Strategi Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Ditinjau dari Tingkat Berpikir Geometri Van Hiele

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

Key Words: Identification Strategies, Problem solving, Surface Area and Volume Beams

KECENDERUNGAN SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 ROWOKELE DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI CALON GURU SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI TAHAP BERPIKIR VAN HIELE

BANYAK CARA, SATU JAWABAN: ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT BERBASIS TEORI VAN HIELE

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

Sugiyarti Pendidikan Matematika-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang.

Representasi Matematis Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Perbedaan Gender

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

Unnes Journal of Mathematics Education Research

KETERAMPILAN DASAR GEOMETRI SISWA KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DI MI AL ISTIQOMAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

KEEFEKTIFAN MODEL MMP PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DISERTAI IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

Pendahuluan. Mika Wahyuning Utami et al., Tingkat Berpikir Siswa...

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ANALISIS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN MASALAH

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA

ANALISIS TAHAP BERPIKIR GEOMETRI SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF DI SMP

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra

PROBLEMATIKA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN MATEMATIKA SMP DI BREBES

Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP

Development of Project-Based Blended Learning Model to Support Student Creativity in Designing Mathematics Learning in Elementary School

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROFIL BERPIKIR GEOMETRIS PADA MATERI BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

Titi Solfitri 1, Yenita Roza 2. Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA MATERI DIMENSI TIGA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI GEOMETRI DI KELAS VIII

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

PEMAHAMAN KONSEP PERBANDINGAN SISWA SMP BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

Erfan Yudianto, S. Pd Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UNESA.

Respon Mahasiswa terhadap Desain Perkuliahan Geometri yang Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika

Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB II KAJIAN TEORI A. Masalah Matematika

PENALARAN MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA PADA SISWA USIA 15 TAHUN DI SMA NEGERI 1 JEMBER

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

PROFIL BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNCP YANG BERKEMAMPUAN LOGIKA TINGGI DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN ENDED

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EKSPLORASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH OPEN-ENDED PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT BAGI SISWA SMP

ANALISIS LEVEL PERTANYAAN GEOMETRI BERDASARKAN TINGKATAN VAN HIELE PADA BUKU TEKS MATEMATIKA SMP KELAS VII

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IX-G DI SMP NEGERI 3 CIMAHI DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PADA MATERI LINGKARAN

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA

PROFIL BERPIKIR SISWA SMA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN CHOLERIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3

IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE. Abdul Jabar dan Fahriza Noor. Kata Kunci: berpikir geometri, van hiele.

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori Van Hiele

BAB II KAJIAN TEORETIS

PROFIL KREATIVITAS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

datar berdasarkan kemampuan berpikir geometris Van Hiele sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Progran Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Linda Sunarya NIM.

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 LIMBOTO DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI HIMPUNAN JURNAL

Diajukan Oleh: NOVI PRASETYO NUGROHO A

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA SPLDV DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SALATIGA

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PENGETAHUAN SISWA SMP KELAS VIII DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA NON GEOMETRI BERDASARKAN LEVEL 2 PERKEMBANGAN BERPIKIR VAN HIELE

Pendahuluan. Sekar Tyas Asih et al., Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memecahkan...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

Profil Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan Gaya Berpikirnya dalam Memecahkan Masalah Fisika di Universitas Negeri Makassar

PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc (Widyaiswara PPPPTK Matematika)

PROFIL KEMAMPUAN SISWA LEVEL 2 VAN HIELE KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA TENTANG BANGUN DATAR

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X-IPA 3 MAN 2 JEMBER BERDASARKAN GENDER

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

Transkripsi:

Kreano 8 (1) (2017): 27-34 Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano Strategi Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Ditinjau dari Tingkat Berpikir Geometri Van Hiele Diah Ayuningrum 1 1 Prodi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, Indonesia Email: ayuningrum.diah568@gmail.com DOI: http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v8i2.6851 Received : August 2016; Accepted: April 2017; Published: June 2017 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pemecahan masalah matematika siswa SMP ditinjau dari tingkat berpikir geometri Van Hiele yaitu visualisasi, analisis dan deduksi informal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Subjek penelitian ini terdiri dari tiga siswa kelas VIII-F SMPN 1 Waru, Sidoarjo. Penelitian ini dimulai dengan menentukan subjek penelitian dengan menggunakan tes tingkat berpikir geometri Van Hiele, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas pemecahan masalah dan wawancara. Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi waktu. Strategi pemecahan masalah siswa akan dianalisis berdasarkan tahapan pemecahan masalah Krulik dan Rudnick, yang terdiri dari (1) membaca dan berpikir, (2) mengeksplorasi dan merencanakan, (3) memilih suatu strategi, (4) menemukan jawaban, dan (5) meninjau dan mendiskusikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) siswa visualisasi dalam memecahkan masalah matematika menggunakan strategi membuat gambar, berpikir logis, menulis persamaan atau kalimat terbuka, dan membuat daftar yang teratur, subjek visualisasi belum memahami bahwa persegi merupakan persegipanjang. 2) Siswa analisis memecahkan masalah matematika menggunakan strategi berpikir logis, menguji dan menerka serta membuat gambar, subjek analisis belum memahami bahwa persegi merupakan persegi panjang. 3) Siswa deduksi informal dalam memecahkan masalah matematika menggunakan strategi membuat gambar, berpikir logis, menulis persamaan atau kalimat terbuka serta menerka dan menguji, subjek deduksi informal telah memahami bahwa persegi merupakan persegipanjang. Abstract This study aimed to describe the mathematical problem-solving strategy of junior high school students based on Van Hiele levels of geometry thinking, namely visualization, analysis and informal deduction. This study was a qualitative research that produced descriptive data. Subjects of this study consisted of three students of class VIII-F SMPN 1 Waru, Sidoarjo. The study began by determining the subject of research by using Van Hiele s geometry test, and then given problem solving task and interviews. For checking the validity of the data used a triangulation of time. Student problem solving strategies will be analyzed based on the stages of Krulik and Rudnick s problem solving, which consists of (1) to read and think, (2) explore and plan, (3) selecting a strategy, (4) find the answers, and (5) review and discuss. The results showed that 1) the strategy of visualization student in solving mathematical problems was drew a picture, logical reasoning, wrote an equation or an open sentence, and made organized list, the visualization subject did not understood that a square was a rectangle. 2) The analysis student in solving mathematical problems was used logical reasoning strategies, guessed and checked, and drew a picture, the analysis subject did not understood that a square was a rectangle. 3) The strategy of informal deduction student in solving mathematical problem was drew a picture, logical reasoning, wrote an equation or an open sentence and guessed and checked, the subject of informal deductions had understood that a square was a rectangle. Keywords: Problem Solving Strategy, Problem Solving, Van Hiele Geometry s Thinking Levels. 2017 Semarang State University. All rights reserved p-issn: 2086-2334; e-issn: 2442-4218

28 Diah Ayuningrum, Strategi Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Ditinjau dari Tingkat Berpikir PENDAHULUAN Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu cabang ilmu matematika adalah geometri. Geometri sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Hakekatnya semua visualisasi yang ada di muka bumi ini adalah bentuk geometri. Pembelajaran geometri dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan pemecahan masalah merupakan salah satu alasan utama untuk belajar matematika (Walle, 1990). Dengan belajar geometri siswa diharapkan dapat menjadi pemecah masalah yang baik (Abdussakir, 2012). Oleh karena itu, dengan belajar geometri siswa diharapkan dapat menganalisis masalah, memecahkan masalah dan membangun suatu hubungan antara matematika dan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil study TIMMS tahun 2011, diperoleh fakta bahwa siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah dalam hal teori, analisis dan pemecahan masalah. Selain itu, Wardhani & Rumiati juga mengaji hasil studi TIMSS dan menjelaskan bahwa hanya 20% siswa Indonesia yang dapat menjawab dengan benar salah satu soal pemecahan masalah geometri mengenai konsep keliling persegi, persegipanjang dan jajargenjang. Hasil kajian tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan geometri (Wardhani & Rumiati, 2011). Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah geometri disebabkan rendahnya kemampuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah. Aydogdu menyatakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah geometri adalah cara memilih dan menggunakan strategi pemecahan masalah (Branca, 1980). Ada banyak strategi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah (Polya, 1973). Beberapa strategi pemecahan masalah yang sering digunakan dalam memecahkan masalah matematika yaitu membuat gambar (draw a picture), membuat tabel (make a table), membuat daftar yang teratur (make organized list), menerka dan menguji (guess and check), menyelesaikan masalah yang lebih sederhana (try a Simpler problem), mencari pola/ generalisasi (looking for pattern), menulis persamaan/ kalimat terbuka (write an equation or open sentence), dan berpikir logis (logical reasoning) (Walle, 1990). Beberapa strategi dapat digunakan untuk menyelesaikan satu jenis masalah, namun satu strategi juga dapat digunakan untuk beberapa masalah. Strategi pemecahan masalah yang digunakan seseorang berbeda-beda bergantung terhadap pengalaman atau informasi yang dimiliki sebelumnya (Aydogdu, 2014). Sehubungan dengan perbedaan penggunaan strategi dalam pemecahan masalah, maka guru sangat berperan penting dalam pembelajaran untuk memberikan pengalaman dan informasi kepada siswa dalam menerapkan strategi yang tepat guna memecahkan suatu permasalahan sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang memuaskan dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan tercapai. Salah satu ahli pendidikan yang juga memperhatikan tingkat kemampuan kognitif siswa adalah Van Hiele. Menurut teori Van Hiele, seseorang akan melalui lima tingkat perkembangan berpikir dalam belajar geometri yaitu tingkat 0 (visualisasi), tingkat 1 (analisis), tingkat 2 (deduksi informal), tingkat 3 (deduksi) dan tingkat 4 (rigor). Setiap tingkat dalam teori Van Hiele, menunjukkan karakteristik proses berpikir siswa dalam belajar geometri dan pemahamannya dalam materi geometri. Hiele mengatakan bahwa kemajuan seseorang dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya lebih tergantung pada pengalaman belajar bukan pada kematangan atau usia (Siew, 2013). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat berpikir geometri siswa SMP berada pada tingkat visualisasi hingga deduksi informal. Penelitian yang dilakukan Burger & Shaughnessy (1986) menyatakan bahwa tingkat berpikir siswa SMP dalam belajar geometri tertinggi pada tingkat 2 (deduksi informal) dan sebagian besar berada pada tingkat 0 (visualisasi). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang strategi pemecahan masalah matematika siswa SMP ditinjau dari tingkat berpikir geometri Van Hiele. Pemecahan Masalah Masalah merupakan sesuatu yang tidak ter-

Kreano 8 (1) (2017): 27-34 29 lepas dari diri manusia. Adanya masalah mampu mendorong seseorang untuk mencari solusi guna memecahkan permasalahan yang dihadapi. Krulik & Rudnik menyatakan masalah adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan tetapi individu atau kelompok tersebut tidak memiliki cara yang langsung untuk menentukan solusinya (Krulik & Rudnick, 1995). Sejalan dengan hal tersebut, Cooney juga mengemukakan suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang telah diketahui siswa (Shadiq, 2004). Branca (1980) menyatakan bahwa Problem solving is the heart of mathematics yang artinya jantungnya matematika adalah pemecahan masalah. Krulik dan Rudnik (1995) mendefinisikan Problem solving is a process which an individualuses previously acquired knowledge, skills, and understanding tosatisfy the demands of an unfamiliar situation. Pemecahan masalah adalah suatu proses di mana individu menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan pemahamannya untuk menemukan solusi dari suatu masalah. Polya (1973) mengungkapkan terdapat empat langkah dalam memecahkan masalah yaitu: (a) Memahami masalah; (b) Merencanakan penyelesaian; (c) Melaksanakan Rencana; (d) Memeriksa kembali proses dan hasil. Krulik dan Rudnik (1988) juga menyatakan terdapat 5 langkah pemecahan masalah yaitu: (a) Membaca dan berpikir (read and think); (b) Mengeksplorasi dan merencanakan (Explore and plan); (c) Memilih suatu strategi (Select a strategy); (d) Menemukan suatu jawaban (find the answer); dan (e) Meninjau kembali dan mendiskusikan (reflect and extend). Dalam penelitian ini, langkah-langkah pemecahan masalah merujuk pada langkah pemecahan masalah Krulik & Rudnick. Strategi Pemecahan Masalah Strategi pemecahan masalah adalah cara yang sering digunakan orang dan sering berhasil pada pemecahan masalah (Shadiq, 2004). Walle (1990) menyatakan bahwa strategi pemecahan masalah merupakan metode yang dapat diidentifikasi untuk mendekati sebuah tugas yang benar-benar independen dari topik tertentu. Beberapa strategi yang digunakan siswa baik siswa kelas rendah maupun kelas tinggi, yaitu: (a) Menerka dan menguji (Guess and Check). Strategi menebak yang cerdas ini didasarkan pada aspek aspek yang relevan dengan permasalahan yang ada, ditambah dengan pengetahuan dari pengalaman yang dimiliki sebelumnya; (b) Membuat gambar, beraksi dan menggunakan model (Draw picture, Act It Out, Use Model). Strategi ini dapat digunakan untuk membantu memperjelas hubungan antara data yang diberikan dengan permasalahan yang dihadapi; (c) Mencari pola (Look for a pattern). Strategi ini berkaitan dengan pencarian keteraturan-keteraturan. Dengan keteraturan yang sudah didapatkan tersebut akan lebih memudahkan untuk menemukan penyelesaian masalah; (d) Membuat tabel atau diagram (Make a table or chart). Strategi membuat tabel bermanfaat ketika terdapat rangkaian bilangan pada permasalahan atau ketika solusi memungkinkan untuk ditemukan dalam bentuk tabel yang sistematis; (e) Membuat daftar yang teratur (Make an organized list). Membuat susunan daftar ini bermanfaat untuk menghitung semua kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan; (f) Berpikir Logis (Logical Reasoning). Strategi ini berkaitan dengan penggunaan pemilihan notasi yang tepat, dapat memilih rumus yang tepat dan penalaran ataupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada; (g) Mencoba masalah yang lebih mudah (Try a simple problem). Strategi ini berkaitan dengan penggunaan contoh-contoh khusus yang lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga gambaran umum penyelesaian akan lebih mudah dianalisis dan lebih mudah ditemukan; dan (h) Menulis sebuah persamaan atau kalimat terbuka (Write an equation or open sentences). Persamaan atau pertidaksamaan yang dibaut akan mengarahkan pada kalimat terbuka dimana memuat variabel yang selanjutnya siswa akan menentukan nilai dari variabel tersebut sehingga diperoleh solusi yang benar (Walle, 1990; Yazgan, 2015).

30 Diah Ayuningrum, Strategi Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Ditinjau dari Tingkat Berpikir Tingkat Berpikir Geometri Van Hiele Menurut teori Van Hiele, seseorang akan melalui lima tingkat perkembangan berpikir dalam belajar geometri. Setiap tingkat dalam teori Van Hiele, menunjukkan karakteristik proses berpikir siswa dalam belajar geometri dan pemahamannya dalam konteks geometri. Lima tingkat berpikir geometri Van Hiele yaitu: (a) Tingkat 0 (Visualisasi). Pada level ini siswa hanya memperhatikan bangun secara visual saja tanpa mengetahui sifat-sifat bangun tersebut. Siswa pada tingkat ini elajar tetang bentuk suatu objek berdasarkan apa yang dia lihat ; (b) Tingkat 1 (Analisis). Pada tingkat ini siswa mulai menganalisis konsep geometri. Siswa sudah dapat mengenali dan menentukan karakteristik bangun dengan menganalisis sifat-sifat yang dimiliki bangun tersebut; (c) Tingkat 2 (Deduksi Informal). Pada tingkat ini siswa mulai dapat berpikir tentang sifat benda geometri tanpa kendala tertentu, mereka dapat melihat hubungan antar sifat-sifat dalam satu bangun; (d) Tingkat 3 (Deduksi). Pada tingkat ini berpikir deduksi siswa sudah mulai berkembang dan penalaran deduksi sebagai cara untuk membangun struktur geometri dalam sistem aksiomatik telah dipahami; dan (e) Tingkat 4 (Rigor). Siswa pada tingkat ini dapat memahami penggunaan bukti tak langsung dan bukti melalui kontra-positif, dan dapat memahami sistemsistem non-euclidean (Burger & Shaughnessy, 1986). METODE Penelitian Deskriptif Kualitatif ini menggunakan data kualitatif untuk mendeskripsikan secara jelas dan terperinci mengenai strategi pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari tingkat berpikir geometri Van Hiele. Subjek penelitian adalah 3 siswa SMPN 1 Waru Sidoarjo. Kegiatan pemilihan subjek dimulai dengan pemberian tes klasifikasi tingkat berpikir geometri Van Hiele sebagai pedoman untuk pengelompokan siswa. Tes klasifikasi tingkat berpikir geometri Van Hiele mengadaptasi dari Van Hiele s Geometry Test (VGHT) yang dikembangkan oleh Cognitive Development and Achievement in Secondary School Geometry dari Universitas Chicago (Usiskin, 1982). Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan pemberian tes klasifikasi tingkat berikir geometri Van Hiele kepada 34 siswa. Dari hasil tes tersebut siswa dikelompokkan sesuai tingkat berpikir geometri dan dipilih masing masing satu orang siswa pada tiap tingkat berpikir geometri visulisasi, analisis dan deduksi informal. Setelah itu ketiga subjek diminta untuk mengerjakan tes pemecahan masalah dan dilakukan wawancara untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang strategi pemcahan masalah matematika siswa. Untuk memeriksa kekonsistenan data digunakan triangulasi waktu, sehingga tes pemecahan masalah dan wawancara dilakukan minimal sebanyak dua kali dalam waktu yang berbeda. Selanjutnya, data strategi pemecahan masalah siswa akan dianalisis berdasarkan tahapan pemecahan masalah Krulik dan Rudnick, yang terdiri dari (1) membaca dan berpikir, (2) mengeksplorasi dan merencanakan, (3) memilih suatu strategi, (4) menemukan jawaban, dan (5) meninjau dan mendiskusikan. Berdasarkan analisis data tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan tentang strategi pemecahan masalah maematika siswa SMP ditinjau dari tingkat berpikir geometri Van Hiele. HASIL Berdasarkan analisis data hasil penelitian maka diperoleh data tentang strategi pemecahan masalah matematika siswa sebagai berikut: Siswa visualisasi menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal. Siswa visulisasi membuat sketsa dari soal yang diberikan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang dihadapi. Hal tersebut terjadi karena siswa visualisasi memiliki kecenderungan belajar tentang objek geometri berdasarkan apa yang dia lihat. Pada tahap mengeksplorasi dan merencanakan, siswa visualiasi dapat menemukan hubungan antara informasi yang diketahui dan ditanyakan. Hal ini dikarenakan siswa visualisasi dapat menyelesaikan masalah yang tidak terlalu menekankan sifat-sifat pada suatu bangun secara umum (Fuys et al, 1988). Permasalahan di TPM yang diberikan tidak menekankan pada sifat sifat persegipanjang melainkan hanya

Kreano 8 (1) (2017): 27-34 31 pada ukuran yaitu luas dan kelililing dari persegipanjang. Oleh karena itu siswa visualisasi tersebut dapat dikatakan menggunakan strategi berpikir logis sesuai dengan yang dikemukakan Walle (1990) bahwa strategi ini (berpikir logis) berguna untuk menetapkan hubungan dari berbagai informasi yang diberikan. Pada tahap memilih strategi, siswa memilih menggunakan strategi menulis persamaan atau kalimat terbuka dan membuat daftar yang teratur. Siswa visualisasi memilih menggunakan strategi menulis persamaan dan kalimat terbuka karena pada tingkat ini, siswa sudah dapat memahami ukuran suatu bentuk, ia dapat melakukan pengukuran suatu objek dengan baik meskipun tidak memahami sifat-sifat suatu objek secara keseluruhan. Siswa pada tingkat ini (visualisasi) dapat melakukan operasi pada pengukuran bangun datar, dan terkadang tentang sifat dari suatu bangun meskipun sifat-sifat tersebut tidak terlihat secara jelas. Pada tahap menemukan jawaban, siswa melakukan langkah-langkah sesuai dengan yang ia rencanakan pada tahap sebelumnya. Siswa menggunakan strategi berpikir logis dimana ia menggunakan informasi yang terdapat dalam soal dengan menerapkan operasi perkalian dan pembagian. Ssiswa visualisasi dapat memecahkan permasalahan geometri dengan menyusun, mengukur, dan menghitung sesuai dengan apa yang diketahui pada permasalahan tersebut. Siswa juga menggunakan strategi menulis sebuah persamaan atau kalimat terbuka sehingga diperoleh penjumlahan dari panjang dan lebar. Siswa juga menulis semua kemungkinan, hal tersebut terjadi karena siswa visualisasi tidak dapat menganalisis suatu bangun berdasarkan sifat-sifatnya saja melainkan harus melihat gambar dari bangun tersebut sehingga siswa kurang dapat membayangkan berapa nilai untuk panjang dan lebar agar menghasilkan luas maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh Burger & Shaughnessy (1986) siswa tidak dapat menganalisis suatu bangun berdasarkan sifat-sifatnya dan hanya bergantung terhadap gambar. Siswa visualisasi belum memahami bahwa persegi merupakan persegipanjang sehingga ia salah dalam menentuka luas maksimal suatu bangun. Pada tahap meninjau kembali dan mendiskusi, siswa mengecek perhitungan, rumus yang digunakan serta kesesuaian jawaban dengan pertanyaan pada tiap langkah yang dilakukannya. Siswa analisis mengungkap kembali masalah dengan bahasanya sendiri dan juga mengungkapkan hal yang diketahui dan ditanyakan pada soal dengan jelas sehingga tidak ada informasi yang tidak dipahami. Hal tersebut dapat terjadi karena siswa analisis sudah mampu membayangkan suatu objek berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya sehingga dengan informasi yang diberikan tanpa harus menggambar ia sudah dapat membayangkan bentuk bangun tersebut. Pada tahap mengekplorasi dan merencanakan, siswa menggunakan strategi berpikir logis. Siswa analisis menyelesaikan permasalahan geometri menggunakan sifat-sifat bangun atau dengan pendekatan penuh pemahaman. Oleh karena itu, bukan hal yang sulit untuk menemukan hubungan antara informasi yang diketahui dan ditanyakan serta informasi penting yang terdapat pada soal Pada tahap memilih strategi, siswa analisis memilih menggunakan strategi menerka dan menguji. Walle (1990) mengungkapkan strategi menebak yang cerdas ini didasarkan pada aspek aspek yang relevan dengan permasalahan yang ada, ditambah dengan pengetahuan dari pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Siswa analisis menganalisis sifat-sifat dari bangun tersebut dan hubungan antar bagian, menentukan sifat-sifat dari kelas bangun secara empiris dan menggunakan sifat-sifat untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, dalam menggunakan strategi menerka dan menguji, siswa mengidentifikasi sifat-sifat persegipanjang kemudian memikirkan angka untuk nilai panjang dan lebar dan disesuaikan dengan keliling persegipanjang kemudian dipilih angka yang menghasilkan hasil kali yang paling besar guna menentukan luas maksimal. Pada tahap menemukan jawaban, siswa menggunakan strategi berpikir logis dimana ia melakukan pemilihan notasi yang tepat, rumus yang tepat dan penalaran ataupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi-informasi yang diketahuinya hingga diperoleh solusi yang benar. Fuys

32 Diah Ayuningrum, Strategi Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Ditinjau dari Tingkat Berpikir (1988:60) menyatakan student recall and uses appropriate vocabulary for components and relationship. Siswa mengingat dan menggunakan perbendaharaan yang sesuai untuk bagian-bagian dan hubungan-hubungan guna menyelesaikan masalah. Selanjutnya, siswa juga menggunakan strategi menerka dan menguji untuk menemukan panjang dan lebar sehingga diperoleh luas maksimal. Siswa menerka dan menguji sebanyak 3 kali hingga diperoleh luas maksimal. Menurut Fuys (1988) dalam hal ini, siswa membandingkan dua bangun atau lebih sesuai dengan hubungan diantara bagian-bagiannya. Berdasarkan teori Van Hiele (dalam Crowley, 1987) bahwa tingkat berpikir geometri siswa bersifat rangkaian yang berurutan, maka siswa analisis sebelumnya sudah melalui tingkatan visualisasi. Oleh karena itu, dalam memecahkan permasalahan geometri kemampuan siswa yang dimiliki saat berada pada tingkat berpikir geometri visualisasi tidak hilang begitu saja, namun siswa juga dapat menerapkannya untuk menyelesaikan masalah. Dalam menyelesaikan permasalahan ini, siswa juga menggunakan strategi menggambar yaitu menggambar persegipanjang namun tidak menggunakan penggaris hanya sketsa saja. Subjek analisis salah menentukan luas maksimal karena subjek belum memahami bahwa persegi merupakan persegipanjang. Hal tersebut terjadi karena siswa pada tahap ini dapat mengenali dan menentukan karakteristik bangun dengan menganalisis sifat-sifat yang dimiliki bangun tersebut namun masih belum memahami hubungan antar bangun Pada tahap meninjau kembali dan mendiskusi siswa mengecek perhitungan, pada tiap langkah yang telah dilakukan serta kesesuaian jawaban dengan pertanyaan. Siswa juga mengungkap cara lain yaitu menggunakan rumus keliling, subjek mengungkapkan alasan tidak menggunakan cara itu karena jika menggunakan rumus lebih lama dan lebih rumit. Siswa deduksi informal, pada tahap membaca dan berpikir ini juga mengungkapkan hal yang diketahui dan ditanyakan pada soal. Walle (1990) menyatakan pada tingkat ini siswa mulai dapat berpikir tentang sifat benda geometri tanpa kendala tertentu, mereka dapat melihat hubungan antar sifat-sifat dalam satu bangun. Ketrampilan menggambar siswa deduksi informal sudah baik, hal tersebut seperti yang diungkapkan Muhassanah (2014) bahwa siswa deduksi informal mampu mengkonstruksi gambar sesuai dengan ciriciri dan sifat-sifat yang diberikan seperti dua garis yang saling sejajar, dua garis yang saling tegak lurus dan menentukan suatu titik. Oleh karena itu, siswa juga menggunakan strategi membuat gambar yaitu membuat sketsa untuk memperjelas masalah yang dihadapi. Pada tahap mengekplorasi dan merencanakan, siswa menggunakan strategi berpikir logis. Fuys (1988) menyatakan pada tingkat ini, siswa mampu berpikir jika maka (tetapi bukan bukti formal) dan pada tingkat ini alasan yang bersifat logis bisa dikembangkan. Oleh karena itu, bukan hal yang sulit bagi siswa deduksi informal menggunakan strategi berpikir logis guna menemukan hubungan antara informasi yang diketahui dan ditanyakan serta beberapa informasi penting yang terdapat pada soal. Fuys et al (1988) mengungkapkan siswa deduksi informal mengidentifikasi dan menggunakan beberapa strategi atau memberi alasan logis untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, untuk memecahkan permasalahan siswa menggunakan beberapa strategi. Pada tahap memilih strategi, siswa memilih menggunakan strategi menulis persamaan atau kalimat terbuka dan strategi menerka dan menguji. Menurut Walle (1990) strategi menulis persamaan atau kalimat terbuka memungkinkan seseorang membentuk persamaan atau pertidaksamaan yang akan mengarahkan pada kalimat terbuka dimana memuat variabel yang selanjutnya siswa akan menentukan nilai dari variabel tersebut sehingga diperoleh solusi yang benar. Siswa deduksi informal sudah mengenali sifat-sifat dari suatu bangun dan hubungan antar sifat-sifat tersebut serta memberikan alasannya dengan sangat baik. Oleh karena itu, bukan hal yang sulit bagi siswa deduksi informal untuk membuat persamaan dari rumus keliling persegipanjang sehingga diperoleh hasil penjumlahan dari panjang dan lebar persegipanjang kemudian siswa akan

Kreano 8 (1) (2017): 27-34 33 menebak dan menguji beberapa angka guna menentukan nilai panjang dan lebar yang memenuhi persamaan tersebut hingga diperoleh luas maksimal. Pada tahap menemukan jawaban, siswa menggunakan strategi berpikir logis dimana ia melakukan pemilihan notasi yang tepat, rumus yang tepat dan penalaran ataupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi-informasi yang diketahuinya hingga diperoleh solusi yang benar. Selanjutnya, siswa menggunakan strategi menulis persamaan atau kalimat terbuka. Siswa juga menggunakan strategi menerka dan menguji untuk menemukan panjang dan lebar sehingga diperoleh luas maksimal. Walle (1990) mengungkapkan strategi menebak yang cerdas ini didasarkan pada aspek aspek yang relevan dengan permasalahan yang ada, ditambah dengan pengetahuan dari pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Siswa menerka dan menguji sebanyak 3 sampai 5 kali hingga diperoleh luas maksimal. Fuys (1988) mengungkapkan siswa deduksi informal akan menggunakan lebih dari satu alasan/ penjelasan untuk membuktikan sesuatu dan menggeneralisasikan penjelasannya. Siswa mengungkap bagaimana cara menerka dan menguji yaitu memilih dua bilangan yang memiliki nilai yang besar karena akan menghasilkan hasil kali yang besar pula. Siswa dapat menentukan luas maksimal dengan benar, ia memahami bahwa persegi merupakan persegi panjang sehingga ia tidak kesulitan dalam menentukan luas maksimal suatu bangun. Hal tersebut dapat terjadi karena pada tingkat ini, siswa dapat menciptakan definisi yang bermakna dan memberi argumen informal untuk membenarkan penalaran mereka. Implikasi logis dan inklusi kelas, seperti persegi merupakan satu jenis dari persegi panjang bisa dipahami. Oleh karena itu bukan hal yang membingungkan atau sulit bagi siswa deduksi informal untuk menentukan luas maksimal dari suatu persegi panjang. Pada tahap meninjau kembali dan mendiskusi siswa menyatakan yakin dengan jawaban yang diberikan. Siswa mengecek perhitungan, rumus yang digunakan serta kesesuaian jawaban dengan pertanyaan. PENUTUP Simpulan Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Siswa visualisasi memecahkan masalah dengan menggunakan strategi membuat gambar hal tersebut dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang permasalahan yang dihadapi. Strategi berpikir logis, menulis persamaan dan kalimat atau kalimat terbuka dan membuat daftar yang teratur digunakan untuk memecahkan masalah karena siswa visualisasi tidak mampu melakukan abstraksi terhadap permasalahan yang dihadapai. Siswa visualisasi belum memahami hubungan antar bangun yaitu tidak memahami bahwa persegi merupakan persegipanjang; dan (2) Siswa analisis mampu menggunakan sifat sifat dari suatu bangun sehingga ia menggunakan strategi berpikir logis dan strategi menerka dan menguji, serta menggunakan strategi menggambar pada akhir penyelesaian soal guna menguji jawaban yang diperoleh dari permasalahan tersebut. Namun terjadi kesalahan dalam penyelesaian karena siswa analisis belum memahami hubungan antar bangun yaitu tidak memahami bahwa persegi merupakan persegipanjang; serta (3) Siswa deduksi informal menggunakan strategi menggambar untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas terhadap soal yang dihadapi. Siswa menggunakan strategi berpikir logis, menulis persamaan atau kalimat terbuka dan strategi menerka dan menguji. Siswa deduksi informal telah mampu melakukan abstraksi suatu bangun, memahami sifat-sifat suatu bangun, hingga hubungan antar bangun sehingga tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi yang diajukan peneliti, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penggunaan strategi pemecahan masalah namun siswa tidak dapat menunjukkan solusi lain untuk menyelesaikan masalah sehingga diharapkan guru dapat mengajarkan siswa berbagai penyelesaian masalah yang memung-

34 Diah Ayuningrum, Strategi Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Ditinjau dari Tingkat Berpikir kinkan dapat diselesaikan dengan beberapa strategi sehingga siswa dapat lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalahnya; (2) Dalam mengembangkan tugas pemecahan masalah hendaknya menggunakan soalsoal yang mencakup semua konsep matematika sehingga strategi pemecahan masalah matematika yang digunakan siswa dapat terlihat lebih detail dan jelas; (3) Kajian yang diamati dalam penelitian ini hanya terbatas pada tingkat berpikir geometri siswa. Oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang strategi pemecahan masalah siswa untuk memperluas kajian penelitian misalnya ditinjau dari kemampuan matematika, gender atau kecenderungan kepribadian siswa. DAFTAR PUSTAKA Abdussakir, A. (2012). Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele. MADRASAH, 2(1). Aydoğdu, M. Z., & Keşan, C. (2014). A Research On Geometry Problem Solving Strategies Used By Elementary Mathematics Teacher Candidates. Engineering Sciences & Technologies/Nauki Inzynierskie i Technologie, 4(1). Branca, N. A. (1980). Problem Solving as a Goal, Process, and Basic Skill. Problem Solving in School Mathematics. Editor: Krulik, S. and Reys, R.E. Reston: National Council of Teachers of Mathematics. Burger, W. F., & Shaughnessy, J. M. (1986). Characterizing the van Hiele levels of development in geometry. Journal for research in mathematics education, 17(1), 31-48. Fuys, D., Geddes, D., & Tischler, R. (1988). The van Hiele model of thinking in geometry among adolescents. Journal for Research in Mathematics Education. Monograph, 3, i-196. Krulik, S., & Rudnick, J. A. (1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Needham Heights: Allyn & Bacon. Polya, G. (1973). How to Solve it.new JERSEY: Princeton University Press. Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta: PPPG Matematika Siew, N. M. (2013). Facilitating Students geometric Thinking Through Van Hiele s Phase-Based Learning Using Tangram. Journal of Social Sciences, 9(3), 101-111. Walle, J. A. (1990). Geometric Thinking and Geometric Concepts. In Elementary and Middle School Mathematics: Teaching Developmentally, 4th ed. Boston: Allyn and Bacon. Wardhani, S., & Rumiati. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: PPPPTK Usiskin, Z. (1982). Van Hiele levels of achievement in secondary school geometry. Final Report of the Cognitive Development and Achievement in Secondary School Geometry Project. Chicago: University of Chicago. Yazgan, Y. (2015). Sixth graders and non-routine problems: Which strategies are decisive for success?. Journal of Elementary, 10(13), 1807-1816.