BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dikarenakan kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Salah satu

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya, baik pada dimensi intelektual moral maupun

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP BERDASARKAN LANGKAH POLYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN TEORI. didefinisikan sebagai pemikiran tentang pemikiran (thinking about

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI SPLDV SISWA KELAS VIII DI SMP KRISTEN 2 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikerjakan untuk menyelesaikannya. Menurut Shadiq (2004) Suatu

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan)

BAB II KAJIAN TEORITIK. spesifik (Solso, 2008). Menurut Suherman (2001) pemecahan masalah merupakan

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN EFEKTIFITAS STRATEGI ABDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENGATASI KESULITANNYA

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran membutuhkan strategi yang tepat. Kesalahan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

BAB II KAJIAN TEORETIS. Soal cerita merupakan permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat bermakna dan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Adjie (2006) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

DAFTAR ISI. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang

BAB II KAJIAN TEORETIS

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pembelajaran matematika. Kemampuan. pemecahanmasalahmerupakanhalyang

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Mata Pelajaran MATEMATIKA Kelas X

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

HASIL ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR PESERTA DIDIK SMK ANTARTIKA 1 SIDOARJO

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Terdapat dua jenis pemecahan masalah, jenis pertama adalah pemecahan masalah yang merupakan masalah rutin. Pemecahan masalah ini menggunakan prosedur standar yang diketahui dalam matematika. Pemecahan masalah jenis kedua adalah masalah yang diberikan merupakan situasi masalah yang tidak biasa dan tidak ada standar yang pasti untuk menyelesaikannya. Pemecahan masalah ini memerlukan prosedur yang harus diciptakan sendiri. Untuk menyelesaikannya perlu diketahui informasi yang ada, dipilih strategi yang efisien dan gunakan strategi tersebut untuk menyelesaikannya. Dalam matematika seringkali disajikan soal cerita dan siswa harus dapat menemukan penyelesaiannya. Untuk dapat menyelesaikan masalah matematika diperlukan ketrampilan untuk menyelesaikan soal, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari- hari atau keadaan lain. Suatu masalah dapat terjadi apabila seseorang tidak siap dengan prosedur untuk mencari penyelesaiannya. Bagi seorang siswa soal dalam bentuk cerita dapat menjadi masalah karena untuk mencari penyelesaian dibutuhkan 6

7 pemahaman dan langkah- langkah untuk dapat menemukan penyelesaiannya. Terdapat banyak tafsiran tentang pemecahan masalah dalam matematika. Menurut Wardhani (2008), pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Selain itu, Sukirman, dkk (2009) mengatakan pemecahan masalah dapat didefinisikan sebagai pemulihan kembali situasi yang dianggap sebagai masalah bagi seseorang yang menyelesaikannya. Pemulihan tersebut melalui serangkaian perbuatan yang secara bertahap dilakukan atau dipenuhi dan berakhir pada hasil yang diperoleh berupa penyelesaian masalah. Sejalan dengan pendapat Polya (1973) yang menyebutkan bahwa pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Dibutuhkan tahapan dalam penyelesaiannya. Proses belajar menggunakan pemecahan masalah, memungkinkan siswa membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri didasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga proses belajar yang dilakukan akan berjalan aktif dan dinamis. Polya (1973) menjelaskan langlah- langkah yang dilakukan dalam memecahkan masalah sebagai berikut:

8 1. Understanding the Problem (Memahami masalah) Memahami masalah dilakukan dengan memunculkan apa yang diketahui, data apa yang diberikan, sudah cukup untuk menentukan halhal yang belum diketahui, selanjutnya masalah digambarkan dengan notasi yang tepat. 2. Devising a Plan ( Merencanakan Penyelesaiannya ) Merencanakan penyelesaian dengan menemukan hubungan antara informasi yang diperoleh dan hal- hal yang belum diketahui, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian dengan mempertimbangkan pelengkap masalah. 3. Carrying Out the Plan ( Menyelesaiakan Masalah Sesuai Rencana ) Rencana pemecahan diselesaikan sesuai dengan langkah- langkah yang telah dibuat dengan rumus atau persamaan yang sesuai untuk mendapatkan penyelesaian. 4. Looking Back ( Memeriksa Kembali Prosedur dan Hasil Penyelesaian) Melihat kembali jawaban dengan cara memeriksa hasil dengan proses pemecahan masalah tidak boleh terabaikan. Menganalisis dan mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar. Berdasarkan tahapan pemecahan masalah Polya, pada penelitian ini indikator yang ingin diketahui oleh peneliti pada waktu siswa mengerjakan soal pemecahan masalah matematika dapat dilihat pada tabel berikut:

9 Tabel 2.1 Langkah- langkah Pemecahan Masalah Matematika I II III IV Tahapan pemecahan masalah Memahami masalah Membuat rencana penyelesaian Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian Langkah- langkah Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. Siswa dapat menuliskan model matematika dari permasalahan dan membuat rencana penyelesaian masalah sesuai dengan hal- hal yang diketahui. Siswa dapat melakukan perhitungan dengan benar, menetapkan hasil, dan menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Siswa dapat melakukan pemeriksaan kembali terhadap hasil yang diperoleh. Mensubstitusikan nilai ke persamaan. Pemecahan masalah adalah proses mencari jalan keluar dari kesulitan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematika adalah proses penerapan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memperoleh jawaban dari suatu soal dan diperlukan prosedur untuk menyelesaikannya. Agar dapat menyelesaikannya maka diperlukan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah adalah ketrampilan yang dimiliki siswa untuk menemukan jawaban dari suatu permasalahan matematika berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam proses penyelesaiannya membutuhkan pemahaman,

10 perencanaan, pelaksanaan rencana, dan pemeriksaan kembali terhadap hasil. Contoh soal kemampuan pemecahan masalah matematis : Di lapangan terdapat 90 ekor hewan ternak yang terdiri dari kambing dan ayam. Jika jumlah kaki seluruh hewan ternak tersebut adalah 300 kaki. Jika peternak menjual seluruh ayam dan kambing dengan harga masing- masing Rp 30.000,00 dan Rp 3.000.000,00. Berapa uang yang diterima seluruhnya? Penyelesaian : a) Memahami masalah Diketahui : Banyak hewan ternak seluruhnya adalah 90 ekor. Jumlah kaki kambing adalah 4 buah. Jumlah kaki ayam adalah 2 buah. Jumlah kaki seluruh hewan adalah 300 buah. Ditanyakan : Uang yang diterima seluruhnya, jika harga seekor ayam= Rp 30.000,00 dan seekor kambing Rp 3.000.000,00? b) Membuat rencana penyelesaian Model matematika Misalkan : a = banyak kambing b = banyak ayam sehingga diperoleh sistem persamaan : a + b = 90 (1) 4a + 2b = 300... (2) Eliminasi persamaan 1 dan persamaan 2

11 c) Melaksanakan rencana Melakukan perhitungan Metode eliminasi untuk menghilangkan variabel a, diperoleh : a + b = 90 x 4 4a + 4b = 360 4a + 2b = 300 x 1 4a + 2b = 300 2b = 60 b = 60 2 = 30 Metode eliminasi untuk menghilangkan variabel b, diperoleh: a + b = 90 x 2 2a + 2b = 180 4a + 2b = 300 x 1 4a + 2b = 300 a = 120 2 = 60-2a = - 120 Banyak kambing adalah 30 ekor dan banyaknya ayam adalah 60 ekor. Jadi, uang yang diterima peternak seluruhnya adalah (60 xrp 30.000,00) + (30 x Rp 3.000.000,00) = Rp 1.800.000,00 + Rp 90.000.000,00 = Rp 91.800.000,00 d) Memeriksa kembali jawaban Masukkan nilai a dan b ke persamaan 1 dan 2 (i) a + b = 90 60 + 30 = 90 90 = 90 (ii) 4a + 2b = 300 4.60 + 2.30 = 300 240 + 60 = 300

12 2. Keaktifan Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:114-115) memaparkan keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari keadaan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang mudah diamati dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Keaktifan siswa pada proses kegiatan belajar mengajar, dimana anak mengalami keterlibatan intelektual emosional, disamping keterlibatan fisik di dalam proses belajar mengajar. Keaktifan dalam pembelajaran merupakan suatu penunjang tercapainya hasil yang optimal. Karena dengan keaktifan siswa dapat berperan dalam proses belajar dimana akan tercipta interaksi yang baik antara siswa dan guru. Sehingga kemampuan- kemampuan matematika dapat terbentuk. Keaktifan tersebut tidak hanya keaktifan jasmani saja, melainkan juga keaktifan rohani. Keaktifan peserta didik dalam proses belajar merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana keaktifan belajar peserta didik dapat ditempuh dengan upaya kegiatan belajar kelompok maupun belajar secara perseorangan. Thorndike (dalam Dimyati, 2002:45) juga menambahkan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum law of exercise -nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan- latihan. Dari pendapat pakar, dapat disimpulkan bahwa keaktifan

13 adalah keikutsertaan peserta didik dalam proses pembelajaran yang berbentuk interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Belajar merupakan suatu kebutuhan setiap manusia sebagai sarana mengembangkan diri. Kegiatan belajar yang dilakukan seseorang menyebabkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik. Hamalik (2006: 27) mengemukakan belajar merupakan proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami dan hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Perubahan dari proses belajar akan berahan lama bahkan sampai taraf tertentu tidak akan menghilang lagi. Slameto (2010:2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu oerubahan tingkah laku yang, sebagai hasil pengamatan sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan seseorang/ siswa menuju arah yang lebih baik berdasarkan pengalaman sehingga akan menjadi suatu kebiasaan. Berdasarkan uraian di atas maka keaktifan belajar adalah keikutsertaan siswa dalam rangka perubahan tingkah laku diri kearah yang lebih baik melalui berbagai kegiatan diantaranya bertanya, berpendapat, mencari informasi, maju ke depan kelas. Keaktifan siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Beberapa diantaranya adalah turut serta dalam memberikan pendapat atau gagasan, bertanya pada guru apabila belum

14 memahami persoalan. Proses pembelajaran ini dapat mengembangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan (motorik, kognitif, dan sosial). Menurut pendapat Nana (2009) proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: 1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2. Terlibat dalam pemecahan masalah. 3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil- hasil yang diperolehnya. 7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenisnya. 8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tuugas atau persoalan yang dihadapinya. Keaktifan belajar merupakan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar memiliki keberhasilan dalam belajar. Lestari (2015) menyebutkan terdapat indikator keaktifan belajar yaitu, 1. Menyatakan pendapat. 2. Mengajukan pertanyaan.

15 3. Menanggapi pendapat orang lain. 4. Mengerjakan tugas dengan baik. 5. Turut serta dalam tugas belajarnya. 6. Terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah. 7. Melaksanakan diskusi kelompok. 8. Berani tampil didepan kelas. Pada penelitian ini, indikator keaktifan belajar yang digunakan antara lain: 1. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi. 2. Turut serta dalam tugas belajar melalui menyatakan pendapat dan menanggapi pendapat orang lain. 3. Terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah. 4. Mengerjakan tugas dengan baik dengan berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6. Berani tampil di depan kelas untuk melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis 7. Menilai kemampuan dirinya dan hasil- hasil yang diperolehnya 8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

16 3. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel untuk siswa SMP/Mts kelas VIII semester 1 yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Tabel 2.2 Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel( (SPLDV) kelas VIII Semester 1. Standar Kompetensi 2. Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 2.2 Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV 2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV dan penafsirannya. Indikator 2.2.1 Menentukan nilai dan variabel dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV, Membuat model matematika dari masalah seharihari yang berkaitan dengan SPLDV. 2.3.1 Menghitung nilai variabel dari masalah SPLDV menggunakan salah satu metode (eliminasi, substitusi, grafik, dan camuran). 2.3.2 Menyelesaikan masalah seharihari yang berkaitan dengan SPLDV menggunakan salah satu metode (eliminasi, substitusi, grafik, dan campuran)

17 Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang memiliki dua variabel dan pangkat masing- masing variabelnya satu. Sedangkan, sistem persamaan linear dua variabel adalah suatu susunan persamaan yang memiliki dua atau lebih persamaan linear dengan dua variabel dan memiliki beberapa penyelesaian. Bentuk umum persamaan linear dua variabel : ax + bx = c px + qy = r Dengan a, b, p, q 0 Ada empat penyelesaian dalam SPLDV, diantaranya: 1. Metode Substitusi Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitisi dilakukan dengan cara mengganti (menubstitusikan) salah satu variabel dengan variabel lainnya. 2. Metode Eliminasi Menyelesaikan sistem persmaan linear dua variabel dengan metode eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan (mengeliminasi) salah satu variabel. 3. Metode Grafik Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan metode grafik dilakukan dnegan cara membuat garafik dari kedua persamaan yang diketahui dalam saqtu diagram. Koordinat titik poting kedua garis yang telah dibuat merupakan penyelesaian dari sistem persamaan.

18 4. Metode Campuran Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode campuran merupakan perpaduan antra metode eliminasi dan metode substitusi. B. Penelitian Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Kholifah (2015) dengan judul Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau dari Kemandirian Belajar memperoleh hasil bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi dapat melaksanakan indikator memahami masalah, merencanakan penyelesaian, dan melakukan penyelesaian sesuai dengan rencana serta belum sepenuhnya mampu menguasai indikator melihat hasil, siswa yang memiliki kemandirian sedang mampu menguasai indikator memahami masalah dan merencanakan penyelesaian serta belum sepenuhnya mampu menguasai indikator pelaksanaan rencana dan melihat kembali, sedangkan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah belum mampu menguasai indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Selain itu menurut penelitian Arifin (2015) pada jurnal yang berjudul Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif dan Efikasi Diri Pada Siswa Kelas VIII Unggulan SMP N 1 Watampone diperoleh hasil dalam 8 kelompok efikasi diri terdapat warna berbeda yang bisa diperoleh dari keragaman pemecahan masalah matematika dengan memperthatikan gaya kognitif dan efikasi diri. Siswa dengan gaya kognitif field independent memiliki

19 respon pemecahan masalah matematika lebih kompleks dibandingkan dengan field dependent yang cara pengerjaanya lebih umum. Pada penelitian di atas, dibahas mengenai kemampuan pemecahan masalah dengan tinjauan masing- masing adalah kemandirian dan efikasi diri dan gaya kognitif. Sedangkan keaktifan belajar belum teramati. Maka perlu dibahas mengenai kemampuan pemecahan masalah yang dilihat dari keaktifan belajar siswa. Tahapan pemecahan masalah yang digunakan adalah tahapan pemecahan masalah Polya. C. Kerangka Pikir Pemecahan masalah diperlukan dalam kehidupan sehari- hari karena manusia tidak akan pernah lepas dari masalah. Dalam dunia pendidikan matematika, diperlukan ketrampilan untuk memilih metode dan menggunakan strategi dalam pemecahan masalah matematis. Untuk dapat mengatasi permaslahan, diperlukan suatu kemampuan pemecahan masalah matematika. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah ketrampilan yang dimiliki siswa untuk menemukan solusi dari suatu kesulitan matematika yang dihadapi berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam hal ini, kesulitan matematika tersebuat adalah soal matematika. Ketrampilan pemecahan masalah matematis juga merupakan tujuan dalam matematika. Dalam proses penyelsesaian membutuhkan pemahaman (understanding the problem), Devising plan (membuat perencanaan ), Carrying out the plan ( melaksanakan perencanan ), Looking back (pemeriksaan kembali).

20 Kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa diduga dapat berkaitan dengan keaktifan belajar. Keaktifan belajar merupakan keikut sertaan siswa dalam proses perubahan tingkah laku. Dengan keaktifan belajar akan terjadi aktivitas- aktivitas yang dilakukan oleh siswa yang mendukung dalam proses belajar mengajar diantaranya bertanya, berpendapat, membaca, dan sebagainya. Melalui aktivitas tersebut akan terjadi interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa sehingga dari pengalaman tersebut memungkinkan berkembangnya kemampuan pemecahan masalah siswa. Dari pengalaman tersebut akan diperoleh pengetahuan bagi siswa sebagai bekal untuk memecahkan masalah. Maka kemungkinan keaktifan belajar mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dari uraian diatas, maka akan dilakukan penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis berdasarkan tingkat keaktifan belajar siswa.