و و و) ه م إ م و ا ه ه م ه ا ه

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

Keutamaan Membaca dan Merenungkan AYAT AL-KURSI حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ANCAMAN PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DALAM PASAL 365 AYAT (4) KUHP

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

BAB IV. PENYELESAIAN MASALAH PERJANJIAN KERJA ANTARA PEMILIK APOTEK DAN APOTEKER DI APOTEK K-24 KEBONSARI SURABAYA DAlAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. karunia dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Orang yang tidak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

BAB IV. penyebab kenaikan harga jual bensin melebihi batas harga resmi dari. keterlambatan datangnya transportir yang membawa bensin ke pulau Bawean

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN MENGENAI PROSES

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem ujrah (upah) buruh panggul di pasar ngemplak tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

Hadits-hadits Shohih Tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB 1V ANALISIS DATA. A. Analisis Sistem Pemberian Komisi Penjualan Kepada SPB (Sales Promotion Boy) Di Sumber Rizky Furniture Bandar Lampung

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. skripsi ini, maka terlebih dahulu akan ditegaskan arti masing-masing kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja manusia, dalam hal ini adalah karyawan. Pengertian. karyawan menurut Abdurrahmat Fathoni (2006) Karyawan adalah


Menjadi Guru Matematika Yang Hebat dan Berkah. Ide : Ir. Raden Ridwan Hasan Saputra, M.Si. Disampaikan : Drs. H. M. Arodhi

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. guna meraih bekal-bekal keilmuan untuk keberlangsungan hidupnya. Islam

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara bekerja, dan seseorang yang bekerja tentu mengharapkan imbalan. atau balas jasa dari hasil pekerjaannya tersebut.

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

الحكمة ضالة الموافي انما وجدها اخذها "

BAB I PENDAHULUAN. samawi lain yang datang sebelumnya. Allah Swt. mewahyukan al-quran kepada

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu logam besi (ferro) dan logam bukan besi (non ferro). Logam ferro yaitu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

ج اء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث ير ا م ما ك ن ت م ت خ ف و ن م ن ال ك ت اب و ي ع ف و ع ن ك ث ير ق د ج اء ك م م ن الل ه ن ور و ك ت اب

BAB IV ANALISIS TENTANG TRANSAKSI REKAYASA PAJAK PADA TRANSFER PRICING

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. Kontemporer), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hal. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah saw. diberi amanat oleh Allah swt. untuk menyampaikan kepada. tercapainya kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

AL QUR AN SEBAGAI PEDOMAN BAGI MANUSIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT PERDAGANGAN DENGAN MODAL HUTANG DI USAHA DAGANG LIMA LAPAN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG

ANALISA PENDAPAT IMÂM MÂLIK TENTANG SYARAT KONTAN DALAM JUAL BELI MATA UANG

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan anak yang lahir dalam keadaan fitrah atau suci :

Pembiayaan Multi Jasa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

PUASA DI BULAN RAJAB

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB I PENDAHULUAN. dan berusaha dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, segala keinginan dan kebutuhan hidupnya.

Hukum Menanam Saham Di Sebagian Perusahaan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian hadits tentang Hadis-Hadis Tentang Aqiqah. Telaah Ma anil Hadits yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya,

MENANGGUNG AMANAT KETIKA ADA KERUSAKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB I PENDAHULUAN. Diantara larangan Allah yang tertulis di Al-Qur an adalah tentang larangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari bentuk kegiatan muamalah adalah utang-piutang untuk

Transkripsi:

93 BAB IV ANALISIS DATA A. Peran Pemerintah dalam Penentuan Upah Pekerja Bangunan di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah dalam hubungan industrial adalah dengan membuat kebijakan mengenai tingkat upah minimum. Kebijakan upah minimum diartikan sebagai ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai keharusan perusahaan atau pemberi kerja untuk membayar upah sekurang-kurangnya sama dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) kepada pekerja yang paling rendah tingkatannya. Standar upah yang oleh pemerintah tetapkan dengan didasari pada tercukupinya kebutuhan hidup layak pekerja, sesungguhnya juga telah sesuai dengan Syari ah Islam. Hal ini dengan melihat hadits Nabi Muhammad SAW: و و و) ه م إ م و ا ه ه م ه ا ه إ م و ج و عل و ه ه ه هلل ه و ت م و ت أ وي م إدي م ه م ف وأ وط مع إ ه م م ه م إ م ا ت وأ م هكل م و ن و و أ و م إ ه م ه م إ م ا ت و ت م ل و ه م ون و و و ت ه ول ل ه م ه م و ا ي ت و مل إ ه ت ه ه م ف و إ من وكل م ه ه م م ع م تين ه ت م ه م ه م ف وأ و إ Artinya: mereka adalah saudara-saudaramu yang dijadikan Allah tunduk dibawah kekuasaanmu. Oleh karena itu berilah mereka makan sebagaimana yang kamu makan, berilah mereka pakaian sebagaimana yang kamu pakai, dan janganlah kamu membebani )

94 mereka di luar kemampuannya. Jika kamu memberikan beban kepada mereka maka bantulah mereka. (HR. Muslim) 1 Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa upah yang sifatnya materi (upah di dunia) mestilah terkait dengan keterjaminan dan ketercukupan pangan dan sandang. Teks harus diberinya makan seperti apa yang dimakannya (sendiri) dan memberi pakaian seperti apa yang dipakainya (sendiri), bermakna bahwa upah yang diterima harus menjamin makanan dan pakaian karyawan yang menerima upah. Tercukupinya kebutuhan hidup layak pekerja juga kembali ditegaskan oleh Sayyid Qutb yang menyatakan bahwa Islam mensucikan hak pekerja dalam menerima upah. Penghormatan Islam ini tertuang dalam aturannya, yaitu pertama, Islam menyerukan para pengusaha/majikan untuk membayar upah yang sepatutnya (layak) dan mengancam serta memusuhi pengusaha yang bertindak dza lim dan menyimpang dari aturan ini. Yang kedua, Islam menyerukan untuk membayar upah pekerja dengan segera. Dalam hal ini, Islam mempertimbangan kebutuhan material dan kebutuhan psikologis dari pekerja/buruh. Kebutuhan psikologisnya adalah kebutuhan untuk diperhatikan, dih argai serta dianggap penting. Penyegeraan pembayaran upah adalah pemenuhan kebutuhan ini. Buruh akan merasa jerih payahnya dihargai dan 1 Abu Zakariya, Syarhu an-nawawi Ala Muslim, Beirut: Daar Ihya at-turotsi al Arobiy, 1392, hlm. 292

95 kedudukannya dalam masyarakat diperhitungkan. Sedangkan pemenuhan kebutuhan materialnya dimaksudkan dengan pembayaran upah yang layak. 2 Yusuf Qardawi menyatakan bahwa standar penetapan upah harus memperhatikan dua hal: Pertama: nilai kerja itu sendiri, karena tidak mungkin disamakan antara orang yang pandai dengan orang yang bodoh, orang yang tekun dengan orang yang malas dan lain sebagainya, karena menyamakan antara orang yang berbeda adalah suatu kezaliman. Kedua: kebutuhan pekerja, karena adanya kebutuhan pokok manusia yang harus di penuhi, baik berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, pengobatan, pendidikan anak, maupun segala sesuatu yang di perlukan sesuai dengan kondisi, tanpa berlebihlebihan dan tanpa kekikiran untuk pribadi orang tersebut, dan untuk orang yang menjadi tanggungannya. Menurut Qardawi, taraf hidup layak ini bersifat selamanya dan tidak terbatas pada terpenuhinya kehidupan individu dalam batas atau tingkat darurat saja. 3 Kebijakan upah minimum merupakan instrumen yang digunakan pemerintah untuk melindungi kelompok pekerja lapisan paling bawah agar memperoleh upah serendah-rendahnya sesuai dengan nilai atau harga kebutuhan hidup layak. Selain itu, penetapan upah minimum oleh pemerintah juga bertujuan sebagai jaring pengaman agar upah yang diterima pekerja tidak jatuh hingga level yang sangat rendah akibat ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar tenaga kerja. 2 Sayyid Qutb, al- Adālah al-ijtimā iyah Fī al-islām (Kairo: Dār al-shurūq, 1995), hlm.106-107 3 Yusuf al-qardhawi, Peran Nilai Dan Moral Dalam Perekonomian Islam. Terj. Didin Hafi dudin, dkk (Jakarta: Rabbani Press, 2001). hlm. 406

96 Kebijakan upah minimum yang ditetapkan oleh setiap pemerintah provinsi ditujukan bagi seluruh pekerja dan perusahaan atau pemberi kerja yang terdapat di provinsi tersebut, tidak ada pengklasifikasian mengenai pekerja atau pemberi kerja mana yang wajib mentaatinya serta pekerja dan pemberi kerja mana yang boleh untuk tidak mentaati kebijakan tersebut. Pemerintah telah berupaya untuk ikut berperan dalam penentuan upah pekerja, namun peran tersebut masih sebatas membuat kebijakan, adapun proses lebih lanjut dari kebijakan tersebut, yakni sosialisasi dan pengawasan pelaksanaan kebijakan tersebut tidak begitu serius dilakukan. Hal ini berimbas pada tidak dilaksanakannya kebijakan upah minimum tersebut oleh sebagian pekerja dan perusahaan atau pemberi kerja di provinsi tempat kebijakan upah minimum itu ditetapkan. Kurangnya sosialisasi mengenai kebijakan upah minimum, serta kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut dapat terlihat pada pekerja bangunan di desa Hajimena. Pekerja bangunan di desa Hajimena merupakan bagian dari pekerja yang ada di Provinsi Lampung, dan oleh karena hal tersebut maka pekerja bangunan di desa Hajimena seharusnya juga dapat merasakan kebijakan upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi Lampung. Namun pada kenyataannya pengupahan pekerja bangunan di desa Hajimena tidak menjadikan kebijakan upah minimum sebagai acuannya, melainkan menjadikan upah yang berlaku secara umum untuk pekerja bangunan di wilayah Lampung sebagai acuan pengupahannya, yang jika dilihat dari segi jumlahnya

97 upah tersebut lebih kecil dibanding jumlah upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi. Sebagaimana penuturan salah seorang pekerja bangunan di desa Hajimena, sesungguhnya mereka mengetahui adanya kebijakan upah minimum yang pemerintah provinsi tetapkan, namun karena tidak adanya sosialisasi langsung kepada para pekerja bangunan di desa Hajimena maupun kepada para pekerja bangunan lainnya yang terdapat di provinsi Lampung, maka mereka beranggapan bahwa kebijakan upah minimum tersebut tidak ditujukan untuk mereka. Anggapan para pekerja bangunan tersebut bahwa kebijakan upah minimum tidak ditujukan untuk mereka semakin dipertegas dengan tidak adanya pengawasan dari pihak provinsi, yang dalam hal ini adalah Direktorat Perlindungan dan Kesejahteraan Sosial, dalam hal penerapan kebijakan upah minimum pada penetapan upah pekerja bangunan. Penetapan upah pekerja bangunan di desa Hajimena pada prakteknya tidak terdapat peran pemerintah di dalamnya. Meski pemerintah telah berupaya untuk turut andil dalam penetapan upah pekerja yang terjadi di provinsi Lampung, yakni dengan membuat kebijakan upah minimum yang bertujuan agar kebijakan ini dijadikan sebagai acuan dalam penetapan upah setiap pekerja, namun pada kenyataannya penetapan upah pekerja bangunan tidak menggunakan kebijakan upah minimum sebagai acuannya. Hal ini disebabkan tidak adanya tindak lanjut dari pemerintah dalam hal penerapan kebijakan upah minimum pada penetapan upah pekerja bangunan.

98 B. Pandangan Ekonomi Islam terhadap Peran Pemerintah dalam Penentuan Upah Pekerja Bangunan di Desa hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Sebelum menganalisa lebih jauh mengenai perspektif ekonomi Islam terhadap peran pemerintah dalam penentuan upah pekerja bangunan di Desa Hajimena, maka peneliti akan membahas lebih dulu mengenai pengupahan pekerja bangunan itu sendiri jika dilihat dari perspektif ekonomi Islam. Adapun pengupahan pekerja bangunan di desa Hajimena jika dilihat dari perspektif ekonomi Islam adalah sebagai berikut: 1. Cara Pengupahan Pekerja Bangunan Upah pekerja bangunan diberikan dengan menggunakan dua cara, yakni; secara borongan (dibayarkan setelah pekerjaan selesai), dan upah harian (upah untuk satu minggu kerja dibayarkan pada hari kerja terakhir di tiap minggunya). Dua cara pengupahan pekerja bangunan tersebut telah sesuai dengan cara pembayaran upah pekerja yang diatur menurut Syari ah Islam. Pengupahan pekerja bangunan secara borongan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni hadits Beliau: أ و مع ه م ما و إج م تي و أ ه م ج و و ا ه ق و ت م و ل أ و من و ي إف و ع و ق ه ه ه م( و و ا م هنإ ( و و و ا ه Artinya: berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya mengering. (HR. Ibnu Majah) 4 4 Al-Qazwini Abi Muhammad ibn Yazid, Sunan Ibn Majah, juz II, (Beirut: Dar al-ahya al- Kutub al-arabiyyah, t.t., 2008), h.20

99 Hadis di atas menjelaskan, apabila seseorang memperkerjakan orang lain, maka hendaklah memberikan upah orang yang dipekerjakan tersebut sebelum kering keringatnya, dengan kata lain secara langsung setelah pekerjaannya selesai. Sedangkan untuk upah pekerja bangunan yang dibayarkan dengan cara harian, cara ini sesuai dengan perkataan Imam Syafi i yang berbunyi: إ و ه ه م ل إ ا إى( أ و و و ي ه م و ه ا إ و م و م إ و ل إإ و من و و ل إ ه و و إ. و و م إ وا م م ا و إ ما ه إإ م ه و ( و م و ه ه و ون م Artinya: Apabila kamu berakad (transaksi) tidak mampu membayar (secara langsung) maka cukupilah kebutuhannya (pekerja) seperti baju dan makanan. 5 Ketika upah pekerja bangunan dibayarkan dengan cara harian, yakni dibayar pada hari kerja terakhir di tiap minggunya, kebutuhan dasar pekerja bangunan tersebut untuk waktu kerja dalam satu minggu dipenuhi oleh orang yang mempekerjakannya. Maka dapat dilihat adanya kesamaan pengupahan pekerja bangunan dengan cara harian dengan cara pengupahan yang dikatakan oleh Imam Syafi i. 2. Standar Upah Pekerja Bangunan Nominal upah yang pekerja bangunan terima untuk satu hari kerja ditentukan dengan cara melihat berapa upah yang biasa pekerja bangunan terima di wilayah tersebut. Dengan kata lain, nominal upah pekerja 5 Ifdlolul Maghfur, Sistem Upah Menurut Ulama Fiqih ( Syafi iyah) dalam Kitab Al-Umm (Teori dan Praktek Sistem Upah), diakses dari www.jurnal.yudharta.ac.id pada 12 Maret 2016, hlm.76

100 bangunan dilihat dari nominal upah pekerja bangunan yang sedang berlaku di wilayah tempat pekerja bangunan tersebut dipekerjakan. Upah pekerja bangunan yang menggunakan standar seperti di atas tidaklah sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh Syari ah Islam. Upah pekerja, menurut Syari ah Islam, ditentukan dengan melihat beberapa pertimbangan. Dari riwayat dan pendapat Ulama klasik, para ahli hukum Islam dan ahli ekonomi Islam kontemporer menyimpulkan bahwa Islam memberikan hak kepada pekerja dengan beberapa jaminan kemanusiaan seperti kerelaan, keadilan, kemampuan dan kelayakan hidup. Penentuan nominal upah pekerja dengan memperhatikan beberapa faktor juga kembali dijelaskan oleh Yusuf Qardawi, yang menyatakan bahwa standar penetapan upah harus memperhatikan dua hal: Pertama: nilai kerja itu sendiri, karena tidak mungkin disamakan antara orang yang pandai dengan orang yang bodoh, orang yang tekun dengan orang yang malas dan lain sebagainya, karena menyamakan antara orang yang berbeda adalah suatu kezaliman. Kedua: kebutuhan pekerja, karena adanya kebutuhan pokok manusia yang harus di penuhi, baik berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, pengobatan, pendidikan anak, maupun segala sesuatu yang di perlukan sesuai dengan kondisi, tanpa berlebih-lebihan dan tanpa kekikiran untuk pribadi orang tersebut, dan untuk orang yang menjadi tanggungannya. Menurut Qardawi, taraf hidup

101 layak ini bersifat selamanya dan tidak terbatas pada terpenuhinya kehidupan individu dalam batas atau tingkat darurat saja. 6 Jadi penentuan nominal upah pekerja bangunan dengan cara melihat berapa nominal upah pekerja bangunan yang sedang berlaku pada suatu wilayah tidaklah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Syari ah Islam, terlebih nominal upah pekerja bangunan yang sedang berlaku juga tidak diketahui atas dasar apa nominal itu terbentuk, serta tidak diketahui atas pertimbangan-pertimbangan apa nominal upah yang berlaku secara umum tersebut terbentuk, yang terkadang mengakibatkan upah yang pekerja bangunan terima tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar pekerja bangunan tersebut. Pemerintah, menurut ekonomi Islam, memiliki kewenangan untuk turut berperan aktif dalam bidang perekonomian. Peran aktif pemerintah ini juga menjadi sesuatu yang wajib jika bertujuan untuk menegakkan keadilan serta mencegah terjadinya tindak kedzoliman dalam kegiatan perekonomian di masyarakat. Hal ini sebagaimana yang telah tertulis di dalam al-qur an pada surat al-hadid ayat 25: 6 Yusuf al-qardhawi, Peran Nilai Dan Moral Dalam Perekonomian Islam. Terj. Didin Hafi dudin, dkk (Jakarta: Rabbani Press, 2001). hlm. 406

102 Artinya: Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)nya dan rasulrasul-nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al-Hadid: 25) 7 Muhammad Al-Mubarak, dalam bukunya Nizham al-islam Al-Iqtishadi, menafsirkan ayat di atas dengan melihat adanya penyebutan secara bersamaan antara keadilan dan besi. Penyebutan keadilan dan besi secara bersamaan, menurutnya menunjukkan pentingnya penegakan keadilan dengan kekuatan (kekuasaan), yang dalam ayat tersebut disebutkan dengan besi, dengan demikian pemerintah hendaknya menggunakan kekuatan, jika dibutuhkan, untuk mewujudkan keadilan dan mencegah kezaliman dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Diwajibkannya pemerintah untuk turut berperan aktif dalam bidang perekonomian, salah satunya dalam hal hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan atau pemberi kerja. Hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan atau pemberi kerja adalah hubungan saling membutuhkan, dimana pekerja membutuhkan pekerjaan serta upah yang ditawarkan oleh perusahaan atau pemberi kerja, begitupun perusahaan atau pemberi kerja juga membutuhkan jasa atau tenaga yang ditawarkan oleh pekerja. Hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan atau pemberi kerja menjadi tidak seimbang, apabila jumlah lapangan kerja yang ditawarkan oleh perusahaan atau 7 Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta: Lautan Lestari, 2009, hlm 606

103 pemberi kerja lebih sedikit dibanding jumlah pekerja yang ada, seperti yang terjadi saat ini. Pihak pekerja menjadi pihak yang lemah ketika berhadapan dengan pihak perusahaan atau pemberi kerja. Kedudukan pihak pekerja yang lemah, yang disebabkan lebih banyaknya jumlah pekerja dibanding pekerjaan yang ditawarkan, menjadikan pihak pekerja tidak memiliki posisi tawar sehingga mudah dieksploitasi oleh pihak perusahaan atau pemberi kerja. Bentuk eksploitasi yang bisa terjadi terhadap pihak pekerja salah satunya adalah upah murah, yakni dengan membayarkan upah yang lebih kecil dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Pada kondisi seperti inilah pemerintah diwajibkan untuk turut berperan aktif, sebagaimana yang telah diajarkan oleh ekonomi Islam, dengan tujuan mencegah terjadinya tindak kedzoliman seperti ekploitasi terhadap pekerja serta menegakkan keadilan bagi pihak pekerja. Peran pemerintah yang dilakukan guna mencegah terjadinya eksploitasi terhadap pekerja dalam bentuk upah murah, dan guna menjadikan pihak pekerja memiliki posisi tawar ketika berhadapan dengan perusahaan atau pemberi kerja, yakni dengan menetapkan kebijakan upah minimum. Peran pemerintah, seperti dengan membuat kebijakan upah minimum seperti ini, sifatnya wajib untuk dilakukan karena bertujuan untuk menegakkan keadilan serta mencegah terjadinya tindak kedzoliman dalam hubungan industrial antara pekerja dan perusahaan atau pemberi kerja. Kewajiban pemerintah untuk turut berperan aktif juga tidak hanya sebatas menetapkan kebijakan upah minimum saja, melainkan

104 juga untuk merealisasikannya terhadap seluruh hubungan industrial yang terjadi di wilayah pemerintahannya. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai penetapan upah pekerja bangunan di desa Hajimena, menunjukkan bahwa dalam penetapan upah pekerja tersebut tidak ada peran pemerintah di dalamnya, kebijakan upah minimum yang merupakan wujud peran aktif pemerintah dalam penetapan upah pekerja tidaklah terealisasikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peran yang dilakukan pemerintah dalam penetapan upah pekerja bangunan di desa Hajimena belum sesuai dengan bagaimana seharusnya peran pemerintah itu menurut ekonomi Islam dalam hal penetapan upah pekerja bangunan.