BAB I PENDAHULUAN. Kencana, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta, 2003, Hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan berbagai pihak yang terkait secara bersama-sama dan bersinergi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB. I PENDAHULUAN. pengajaran menargetkan tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Hadist Nabi: sesungguhnya aku di utus untuk. menyempurnakan akhlak (hadist riwayat Ahmad) 1

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan untuk membuat dirinya berguna di masyarakat. Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pikiran anak seperti kertas kosong yang putih dan siap

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. Profesional,( Yogyakarta, Gava Media), hal Daryanto, Standard Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga atau individu untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2009, Hlm. 1 2 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015, hlm.339

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemajuan suatu bangsa. Hal tersebut sudah terbukti bahwa berbagai bangsa di dunia menempatkan sektor pendidikan sebagai garda terdepan dalam prioritas pembangunan bangsa. Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan yang menentukan terhadap eksistensi dan perkembangan masyarakat, oleh karena itu pendidikan merupakan proses usaha melestarikan, dan mengalihkan serta menstransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus. Demikian pula dengan pendidikan Agama Islam. 1 Kegiatan penelitian dan pembelajaran bidang studi agama di sekolah adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. 2 Pendidikan agama merupakan bagian dari kurikulum pendidikan yang termuat dalam UUSPN No. 20/2003 pasal 37 ayat (1). 3 Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 4 1 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hlm. 11. 2 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikn Nasional Di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 38. 3 Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 66. 4 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm. 75. 1

2 Pendidikan agama Islam mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional dan keberhasilan pembangunan di segala bidang. 5 Demikianlah, sejauh menyangkut fungsinya, pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam peningkatan kualitas SDM sesuai dengan cirinya sebagai pendidikan agama, secara ideal pendidikan Islam berfungsi dalam penyiapan SDM yang berkualitas tinggi, baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam hal karakter, sikap moral, dan penghayatan serta pengamalan ajaran agama. Singkatnya, pendidikan Islam secara ideal berfungsi membina dan menyiapkan anak didik yang berilmu, berteknologi, berketrampilan tinggi dan sekaligus beriman dan beramal shaleh. 6 Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan. 7 Ketepatan memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang tidak saja membuat proses pembelajaran menarik tetapi juga memberikan ruang bagi siswa untuk berkreatifitas dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran. Memudahkan pembelajaran bagi murid adalah tugas pendidik. Hingga saat ini pelaksanaan pendidikan agama yang berlangsung di sekolah masih dianggap kurang berhasil dalam menggarap sikap dan perilaku keberagamaan peserta didik. 8 Fakta lainnya adalah bahwa pembelajaran bidang studi agama di sekolah lebih di dominasi pencapaian kemampuan kognitif dan kurang mengakomodasikan pengetahuan afektif dan psikomotorik peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran PAI disekolah masih menunjukan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran PAI di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian pengetahuan tentang agama Islam. Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini 64. 5 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm, 6 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, 2006, hlm. 31. 7 Abdul Mujib, Ibid., hlm. 104. 8 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm 31.

3 dapat dilihat pada proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah. Proses sudah dipahami oleh siswa. Artinya metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar PAI berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri siswa. Hal ini menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar materi PAI. Akibatnya, siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI yang menyebabkan tidak adanya motivasi siswa untuk belajar materi PAI. Untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan maka dibutukan pendekatan pembelajaran yang mampu untuk membuat siswa tertarik dan mengkondisikan pembelajaran itu berpusat padanya (student centered) dalam proses pembelajaran tersebut. 9 Memperhatikan tantangan PAI disekolah tersebut di atas, agaknya reaktualisasi yang diperlukan adalah menyangkut aspek metodologi pembelajaran dari yang bersifat dogmatis-doktriner dan tradisional menuju kepada pembelajaran yang lebih dinamis-aktual. 10 Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses belajarmengajar bersumber pada teori (asumsi) tabula rasa John Locke. Locke mengatakan bahwa pikiran seorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak ibarat botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sang mahaguru. 11 Berdasarkan asumsi ini dan asumsi yang sejenisnya, banyak guru melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar seperti memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Tugas guru adalah memberi dan tugas siswa adalah menerima. Guru memberi informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya. Siswa adalah penerima pengetahuan yang pasif dan guru memilki pengetahuan yang nantinya akan dihafal oleh siswa. 9 Haidar Putra Daulay, Op.Cit., hlm. 46. 10 Muhaimin, Op.Cit., hlm. 31. 11 Anita lie, Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas), Gramedia, Jakarta, 2010, hlm. 2.

4 Guru memberikan informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya, menurut pandangan ini siswa merupakan penerima pengetahuan yang pasif. Paradigma lama ini juga berarti jika seorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti akan dapat mengajar. Dia tidak perlu tahu mengenai proses belajar mengajar yang tepat. Dia hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya kedalam botol kosong yang siap menerimanya. Banyak guru mengagnggap paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat, dan hafal. 12 Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain yang ada pada diri individu. Oleh karena itu belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. 13 Dalam konteks pendidikan agama Islam sudah saatnya kita merubah paradigma pengajaran yang selama ini lazim digunakan dalam proses belajar mengajar PAI ke arah paradigma pembelajaran. Bukan rahasia lagi bahwa paradigma belajar mengajar PAI kita selama ini masih berorientasi pada pengajaran ketimbang pembelajarannya. Akibatnya dikalangan siswa, PAI seringkali dipandang sebagai mata pelajaran yang menjemukan, sarat dengan dogma dan indoktrinasi norma-norma agama yang kurang membuka ruang bagi siswa untuk lebih kritis dan kreatif dalam proses belajar mengajar. Tidak mengherankan jika kemudian siswa menjadi malas dan kurang bersemangat mengikuti mata pelajaran ini. 14 Hasil studi Xavery menyimpulkan sekurang- 28. 12 Anita lie, Ibid., hlm. 3. 13 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989, hlm. 14 Qowaid, dkk, Inovasi Pembelajaran PAI, Pena Citra Satria, Jakarta, 2007, hlm 6.

5 kurangnya terdapat tiga masalah pokok yang melatarbelakangi keengganan peserta didik mempelajari suatu mata pelajaran. Pertama, masalah teknik pembelajaran yang tidak menumbuhkan motivasi siswa. Kedua, eksistensi guru bukan sebagai fasilitator yang membelajarkan siswa, melainkan pribadi yang belajar dan menggurui siswa. Ketiga, penyampaian pesan pembelajaran dengan media yang kurang interaktif dan atraktif. Meskipun tidak di dukung data-data empiris hasil penelitian dapat dilihat secara umum bahwa pembelajaran PAI di sekolah-sekolah masih dihinggapi tiga persoalan tersebut diatas. Padahal dengan pemberlakuan kurikulum 2013 peluang untuk menerapkan paradigma pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar PAI menjadi semakin mendesak dilakukan mengingat posisi penting pendidikan agama Islam dalam sistem pendidikan yang wajib diajarkan disemua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan dan perannya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. 15 Tuntutan dalam dunia pendidikan kini sudah banyak berubah. Kita tidak bisa mempertahankan paradigma lama tersebut. Teori, penelitian, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa para guru sudah harus mengubah paradigma pengajaran. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran yang mengacu pada aspek siswa dimana pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri. 16 Sehingga siswa membangun pengetahuannya secara aktif dan pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Selain itu guru juga harus mampu mengkondisikan kegiatan pembelajaran dalam pengembangan kognitif siswa. Siswa harus dikondisikan dalam suasana interaksi dengan orang lain, seperti antar siswa, antar siswa dengan guru dan siswa dengan 15 Qowaid, dkk, Ibid., hlm. 7. 16 Anita Lie, Op.Cit., hlm. 4.

6 masyarakat. Dengan interaksi intensif siswa akan mudah membangun pemahamannya. Dalam pengajaran di kelas guru hendaknya dapat memahami apa yang sedang dialami siswa baik secara psikologis maupun sosiologis. Dengan mengetahui perkembangan siswa maka akan memudahkan guru dalam melaksanakan sistem pengajaran di kelas dan mencapai hasil belajar yang optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah penggunaan pendekatan belajar. Seorang guru harus menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan proses pembelajaran. 17 Salah satu prinsip pendekatan pembelajaran adalah guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Dalam suatu proses pengembangan model-model pembelajaran melahirkan berbagai konsep pendekatan belajar yang telah kita kenal yakni adalah pendekatan konstruktivisme dan pendekatan direct instruction. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme telah melahirkan berbagai macam model-model pembelajaran dan dari berbagai pandangan tersebut terdapat pandangan yang sama bahwa dalam proses belajar siswa adalah pelaku aktif kegiatan belajar dengan membangun sendiri pengetahuan berdasarkan pengalamanpengalaman yang dimilikinya. Tugas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontruktivis adalah membantu agar siswa mampu membangun pengetahuannya sesuai dengan situasi konkrit, sehingga hasil pembelajaran dapat ditingkatkan. 18 Siswa tidak hanya menghafal fakta-fakta atau konsep-konsep dalam memperoleh pengetahuannya, tetapi siswa juga bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Sedangkan fokus utama dari pendekatan pembelajaran 17 La Iru dan La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran, Multi Presindo, Kendari, 2012, hlm. 3. 18 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ar-Ruzz Media Group, Jogjakarta, 2008, hlm. 115.

7 direct instruction adalah pelatihan-pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Tahap penting dalam pengajaran langsung ini salah satunya adalah guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing (keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan). 19 Sehingga dalam pendekatan direct instruction ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas. Pengembangan sistem pembelajaran pendidikan agama Islam memerlukan jasa ilmu pembelajaran pada umumnya, sehingga diperlukan upaya adaptasi terhadap perkembangan pembelajaran, disertai dengan identifikasi sesuai dengan karakteristik pendidikan agama Islam itu sendiri. Oleh karena itu perlu dicarikan solusi pemecahan agar pembelajaran PAI dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa melalui upaya pengembangan sistem pembelajaran PAI. Upaya dalam pengembangan sistem pembelajaran pendidikan agama Islam, salah satunya adalah dengan mengadaptasi gaya pembelajaran melalui pendekatan konstruktivistik dan pendekatan direct instruction yang sesuai dengan karakteristik dari pendidikan agama Islam. Penerapan pendekatan konstruktivistik (constructivist) dan pendekatan direct instruction merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa. Siswa tidak hanya menghafal fakta-fakta atau konsep-konsep dalam memperoleh pengetahuannya, tetapi siswa juga bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. 19 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2011, hlm. 29.

8 Berdasarkan latar belakang dan pemikiran diatas penulis tertarik untuk meneliti fenomena diatas dengan judul Pengaruh Penerapan Pendekatan Konstruktivistik dan Pendekatan Direct Instruction Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh penerapan pendekatan Konstruktivistik terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017? 2. Adakah pengaruh penerapan pendekatan Direct Instruction terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017? 3. Adakah pengaruh penerapan pendekatan Konstruktivistik dan pendekatan Direct Instruction terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan pendekatan Konstruktivistik terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan pendekatan Direct Instruction terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017.

9 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan pendekatan Konstruktivistik dan pendekatan Direct Instruction terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017. D. Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan yang baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis a. Manfaat penelitian ini dapat membuktikan bahwa pendekatan konstruktivistik dan pendekatan direct instruction dapat diterapkan dengan baik, maka peserta didik akan mampu meningkatkan hasil belajar melalui pengalaman belajarnya. b. Bahan acuan bagi para peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian terkait dengan pengaruh penerapan pendekatan konstruktivistik dan pendekatan direct instruction terhadap hasil belajar peserta didik. 2. Manfaat Praktik a. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menumbuhkan pengetahuan dan rasa ingin tahu pada materi ajar pendidikan agama Islam. b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pembelajaran. c. Bagi Sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang baik dalam meningkatkan pendidikan sekolah khususnya dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam. d. Bagi Penulis Dapat memberikan pengalaman khazanah keilmuan serta pengetahuan dan juga sebagai acuan untuk mengaplikasi pengetahuan dalam mengajar.