BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR :01 TAHUN 2014 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN RANCANGAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 9 SERI E

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI TIDAK TETAP

Nomor 5, TambahanLembaran Negara Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 7 TAHUN 2016

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 27 TAHUN 2013

BUPATI BENGKULU SELATAN

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI TIDAK TETAP WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2013

GUBERNUR MALUKU. PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 10.a TAHUN 2015

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 41 TAHUN 2015

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG PERJALANAN DINAS PEMERINTAH KOTA BENGKULU

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 14 PERATURAN BUPATI KERINCI

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN TAHUN ANGGARAN 2016

TENTANG BIAYA PERJALANAN DINAS BAGI PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR : 06 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2015

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PERJALANAN DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN KEPALA DESA NITA NOMOR 5 TAHUN 2015

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI POLEWALI MANDAR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PERJALANAN DINAS GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

B U P A T I B U N G O

- 1 - PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 47 TAHUN 2005 TENTANG PERJALANAN DINAS BUPATI BADUNG,

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI NATUNA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI, DAN PEGAWAI TIDAK TETAP. Disusun Oleh : BAGIAN BINA PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007 NOMOR: 28 PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR: 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERJALANAN DINAS. A. Pendahuluan

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG PERJALANAN DINAS

Menimbang : a. bahwa Perjalanan Dinas di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah ditetapkan dalam

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 2 TAHUN TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.05/2012 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PERJALANAN DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI BUPATI, WAKIL

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS

B U P A T I T A N A H L A U T PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 66 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PERJALANAN DINAS PADA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 17 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 45 TAHUN

DEPARTEMAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-34/PB/2007 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 07 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PERJALANAN DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 76 TAHUN 2015 TENTANG PERJALANAN DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI NATUNA PERATURAN BUPATI NATUNA NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 34 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 3L9 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2016

1 of 10 21/12/ :40

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SURABAYA,

Transkripsi:

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR :01 TAHUN 2014 TENTANG PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI TIDAK TETAP LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang : a. bahwa agar perjalanan dinas dapat dilaksanakan secara lebih tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab, perlu mengatur ketentuan mengenai Perjalanan Dinas Bagi Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bima; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perjalanan Dinas Bagi Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap Lingkup Pemerintah Kabupaten Bima; Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dan Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaran Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme; 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara;

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 10. Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 12. 13. 14. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD; Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 15 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013; 17. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 72/ PMK.02/2013 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2014; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 4 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan Dewan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bima; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bima; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan, Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bima;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 6 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI TIDAK TETAP LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN BIMA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksudkan dengan : 1. Perjalanan Dinas Dalam Negeri yang selanjutnya disebut Perjalanan Dinas adalah perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara. 2. Daerah adalah Kabupaten Bima. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Bupati adalah Bupati Bima. 5. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Bima. 6. Pimpinan DPRD adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bima. 7. Anggota DPRD adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bima. 8. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bima. 9. Pejabat Negara adalah Bupati dan Wakil Bupati. 10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. 11. Pegawai Negeri Sipil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 12. Pegawai tidak tetap / tenaga honorer adalah seseorang yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu pada instansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban anggaran pendapatan dan belanja daerah.

13. Perjalanan dinas adalah perjalanan dinas keluar batas kota dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju, melaksanakan tugas, dan kembali ke tempat kedudukan semula untuk kepentingan Negara atas perintah pejabat yang berwenang. 14. Surat Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dalam rangka pelaksanaan Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Pegawai Tidak Tetap, dan Pihak Lain. 15. Surat Perintah Tugas yang selanjutnya disingkat SPT adalah surat perintah yang diterbitkan dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang sebegai dasar penerbitan Surat Perjalanan Dinas (SPD); 16. Pelaksana SPD adalah Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap yang melaksanakan Perjalanan Dinas. 17. Lumpsum adalah suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu (pre-calculated amount) dan dibayarkan sekaligus. 18. Biaya Riil adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan bukti pengeluaran yang sah. 19. Perhitungan Rampung adalah perhitungan biaya Perjalanan Dinas yang dihitung sesuai kebutuhan riil berdasarkan ketentuan yang berlaku. 20. Tempat kedudukan adalah tempat / kota dimana kantor / satuan kerja berada. 21. Standar Biaya adalah satuan biaya yang ditetapkan sebagai acuan penghitungan kebutuhan anggaran dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga, baik berupa Standar Biaya Masukan maupun Standar Biaya Keluaran. 22. Luar daerah adalah luar Kabupaten Bima. 23. Dalam daerah adalah dalam wilayah Kabupaten Bima. 24. Pejabat yang berwenang adalah Pejabat yang berwenang menerbitkan dan menandatangani surat perintah tugas dan SPD. 25. Detasering adalah penempatan / penugasan pegawai pada tempat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. 26. Biaya sewa kendaraan dalam kota tempat tujuan adalah biaya yang diberikan untuk sewa kendaraan dalam kota tempat tujuan untuk perjalanan dinas luar daerah bagi Pejabat Negara. 27. Pendidikan dan pelatihan yang selanjutnya disebut Diklat adalah pendidikan dan pelatihan Kepemimpinan (Diklat Pim. II/III/IV) maupun pendidikan dan pelatihan lainnya yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan dalam rangka meningkatkan kemampuan kerja. 28. Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA / Kuasa PA adalah Kepala SKPD yang bertanggung-jawab atas pengelolaan anggaran pada SKPD yang bersangkutan. 29. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya. 30. Surat Permintaan pembayaran, yang selanjutnya disebut SPP adalah dokumen yang dibuat/diterbitkan oleh Pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan dan disampaikan kepada PA/Kuasa PA atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB II PRINSIP PERJALANAN DINAS Pasal 2 Perjalanan Dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip sebagai berikut : a. selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas yang berkaitan dengan penyelengaraan pemerintahan; b. ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja SKPD; c. efisien penggunaaan belanja daerah dengan memperhatikan frekuensi dan jumlah harinya dibatasi; dan d. akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan Perjalanan Dinas dan pembebanan Perjalanan Dinas. BAB III PERJALANAN DINAS Pasal 3 (1) Perjalanan dinas merupakan perjalanan dinas dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukan semula. (2) Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk perjalanan yang dilakukan dalam hal : a. detasering di luar tempat kedudukan; b. ditugaskan untuk menempuh ujian dinas / ujian jabatan yang diadakan di luar Tempat Kedudukan; c. diharuskan menghadap seorang dokter penguji kesehatan yang ditunjuk yang berada di luar Tempat Kedudukan untuk mendapatkan surat keterangan dokter tentang kesehatannya guna kepentingan jabatan; d. untuk mendapatkan pengobatan di luar Tempat Kedudukan berdasarkan keputusan Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri; e. harus memperoleh pengobatan di luar Tempat Kedudukan berdasarkan surat keterangan dokter karena mendapat cedera pada waktu / karena melakukan tugasnya; dan f. ditugaskan mengikuti pendidikan dinas di luar Tempat Kedudukan. BAB IV BIAYA PERJALANAN DINAS Pasal 4 (1) Biaya Perjalanan Dinas terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut : a. uang harian; b. biaya transport; c. biaya penginapan; d. uang representatif. e. Sewa kendaraan dalam kota; dan / atau f. biaya menjemput/mengantar jenajah.

(2) Uang harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas : a. uang makan; b. uang transpor lokal; c. uang saku; dan d. biaya loundri. (3) Biaya transport sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas : a. perjalanan dinas dari Tempat Kedudukan sampai Tempat Tujuan keberangkatan dan kepulangan termasuk biaya ke terminal bus / stasiun / bandara / pelabuhan keberangkatan; dan/atau b. retribusi yang dipungut di terminal bus / stasiun / bandara / pelabuhan keberangkatan dan kepulangan. (4) Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap di: a. hotel; b. motel; c. losmen; atau d. wisma. (5) Dalam hal Pelaksana SPD tidak menggunakan biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Pelaksana SPD diberikan biaya penginapan sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari tarif hotel di kota tempat tujuan. b. biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibayarkan secara lumsum. (6) Uang refresentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dapat diberikan kepada Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD dan Pejabat Eselon II selama melakukan Perjalanan Dinas. (7) Sewa kendaraan dalam Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dapat diberikan kepada Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD serta Pejabat Eselon II yang bersifat rombongan untuk keperluan pelaksanaan tugas di Tempat Tujuan. (8) Sewa kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) sudah termasuk biaya untuk pengemudi, bahan bakar minyak, dan pajak. (9) Biaya menjemput/mengantar jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi biaya bagi penjemput/pengantar, biaya pemetian dan biaya angkutan jenazah. (10) Biaya perjalanan dinas dibebankan pada anggaran kantor / satuan kerja / kegiatan / bagian kegiatan yang mengeluarkan SPD bersangkutan. Pasal 5 (1) Biaya perjalanan dinas digolongkan sebagai berikut : a. Bupati / Wakil Bupati / Pimpinan DPRD ; b. Sekretaris Daerah / Anggota DPRD ; c. Pejabat Eselon II ; d. Pejabat Eselon III atau PNS Golongan IV ; e. Pejabat Eselon IV, atau PNS Golongan III ; f. PNS golongan II atau I atau Sopir; g. Pegawai Tidak Tatap/Pegawai Honorer

(2) Biaya perjalanan dinas bagi Pegawai Tidak Tetap (PTT) dipersamakan dengan PNS Golongan II atau I atau Sopir. (3) Perjalanan dinas yang mengikut sertakan Pihak Ketiga/Unsur Masyarakat, personil Non Pegawai Daerah, maka pemberian biaya perjalanan dinas kepada yang bersangkutan, diberlakukan sebagai berikut : a. bagi Tenaga Ahli atau Wakil dari sesuatu profesi dan sejenisnya, diberlakukan tarif sebagaimana untuk Pejabat Eselon III; b. bagi Tenaga Teknis, atau personil yang dikategorikan sama, diberikan tarif sebagaimana untuk Pejabat Eselon IV. Bagian Kesatu Biaya Perjalanan Dinas Dalam Kabupaten Pasal 6 (1) Perjalanan dinas dalam kabupaten, diberikan biaya perjalanan dinas berupa uang harian. (2) Besarnya uang harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar secara lumpsum. Pasal 7 (1) Dalam hal perjalanan dinas dalam kabupaten menggunakan kendaraan dinas, selain uang harian juga diberikan bahan bakar minyak sesuai dengan kebutuhan jarak tempuh. (2) Pengisian bahan bakar minyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan kuitansi pembelian. Bagian Kedua Biaya Perjalanan Dinas Luar Daerah Dalam Provinsi Pasal 8 (1) Perjalanan dinas luar daerah dalam provinsi, diberikan biaya perjalanan dinas yang terdiri dari : a. Uang Harian; b. Biaya penginapan; c. Biaya transport, apabila perjalanan dinas menggunakan kendaraan umum. d. Uang representatif (Untuk Pejabat Negara, Pimpinan DPRD, Anggota DPRD, Sekda dan Pejabat Eselon II). (2) Besarnya uang harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibayar secara lumpsum. (3) Besarnya biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibayarkan sesuai dengan biaya rill.

(4) Biaya transport sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, diberikan sesuai dengan kebutuhan riil yang dikeluarkan berdasarkan bukti yang sah. (5) Uang Representatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dibayar secara lumpsum. Pasal 9 (1) Dalam hal perjalanan dinas luar daerah dalam provinsi menggunakan kendaraan dinas, selain uang harian dan biaya penginapan, diberikan Bahan Bakar Minyak sesuai dengan kebutuhan, jarak tempuh dan dapat diberikan pengganti Pembelian Bahan Bakar Minyak. (2) Perkiraan biaya transport menggunakan kendaraan umum berdasarkan tarif rata-rata. Bagian Ketiga Biaya Perjalanan Dinas Keluar Provinsi Pasal 10 (1) Biaya Perjalanan dinas dengan tujuan ke luar provinsi diberikan biaya yang terdiri dari : a. Uang Harian ; b. Biaya transport ; c. Biaya penginapan; d. Biaya airport Tax; e. Uang representatif (Untuk Pejabat Negara, Pimpinan DPRD, Anggota DPRD, Sekda dan Pejabat Eselon II). f. Sewa kendaraan dalam kota (Pejabat Negara). (2) Biaya transport dari dan ke bandara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, akan diperhitungkan dalam rincian biaya perjalanan dinas. Pasal 11 (1) Uang harian dan uang representatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a, dan huruf e, dibayar sesuai banyaknya hari yang digunakan untuk melaksanakan perjalanan dinas dan dibayar secara lumpsum. (2) Besarnya biaya transport, biaya airport tax dan sewa kendaraan dalam kota dalam rangka perjalanan dinas jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b, huruf d dan huruf f dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil yang dikeluarkan berdasarkan bukti yang sah. (3) Biaya penginapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) huruf c dibayarkan sesuai dengan biaya rill. Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yang bersangkutan dapat diberikan biaya penginapan sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari tarif hotel sesuai dengan kota tempat tujuan

Pasal 12 Perjalanan dinas ke luar provinsi menggunakan kendaraan dinas, untuk biaya transportasi diberikan Bahan Bakar Minyak sesuai dengan kebutuhan jarak tempuh dan dapat diberikan pengganti pembelian Bahan Bakar Minyak ; BAB V TATA CARA PEMBAYARAN PERJALANAN DINAS Pasal 13 (1) Pembayaran biaya perjalanan dinas diberikan dalam batas pagu anggaran yang tersedia dalam DPA Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan. (2) Pembayaran biaya perjalanan dinas dapat dilakukan dengan mekanisme UP/GU/TU dan/atau mekanisme Pembayaran Langsung. (3) Pembayaran biaya perjalanan dinas melalui mekanisme UP/GU/TU dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pejabat Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap yang melaksanakan perjalanan dinas oleh Bendahara Pengeluaran dari UP/TU yang dikelolanya. (4) Besarnya uang muka yang diberikan, berdasarkan persetujuan PA/KPA. Pasal 14 Pembayaran biaya perjalanan dinas kepada Pejabat Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/ Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap, dilakukan dengan mekanisme Pembayaran Langsung sebelum perjalanan dinas dilaksanakan. BAB VI PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS DAN PERTANGGUNGJAWABANNYA Pasal 15 (1) Perjalanan dinas dilakukan berdasarkan Surat Perintah Tugas dan SPD yang diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang. (2) Untuk dapat melakukan perjalanan dinas, Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap dan Pimpinan dan Anggota DPRD harus diberikan Surat Perintah Tugas dan SPD dari pejabat yang berwenang yang formatnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (3) Pejabat yang berwenang hanya dapat menerbitkan Surat Perintah Tugas dan SPD untuk perjalanan dinas yang biayanya dibebankan pada anggaran yang tersedia pada SKPD. (4) Pejabat yang berwenang dalam menandatangani Surat Perintah Tugas dan SPD sekaligus menetapkan alat transport yang digunakan untuk melaksanakan perjalanan yang bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan perjalanan dinas tersebut.

(5) Pejabat yang menandatangani Surat Perintah Tugas dan SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Bupati ditandatangani oleh Bupati; b. Wakil Bupati ditandatangani oleh Bupati atau Wakil Bupati; c. Pimpinan dan Anggota DPRD ditandatangani oleh Sekretaris Dewan; d. Pejabat eselon II dan eselon III ditanda tangani oleh Bupati atau Wakil; e. Pejabat eselon IV, Fungsional, staf dan PTT yang biayanya dibebankan pada DPA SKPD tempat tugas, ditandatangani oleh Kepala SKPD yang bersangkutan sedangkan biaya perjalanan dinas yang dibebankan pada DPA Sekretariat Daerah ditandatangani oleh Sekretaris Daerah; f. Pejabat yang dapat menggunakan sopir adalah Bupati, Wakil Bupati, Pimpinan DPRD, Pejabat Eselon II, Kepala SKPD, Sekretaris pada SKPD dan Kepala Bagian pada Sekretariat Daerah. (6) Apabila Bupati/Wakil Bupati tidak berada di Kabupaten Bima, Surat Perintah Tugas dan SPD bagi Pejabat eselon II dan eselon III sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf d, ditandatangani oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati. (7) Pejabat yang melaksanakan perjalanan dinas secara besama-sama minimal 3 (tiga) orang dapat menggunakan sopir pada masing-masing SKPD. Pasal 16 (1) SPD merupakan bukti, pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan perjalanan dinas. (2) Dalam SPD tidak boleh ada penghapusan-penghapusan atau cacat dalam tulisan dan/atau fisik SPD. (3) Perubahan-perubahan atau perbaikan tulisan dalam SPD dapat dilakukan dengan coretan dan dibubuhi paraf dari pejabat yang berwenang. (4) Penghitungan besar jumlah biaya perjalanan dinas dicatat secara terperinci dalam kuitansi yang merupakan lampiran SPD. (5) Pembayaran biaya perjalanan dinas dicatat pada kuitansi yang merupakan lampiran SPD dengan dibubuhi tandatangan bendahara pengeluaran SKPD bersangkutan serta tanda tangan oleh yang melakukan perjalanan dinas. (6) Pada SPD dicatat: a. tanggal berangkat dari tempat kedudukan/tempat berada dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang / pejabat lain yang ditunjuk; b. tanggal tiba dan berangkat di / dari tempat tujuan dan ditandatangani oleh pihak/pejabat di tempat yang didatangi; dan c. tanggal tiba kembali di tempat kedudukan dan ditandatangani Pejabat Yang Berwenang /pejabat lain yang ditunjuk. (7) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari setelah perjalanan dinas dilaksanakan, SPD yang telah dibubuhi catatan tanggal tiba kembali dan tanda tangan pejabat yang berwenang / pejabat lain yang ditunjuk dan laporan perjalanan dinas diserahkan kepada bendahara pengeluaran. (8) Pada saat penyerahan SPD dan laporan perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (7), diadakan perhitungan kembali apabila terdapat kekurangan/kelebihan biaya perjalanan dinas dari yang telah dibayarkan semula.

(9) Pertanggungjawaban mengenai biaya-biaya perjalanan dinas yang telah dibayarkan dibatasi hingga pada pembuktian bahwa perjalanan dinas dimaksud benar-benar telah dilakukan dengan tujuan dan waktu yang telah ditetapkan. Pasal 17 (1) Kepala SKPD bertanggungjawab atas pelaksanaan Peraturan ini. (2) Pejabat yang berwenang, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanan dinas bertanggungjawab sepenuhnya atas kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat dari kesalahan, kelalaian atau kealpaan yang bersangkutan dalam hubungannya dengan perjalanan dinas berkenaan. (3) Terhadap kesalahan, kelalaian atau kealpaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dikenakan tindakan berupa tuntutan ganti rugi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 18 (1) Pembayaran uang harian dan uang representatif dilakukan sesuai banyaknya hari yang digunakan untuk melaksanakan perjalanan dinas. (2) Biaya transport, Pejabat Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/PNS/PTT dibayarkan sesuai biaya riil yang dikeluarkan berdasarkan bukti pengeluaran yang sah. (3) Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transport pegawai terdiri dari : a. tiket transport dari tempat kedudukan ke terminal bus / stasiun / bandara / pelabuhan pergi pulang dan dari terminal bus / stasiun / bandara / pelabuhan ketempat tujuan pergi pulang yang sah; b. tiket pesawat dilampiri boarding pass dan airport tax, tiket kereta api, tiket kapal laut, dan tiket bus atau bukti pembelian tiket; (4) Dalam hal tiket transportasi dari tempat kedudukan ke terminal bus/ stasiun/bandara/pelabuhan pergi pulang dan tiket transport dari terminal bus/stasiun/bandara/pelabuhan ketempat tujuan pergi pulang tidak diperoleh, maka bagi yang melakukan perjalanan dinas membuat Daftar pengeluaran riil yang dibutuhkan untuk biaya transportasi tersebut yang disetujui oleh PA/KPA, dengan menyatakan tanggungjawab sepenuhnya atas pengeluaran sebagai pengganti bukti pengeluaran dimaksud. (5) Perkiraan besarnya jumlah biaya perjalanan dinas dituangkan dalam rincian biaya perjalanan dinas. (6) PA/KPA menilai kesesuaian dan kewajaran atas biaya-biaya yang tercantum dalam Daftar Pengeluaran Riil sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 19 (1) Pejabat Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap yang telah melakukan perjalanan dinas menyampaikan seluruh bukti pengeluaran asli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 kepada PA/KPA.

(2) PA/KPA melakukan perhitungan rampung seluruh bukti pengeluaran biaya perjalanan dinas Pejabat Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap yang bersangkutan dan disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran. (3) Apabila terdapat kelebihan pembayaran, Pejabat Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap yang telah melakukan perjalanan dinas mengembalikan kelebihan tersebut kepada Bendahara Pengeluaran. (4) Apabila terdapat kekurangan pembayaran, atas persetujuan PA/KPA, Bendahara Pengeluaran membayar kekurangan tersebut kepada Pejabat Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap yang telah melakukan perjalanan dinas. (5) Dalam hal biaya perjalanan dinas dibayarkan melalui mekanisme Pembayaran Langsung kepada Bendahara Pengeluaran sebagaimana diatur dalam Pasal 20 huruf a sebagai berikut : a. apabila biaya perjalanan dinas yang dibayarkan kepada Pejabat Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap melebihi biaya perjalanan dinas yang dikeluarkan, kelebihan tersebut harus disetorkan ke Kas Daerah; b. apabila biaya perjalanan dinas yang dibayarkan kepada Pejabat Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap kurang dari biaya perjalanan dinas yang dikeluarkan, kekurangan tersebut tidak memperoleh penggantian. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 20 (1) Perjalanan dinas atas inisiatif Pejabat atau SKPD yang bersifat konsultatif dan koordinatif hanya boleh dilakukan oleh eselon II, III dan IV untuk ke luar provinsi, dan minimal PNS golongan III/b untuk dalam provinsi, kecuali yang bersifat sangat teknis atau mendesak dengan jumlah orang yang dibatasi dan harus mendapat persetujuan Sekretaris Daerah; (2) Bagi PNS yang melaksanakan perjalanan dinas keluar provinsi dalam rangka peningkatan wawasan atau sejenisnya yang dilakukan lebih dari 2 orang, harus mendapat persetujuan Bupati / Wakil Bupati. Pasal 21 Penetapan Biaya Perjalanan Dinas Bagi Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap Lingkup Pemerintah Kabupaten Bima diatur lebih lanjut melalui Keputusan Bupati. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka semua ketentuan yang telah ada sebelumnya yang mengatur tentang perjalanan dinas dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 23 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bima. Ditetapkan di Bima pada tanggal 2 Januari 2014 WAKIL BUPATI BIMA, ttd H. SYAFRUDIN H. M. NUR Diundangkan di Bima pada tanggal 2 Januari 2014 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BIMA, ttd Drs. H. ABDUL WAHAB NIP. 19571222 198611 1 001 BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2014 NOMOR 228