BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 14 PERATURAN BUPATI KERINCI

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PERJALANAN DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR :01 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016

Menimbang : a. bahwa Perjalanan Dinas di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah ditetapkan dalam

BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 47 TAHUN 2005 TENTANG PERJALANAN DINAS BUPATI BADUNG,

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PERJALANAN DINAS GUBERNUR BALI,

BERITA DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007 NOMOR: 28 PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR: 28 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PERJALANAN DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2015

TENTANG PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI TIDAK TETAP MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG PERJALANAN DINAS

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 41 TAHUN 2015

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG PERJALANAN DINAS PEMERINTAH KOTA BENGKULU

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI TIDAK TETAP

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 7 TAHUN 2016

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 97/PMK.05/2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

B U P A T I B U N G O

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.05/2007 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PERJALANAN DINAS GUBERNUR JAWA TIMUR,

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI POLEWALI MANDAR

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR : 46 TAHUN : 2000 SERI : D NO.40 GUBERNUR BALI KEPUTUSAN GUBERNUR BALI NOMOR 191 TAHUN 2000

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.05/2012 TENTANG

TENTANG PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI TIDAK TETAP WALIKOTA SURABAYA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PERJALANAN DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 76 TAHUN 2015 TENTANG PERJALANAN DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BANDUNG BARAT

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN TAHUN ANGGARAN 2016

2011, No.80 2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentan

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI, DAN PEGAWAI TIDAK TETAP. Disusun Oleh : BAGIAN BINA PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 9 SERI E

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

WALIKOTA BUKITTINGGI

WALIKOTA TASIKMALAYA,

GUBERNUR MALUKU. PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 10.a TAHUN 2015

1 of 10 21/12/ :40

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG

5. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN KEPALA DESA NITA NOMOR 5 TAHUN 2015

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2015

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 2B TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PACITAN RANCANGAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

SELINTAS TENTANG PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT/PEGAWAI NEGERI YANG MENGIKUTI DIKLAT

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI LAMONGAN BAGIAN BINA PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DIPERBANYAK OLEH :

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 17 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.05/2012 TENTANG

Transkripsi:

s BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang : a. bahwa Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perjalanan Dinas dilingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 8 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perjalanan Dinas dilingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat perlu dilakukan penyesuaian dan penataan kembali karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini; b. bahwa penyesuaian dan penataan dilakukan dalam rangka menunjang pelaksanaan Pemerintahan Daerah dan tercapainya tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah yang efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Perjalanan Dinas di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

2 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438 ); 10. Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

3 14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 16. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 23); 17. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 5); 18. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 6) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Tahun 2012 Nomor 1); 19. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 7) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 41); 20. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 42);

4 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat. 4. Wakil Gubernur adalah Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah ketua, wakil ketua dan anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat. 6. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 7. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 8. Pejabat Negara adalah Pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang. 9. Kabupaten/kota adalah kabupaten/kota dalam Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 10. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang/Jasa yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan. 11. Kantor Penghubung adalah Kantor Penghubung Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berkedudukan di Jakarta. 12. Perjalanan dinas adalah perjalanan dinas yang dilakukan untuk kepentingan daerah dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukan semula atas perintah pejabat yang berwenang. 13. Perjalanan dinas luar negeri adalah perjalanan dinas yang dilakukan dari daerah menuju negara lain dan kembali ke daerah. 14. Perjalanan dinas luar daerah adalah perjalanan dinas yang dilakukan dari daerah menuju ibukota negara atau provinsi atau kabupaten/kota di luar daerah dan kembali ke daerah. 15. Perjalanan dinas dalam daerah adalah perjalanan dinas yang dilakukan dari tempat kedudukan semula ke tempat tujuan dan kembali ke daerah/kab/kota/ tempat kedudukan.

5 16. Surat Perintah Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPPD adalah surat perintah yang diterbitkan dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan perjalanan dinas. 17. Surat Perintah Tugas yang selanjutnya disingkat SPT adalah surat perintah yang diterbitkan dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang sebagai dasar penerbitan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD). 18. Tempat kedudukan adalah tempat kedudukan pejabat, Pegawai Negeri Sipil atau bukan pejabat dan bukan Pegawai Negeri Sipil yang diberi perintah perjalanan dinas. 19. Biaya pesangon pindah adalah uang yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil atau pejabat yang dipindahtugaskan untuk kepentingan dinas dan di tempat tugas yang baru belum tersedia perumahan dinas. 20. Lumpsum adalah suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu (pre-calculated amount) dan dibayarkan sekaligus. 21. Tempat bertolak adalah tempat/kota melanjutkan perjalanan dinas ke tempat tujuan. 22. Tempat tujuan adalah tempat/kota yang menjadi tujuan perjalanan dinas. 23. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 24. Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DPA adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran Provinsi Nusa Tenggara Barat. 25. Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan dalam negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan di gaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. 26. Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. BAB II RUANG LINGKUP PERJALANAN DINAS Pasal 2 (1) Peraturan Gubernur ini mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Pegawai Tidak Tetap dan masyarakat yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

6 (2) Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Perjalanan Dinas Luar Negeri; b. Perjalanan Dinas Dalam Negeri; dan c. Perjalanan Dinas Pindah. (3) Pembiayaan perjalanan dinas luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a bersumber dari : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; b. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat Pasal 3 (1) Perjalanan Dinas Luar Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a hanya dilaksanakan atas dasar perencanaan untuk kepentingan yang sangat tinggi dengan skala prioritas dan harus dibatasi. (2) Perjalanan dinas luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka : a. kerjasama pemerintah daerah dengan pihak luar negeri; b. pendidikan dan pelatihan; c. studi banding; d. seminar/lokakarya/konferensi; e. promosi potensi daerah; f. kunjungan persahabatan/kebudayaan; g. pertemuan Internasional; dan/atau h. penandatanganan perjanjian internasional (3) Perjalanan Dinas Luar Negeri dilakukan setelah mendapat rekomendasi : a. Menteri Dalam Negeri untuk perjalanan dinas luar negeri bagi Gubernur. b. Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Dalam Negeri untuk perjalanan dinas luar negeri bagi wakil gubernur, ketua dan wakil ketua DPRD provinsi, anggota DPRD, pejabat eselon I, dan atau pejabat eselon II. c. Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Luar Negeri atas nama Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri untuk perjalanan dinas ke luar negeri bagi pejabat eselon III, eselon IV, dan atau staf. d. Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c digunakan sebagai pertimbangan untuk memperoleh izin Pemerintah. Pasal 4 (1) Perjalanan Dinas Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b merupakan perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia untuk kepentingan daerah atas perintah pejabat yang berwenang.

7 (2) Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perjalanan dinas luar daerah dan perjalanan dinas dalam daerah. Pasal 5 (1) Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilakukan dalam rangka : a. pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan; b. mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya; c. Pengumandahan (Detasering); d. menempuh ujian dinas/ujian jabatan; e. menghadap Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri atau menghadap seorang dokter penguji kesehatan yang ditunjuk, untuk mendapatkan surat keterangan dokter tentang kesehatannya guna kepentingan jabatan; f. memperoleh pengobatan berdasarkan surat keterangan dokter karena mendapat cedera pada waktu/karena melakukan tugas; g. mendapatkan pengobatan berdasarkan keputusan Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri; h. mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3; i. mengikuti pendidikan dan pelatihan; j. menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang meninggal dunia dalam melakukan Perjalanan Dinas; atau k. menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang meninggal dunia dari Tempat Kedudukan yang terakhir ke Kota tempat pemakaman; (2) Perjalanan Dinas luar daerah dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari. (3) Perjalanan Dinas dalam daerah : a. Dari ibukota provinsi ke masing-masing Kabupaten/Kota se-pulau Lombok dilaksanakan paling lama 2 (dua) hari; b. Dari ibukota provinsi ke masing-masing Kabupaten/Kota se-pulau Sumbawa dan sebaliknya dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari; c. Antar Kabupaten/Kota di dalam Pulau Sumbawa dilaksanakan paling lama 2 (dua) hari. Pasal 6 Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) terhadap Perjalanan Dinas yang dilakukan untuk : a. mengikuti kegiatan bersifat khusus seperti pameran, olahraga, seni dan budaya, tillawatil qur an dengan mengikuti jadwal yang ditentukan;

8 b. Pejabat Fungsional pada Inspektorat dalam rangka pemeriksaan dilaksanakan paling lama 22 (dua puluh dua) hari; c. Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap yang mendapat panggilan khusus dalam rangka Pendidikan dan pelatihan bukan atas nama perorangan dan/atau melakukan tugas khusus yang dapat dipertanggungjawabkan secara formal, dengan jangka waktu : 1. sampai dengan 5 (lima) hari diberikan 3 (tiga) hari; 2. 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) hari diberikan 4 (empat) hari; 3. lebih dari 10 (sepuluh) hari diberikan 5 (lima) hari. d. Pegawai Negeri Sipil yang mendapat panggilan khusus dalam rangka Pendidikan dan Pelatihan Pimpinan diberikan paling lama 6 (enam) hari; e. Pimpinan dan Anggota DPRD yang akan mengikuti pendidikan dan pelatihan di luar daerah dengan membayar kontribusi tertentu diberikan 2 (dua) hari. f. Pimpinan dan Anggota DPRD dalam rangka reses diberikan paling lama 6 (enam) hari. g. Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang karena fungsi dan sifat kegiatannya melebihi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a dan huruf b dapat dilakukan setelah menyampaikan kajian teknis dan mendapatkan ijin Gubernur. Pasal 7 (1) Perjalanan Dinas Pindah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c merupakan perjalanan dinas pindah bukan atas permintaan sendiri dari tempat kedudukan lama ketempat kedudukan yang baru berdasarkan Keputusan pindah dari Pejabat yang berwenang bagi Pegawai Negeri Sipil beserta keluarga yang sah. (2) Keluarga yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. isteri/suami yang sah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang perkawinan yang berlaku. b. anak kandung, anak tiri, dan anak angkat yang sah menurut hukum yang berumur paling tinggi 25 (dua puluh lima) tahun pada waktu berangkat, belum pernah menikah, dan tidak mempunyai penghasilan sendiri; c. anak kandung, anak tiri, dan anak angkat yang sah menurut hukum yang berumur lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun, yang menurut surat keterangan dokter mempunyai cacat yang menjadi sebab ia tidak dapat mempunyai penghasilan sendiri; d. anak kandung perempuan, anak tiri perempuan, dan anak angkat perempuan yang sah menurut hukum yang berumur lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun yang tidak bersuami dan tidak mempunyai penghasilan sendiri.

9 (3) Selain keluarga yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bagi Pegawai Negeri Sipil paling rendah golongan IV atau pejabat eselon III dapat mengikutsertakan 1 (satu) orang pembantu rumah tangga. (4) Pembantu rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan biaya sesuai tingkat penggolongan untuk Pegawai Negeri Sipil Golongan I. Pasal 8 (1) Pegawai Negeri Sipil tertentu karena tugasnya harus melaksanakan perjalanan dinas dalam daerah setiap bulan, diberikan tunjangan perjalanan dinas tetap. (2) Pegawai Negeri Sipil tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. BAB III BIAYA PERJALANAN DINAS Pasal 9 (1) Biaya perjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, terdiri dari : a. biaya harian; b. biaya transpor; c. biaya transpor dari bandara ke kota pergi pulang; d. biaya pemetian dan angkutan jenazah, biaya pengepakan dan ongkos angkut barang terhadap perjalanan dinas pindah; e. tunjangan perjalanan dinas tetap. (2) Pembayaran biaya dan tunjangan perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e dilakukan secara lumpsum. (3) Tunjangan perjalanan dinas tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diberikan setiap bulan. Pasal 10 (1) Biaya harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a merupakan komponen uang penginapan, uang makan, uang saku dan uang transpor lokal yang diberikan berdasarkan pengelompokan tingkat perjalanan dinas. (2) Pengelompokan tingkat perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Tingkat A untuk Gubernur/Wakil Gubernur dan Pimpinan DPRD serta Pejabat Eselon I; b. Tingkat B untuk Pejabat Eselon II dan Anggota DPRD; c. Tingkat C untuk Pejabat Eselon III dan Pejabat Fungsional serta tokoh masyarakat; d. Tingkat D untuk Pejabat Eselon IV, Pegawai Negeri Sipil Golongan IV dan Golongan III serta anggota masyarakat; e. Tingkat E untuk Pegawai Negeri Sipil Golongan I dan Golongan II serta Pegawai Tidak Tetap.

10 (3) Biaya transpor pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b meliputi : a. Transpor udara bagi : 1. Perjalanan dinas luar negeri; 2. Perjalanan dinas luar daerah; 3. Perjalanan dinas dalam daerah ke Kabupaten/Kota se Pulau Sumbawa bagi : a. Gubernur, Wakil Gubernur atau Pejabat yang mewakili Gubernur, Wakil Gubernur beserta pengikutnya. b. Pimpinan dan Anggota DPRD beserta pengikutnya; c. Pejabat Struktural dan tokoh masyarakat. b. Transpor darat terhadap perjalanan dinas yang dilakukan oleh selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a angka 3. (4) Dalam hal perjalanan dinas yang dilaksanakan lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota di Pulau Sumbawa dalam waktu yang bersamaan di diberikan uang transpor dengan tujuan terjauh. (5) Khusus biaya transpor udara untuk Gubernur, Wakil Gubernur, Pimpinan DPRD dan Pejabat Eselon I sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a angka 2, dapat diberikan kelas bisnis/eksekutif. (6) Biaya transpor, penginapan dan/atau makan pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) huruf a angka 1 dan angka 2 tidak dibayarkan apabila biaya tersebut ditanggung oleh pihak pelaksana/penyelenggara kegiatan. (7) Perjalanan dinas yang menggunakan kendaraan dinas hanya diberikan biaya penyeberangan, bahan bakar dan biaya harian. (8) Perjalanan dinas yang menggunakan kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat dilakukan dalam hal perjalanan dinas : a. untuk Gubernur, Wakil Gubernur, Pimpinan DPRD, Eselon I, Eselon II dan Anggota DPRD dengan perserta paling sedikit 2 (dua) orang; b. untuk selain yang dimaksud pada huruf a paling sedikit 4 (empat) orang. (9) Besarnya biaya penyeberangan dan bahan bakar sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. Pasal 11 (1) Perjalanan Dinas yang dibebankan dari APBD tidak diperkenankan diberikan apabila telah tersedia pembebanannya dalam APBN dan/atau sumber lainnya pada waktu yang bersamaan.

11 (2) Pejabat yang berwenang memberi perintah perjalanan dinas agar memperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas dan ketersediaan dana yang diperlukan untuk melaksanakan perjalanan tersebut dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran satuan kerja perangkat daerah/unit kerja berkenaan. Pasal 12 (1) Perjalanan dinas pindah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c dapat diberikan biaya harian, biaya transpor pegawai, biaya transpor dari bandara ke kota dan biaya pengepakan serta ongkos angkut barang. (2) Biaya pengepakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya bongkar muat. (3) Ongkos angkut barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak diberikan sebesar ongkos 2 (dua) buah truk. (4) Biaya Perjalanan Dinas Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan secara lumpsum. Pasal 13 (1) Biaya perjalanan dinas dibayarkan sebelum perjalanan dinas dilaksanakan. (2) Dalam hal perjalanan dinas harus segera dilaksanakan, sementara biaya perjalanan dinas belum dapat dibayarkan, maka biaya perjalanan dinas dapat dibayarkan setelah perjalanan dinas selesai. BAB IV PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 14 Perjalanan Dinas dapat dilaksanakan oleh : a. Gubernur, Wakil Gubernur, Pimpinan dan Anggota DPRD; b. Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat; c. Pejabat Pemerintah, Tenaga Akademis, Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Tokoh/Anggota Masyarakat; dan d. Pegawai Tidak Tetap. Pasal 15 (1) Pejabat yang berwenang menerbitkan dan menandatangani SPT dan SPPD adalah : a. Gubernur terhadap yang melakukan perjalanan dinas ke luar negeri; b. Gubernur terhadap perjalanan dinas Gubernur di dalam negeri; c. Wakil Gubernur terhadap perjalanan dinas Wakil Gubernur di dalam negeri; d. Ketua DPRD terhadap SPPD yang ditandatangani oleh Sekretaris DPRD terhadap Perjalanan Dinas yang dilakukan oleh Pimpinan dan Anggota DPRD;

12 e. Sekretaris Daerah terhadap perjalanan dinas Sekretaris Daerah dan Pejabat Eselon II di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kepala Kantor Penghubung serta tokoh/anggota masyarakat di dalam negeri; f. Perjalanan Dinas untuk Eselon I, II dan/atau Kepala SKPD diterbitkan SPT dan SPPD setelah mendapatkan ijin Gubernur; g. Kepala Biro terhadap perjalanan dinas Pejabat Eselon III, Eselon IV, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap di Lingkungan Sekretariat Daerah; h. Sekretaris DPRD terhadap perjalanan dinas Pejabat Eselon III, Eselon IV, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap di Lingkungan Sekretariat DPRD. (2) Pejabat yang berwenang menandatangani SPT dan SPPD pada lingkup Dinas/Badan/Satuan/Kantor adalah : a. Kepala Dinas/Badan/Satuan terhadap Perjalanan Dinas Pejabat Eselon III, Eselon IV, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap di Lingkungan masing-masing Dinas/Badan/Satuan; b. Kepala Kantor Penghubung dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di Pulau Sumbawa terhadap Perjalanan Dinas Eselon IV, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap di lingkungan masing-masing Kantor/UPTD. Pasal 16 Perjalanan dinas yang dilaksanakan di Kab/Kota setempat kurang dari 6 (enam ) jam dan tidak menginap hanya dengan menerbitkan SPT. Pasal 17 (1) Perjalanan dinas dalam rangka mengikuti seminar, workshop, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan lainnya diperbolehkan apabila diselenggarakan oleh lembaga pemerintah. (2) Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang merupakan panggilan atas nama perorangan tidak diperkenankan kecuali untuk mengikuti : a. Diklat Pimpinan; b. Implementasi Sistem untuk pejabat fungsional, Pegawai Negeri Sipil dan atau Pegawai Tidak Tetap; c. Panggilan untuk seleksi/mengikuti tugas belajar dan/atau diklat teknis di luar daerah.

13 Pasal 18 (1) Perjalanan dinas dapat dilaksanakan setelah diterbitkan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) sebagaimana tercantum pada Lampiran I. (2) Pejabat yang berwenang dalam menerbitkan SPPD sekaligus menetapkan tingkat golongan perjalanan dinas dan alat transportasi yang digunakan untuk melaksanakan perjalanan yang bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan perjalanan dinas. (3) Surat Perintah Perjalanan Dinas diterbitkan berdasarkan Surat Perintah Tugas (SPT) Pejabat yang berwenang sebagaimana tercantum dalam Lampiran II. (4) SPT dan SPPD hanya berlaku untuk tahun yang berkenaan. Pasal 19 SPT dapat berlaku untuk 1 (satu) orang atau lebih sedangkan SPPD hanya berlaku untuk 1 (satu) orang. Pasal 20 (1) Gubernur, Wakil Gubernur, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil dan Masyarakat yang melakukan perjalanan dinas luar negeri wajib menyampaikan dokumen pertanggungjawaban berupa : a. SPT; b. SPPD; c. Surat izin pemerintah; d. Paspor dinas (service passport); e. Exit permit; f. Visa; g. Kerangka acuan kerja; h. Surat undangan; dan i. Laporan hasil perjalanan dinas. (2) Pelaksana perjalanan dinas dalam negeri wajib menyampaikan: a. dokumen pertanggungjawaban berupa SPT, SPPD yang telah ditandatangani oleh pejabat di daerah yang dikunjungi, dan Laporan hasil perjalanan dinas dengan melampirkan boarding pass pergi- pulang (PP) bagi yang menggunakan angkutan udara dan dokumen lainnya. b. dokumen pertanggungjawaban berupa SPT, SPPD yang telah ditandatangani oleh pejabat di daerah yang dikunjungi, dan Laporan hasil perjalanan dinas dengan melampirkan tiket bis/tiket angkutan laut pergi- pulang (PP) bagi yang menggunakan angkutan darat. (3) Dikecualikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terhadap tamu Gubernur menyampaikan : a. Daftar tamu yang ditandatangani/disetujui Gubernur; b. Boarding pass pergi; c. Kuitansi yang ditandatangani yang bersangkutan.

14 Pasal 21 (1) Dokumen pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah perjalanan dinas dilaksanakan. (2) Jika terdapat perbedaan nama dalam bukti dokumen maka harus dinyatakan dalam surat pernyataan yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang menerbitkan SPT dan atau SPPD. (3) Jika bukti dokumen perjalanan dinas hilang, maka harus dinyatakan dalam surat pernyataan yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang menerbitkan SPT dan atau SPPD. (4) Apabila biaya perjalanan dinas belum dipertanggungjawabkan oleh Pejabat Negara/Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perjalanan dinas, maka tidak diperkenankan melakukan perjalanan dinas berikutnya sampai biaya perjalanan dinas sebelumnya dipertanggungjawabkan. Pasal 22 (1) Pejabat yang berwenang wajib bertanggungjawab atas ketertiban pelaksanaan Peraturan Gubernur ini dalam Lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja masing-masing. (2) Pejabat yang berwenang dan Pejabat/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap/Masyarakat yang melakukan perjalanan dinas wajib bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian yang diderita oleh daerah sebagai akibat dari kesalahan, kelalaian atau kealpaan yang bersangkutan dalam hubungannya dengan perjalanan dinas dimaksud. (3) Terhadap kesalahan, kelalaian, dan kealpaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dikenakan sanksi berupa: a. tuntutan ganti rugi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. sanksi administratif dan tindakan-tindakan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BAB V PENUTUP Pasal 23 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perjalanan Dinas dilingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Berita Daerah Tahun 2009 Nomor 36) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 8 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perjalanan Dinas dilingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Berita Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 Nomor 87)dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

15 Pasal 24 Ketentuan mengenai biaya perjalanan dinas di lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. Pasal 25 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Diundangkan di Mataram pada tanggal Januari 2013 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NTB, ttd. H. MUHAMMAD NUR Ditetapkan di Mataram pada tanggal Januari 2013 GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, ttd. H. M. ZAINUL MAJDI BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2013 NOMOR