kuning dan putik berwarna putih. Batangbatangnya berbentuk semu bulat gilig membesar di pangkalnya tumbuh tegak dan banyak, saling berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang dankeluar dari rimpang yang menjalar di bawah tanah. 8

Rimpangnya tebal, berwarna krem kemerah-jambuan ketika masih muda. Daun 15-30 helai, daun kecombrang sendiri merupakan daun tunggal dengan bagian ujung dan pangkal runcing. Panjang daun kecombrang sekitar 20-30 cm, dengan lebar 5-15 cm. Daunnya berwarna hijau dengan pertulangan daun menyirip (Warintek, 2005). Kandungan bunga kecombrang diketahui memiliki senyawa alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid, dan glikosida (Naufalin et al., 2005). Dalam penggunaan secara empiris bunga kecombrang biasa dikonsumsi sebanyak 20 50 gram dalam 200 ml rebusan air (Meiko, 2007). 9