No.7/36/DPM Jakarta, 3 Agustus 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/24/PBI/2005 tanggal 3 Agustus 2005 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4521), dipandang perlu untuk menetapkan tata cara pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah dalam suatu Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut: I. KETENTUAN UMUM Yang dimaksud dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan: 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan. 2. Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja di kantor pusat bank umum yang melakukan kegiatan secara konvensional, yang berfungsi
2 berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah. 3. Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut dengan Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement. 4. Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia dan penatausahaan surat berharga secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam Peraturan bank Indonesia yang mengatur mengenai Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System. 5. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SKNBI adalah suatu sistem kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia. 6. Kliring Debet adalah kegiatan SKNBI untuk transfer debet sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia. 7. Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang selanjutnya disebut FLIS adalah fasilitas pendanaan yang disediakan Bank Indonesia kepada Bank dalam kedudukan sebagai peserta Sistem BI- RTGS dan SKNBI, yang harus dilunasi pada hari yang sama dengan hari penggunaan. 8. FLIS dalam rangka RTGS bagi Bank yang selanjutnya disebut dengan FLIS- RTGS adalah FLIS untuk mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi selama jam operasional Sistem BI-RTGS. 9. FLIS
3 9. FLIS dalam rangka Kliring bagi Bank yang selanjutnya disebut FLIS-Kliring adalah FLIS untuk mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi saat penyelesaian akhir atas hasil Kliring Debet. 10. Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah yang selanjutnya disebut FPJPS adalah fasilitas pembiayaan dari Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah. 11. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SWBI adalah bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. 12. Pasar Uang Antarbank berdasarkan prisnip Syariah yang selanjutnya disebut PUAS adalah pasar uang antarbank sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip Syariah. 13. Mudharabah adalah perjanjian antara pemilik dana dan pengelolan dana untuk suatu kegiatan usaha, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati. II. PENYEDIAAN FLIS 1. Bank Indonesia menyediakan FLIS kepada Bank yang meliputi FLIS-RTGS dan atau FLIS-Kliring. 2. Bank dapat memperoleh FLIS setelah menyampaikan: a. Perjanjian Penggunaan dan Pengagunan FLIS sebagaimana contoh dalam lampiran -1 dalam rangkap 2 (dua) yang telah dibubuhi meterai cukup dan ditandatangani oleh Direksi Bank atau pejabat Bank yag diberikan wewenang oleh Direksi dengan surat kuasa sebagai dasar bagi Bank untuk memanfaatkan FLIS; b. Fotokopi anggaran dasar Bank; c.fotokopi
4 c. Fotokopi identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor Direksi, Chief Executive Officer (CEO) dan atau pejabat Bank yang diberi kuasa untuk menandatangani Perjanjian Penggunaan dan Pengagunan FLIS sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang masih berlaku. d. Khusus untu UUS, perjanjian sebagaimana huruf a ditandatangani oleh Direksi bank konvensional atau pejabat bank konvensional yang diberikan wewenang oleh Direksi dengan surat kuasa, atau oleh pejabat UUS berdasarkan surat kuasa yang diberikan oleh Direksi bank konvensional. e. Dokumen sebagaimana dimaksud huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d disampaikan kepada Bagian Operasi Pasar Uang (OPU), Direktorat Pengelolaan Moneter (DPM), Bank Indonesia, Jl. MH.Thamrin No.2, Jakarta 10010, dengan tembusan kepada Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) atau Tim Pengawas Bank terkait di kantor Bank Indonesia (KBI) yang mewilayahinya. f. Bank Indonesia memberitahukan kepada Bank mengenai persetujuan atau penolakan permohonan FLIS termasuk tanggal efektif pembukaan akses kepada Bank paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2 diterima secara lengkap. g. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada huruf f disampaikan secara tertulis melalui surat atau sarana BI-SSSS. h. Bank Indonesia menghentikan akses penggunaan FLIS melalui sarana BI- SSSS apabila Bank tidak lagi memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan. III. PENGAGUNAN FLIS 1. Bank dapat mengagunkan SWBI, surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan
5 diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dapat diagunkan milik Bank yang bersangkutan yang tercatat dalam rekening aktif melalui sarana BI-SSSS. 2. Pengagunan SWBI, surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dapat diagunkan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 diatur sebagai berikut: a. Pengagunan dalam rangka FLIS-RTGS 1) Bank memindahkan SWBI, surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dapat diagunkan dari rekening aktif ke rekening agunan khusus FLIS- RTGS pada sarana BI-SSSS. 2) Pemindahan SWBI, surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dapat diagunkan dilakukan pada saat Bank membutuhkan FLIS-RTGS (self assessment) selama jam operasional BI-RTGS sampai dengan cut off warning sistem BI-RTGS. 3) SWBI, surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang telah diagunkan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) tidak dapat dipindahkan ke rekening aktif selama Bank menggunakan FLIS RTGS. 4) Bank dapat memindahkan kembali SWBI, surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dapat diagunkan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) ke rekening aktif setelah Bank melunasi FLIS-RTGS. b. Pengagunan dalam rangka FLIS-Kliring 1) Bank harus memindahkan surat berharga berupa SWBI, surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip
6 prinsip syariah yang dapat diagunkan dari rekening aktif ke rekening agunan khusus FLIS-Kliring dalam rangka pemenuhan kewajiban penyediaan pendanaan awal (prefund). 2) Pemindahan SWBI, surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dapat diagunkan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dilakukan pada awal hari sebelum Kliring Debet dimulai sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia. 3) Bank dapat memindahkan kembali SWBI, surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dapat diagunkan sebagaimana dimaksud pada angka 1) ke rekening aktif sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia. 3. Mekanisme pengagunan SWBI, surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dapat diagunkan dalam rangka FLIS melalui sarana BI-SSSS dilakukan mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran tentang BI-SSSS yang berlaku. IV. PENGGUNAAN FLIS 1. Penggunaan FLIS-RTGS a. Bank dapat menggunakan FLIS-RTGS dimulai sejak sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS sepanjang Bank telah memindahkan surat berharga ke rekening agunan FLIS-RTGS sebagaimana dimaksud pada butir III.2.a. b. Penggunaan FLIS-RTGS dilakukan secara otomatis pada saat saldo rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk ; 1) penyelesaian transaksi keluar (outgoing transaction) sistem BI- RTGS; dan 2) penyelesaian
7 2) penyelesaian akhir Kliring Debet, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia. 2. Penggunaan FLIS-Kliring Penggunaan FLIS-Kliring dilakukan secara otomatis pada saat saldo rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban Bank dalam penyelesaian akhir Kliring Debet sepanjang Bank telah memindahkan surat berharga ke rekening agunan khusus FLIS-Kliring sebagaimana dimaksud pada butir III.2.b. 3. Mekanisme penggunaan FLIS melalui sarana BI-SSSS mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran tentang BI-SSSS yang berlaku. V. PELUNASAN FLIS 1. Bank wajib melunasi FLIS pada hari penggunaan FLIS (T+0) selambatlambatnya sampai dengan pre cut-off Sistem BI-RTGS. 2. Pelunasan FLIS dilakukan secara otomatis oleh Sistem BI-RTGS setiap terdapat transaksi masuk (incoming transaction) ke rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia. 3. Mekanisme pelunasan FLIS melalui sarana BI-SSSS dilakukan mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran tentang BI-SSSS yang berlaku. VI. IMBALAN PENGGUNAAN FLIS 1. Bank Indonesia mengenakan imbalan atas FLIS yang digunakan oleh Bank. 2. Pengenaan imbalan FLIS sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah penggunaan FLIS. 3. Perhitungan imbalan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: X
8 X = P x R x N x [T / (10,5 jam x 60 menit)] x [1/360] Keterangan: X = besarnya imbalan yang diterima Bank Indonesia P = nominal penggunaan FLIS R = rata-rata tertimbang PUAS terakhir N = nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia (sebesar 90%) T = waktu penggunaan FLIS (dihitung dan dibulatkan ke atas sampai dengan perhitungan menit terdekat) 10,5 jam = jangka waktu dari mulai dibukanya jam operasional Sistem BI-RTGS (pk.06.30 WIB) sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS (pk.17.00). 4. Imbalan dalam 1 (satu) jam pertama penggunaan FLIS sebagaimana dimaksud dalam angka 2 dihitung dengan cara: a. Pembulatan waktu penggunaan menjadi 1 (satu) jam; dan b. Nilai nominal penggunaan FLIS dalam 1 (satu) jam pertama merupakan akumulasi dari transaksi FLIS yang diajukan Bank dalam kurun waktu tersebut. 5. Imbalan atas penggunaan FLIS yang terjadi setelah 1 (satu0 jam pertama sebagaimana dimaksud dalam angka 4.b dihitung per transaksi dengan pembulatan waktu pembulatan ke atas dalam hitungan menit. 6. Contoh pembulatan waktu penggunaan dan perhitungan imbalan FLIS sebagaimana Lampiran 2. VII. PENGALIHAN FLIS MENJADI FPJPS 1. Dalam hal Bank tidak melunasi FLIS sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam angka V.1. maka terhadap nilai FLIS yang tidak dilaunasi diberlakukan sebagai FPJPS dan agunan yang tercatat dalam sarana BI-SSSS otomatis dijadikan sebagai agunan FPJPS. 2. Dengan
9 2. Dengan pengalihan FLIS menjadi FPJPS sebagaimana dimaksud dalam angka 1 maka Bank tunduk pada ketentuan FPJPS yang berlaku antara lain meliputi kewajiban penyampaian perjanjian pembiayaan FPJPS dan akta pengikatan agunan, tata cara pelunasan, eksekusi agunan, pengawasan dan sanksi atas penggunaan FPJPS. Ketentuan dalam Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal 3 Agustus 2005 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum. BANK INDONESIA, BUDI MULYA DIREKTORAT PENGELOLAAN MONETER DPM