KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN PERVAGINAM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARULAHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN JENIS PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN BAYI DENGAN ASFIKSIA DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

INDUKSI PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR LABOR INDUCTION WITH THE INCIDENT OF ASPHYXIA NEWBORN

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG MEDICAL RECORD RSUD PARIAMAN

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN UMUR KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA. Asmawahyunita, Ita Rahmawati, Sri Sundarsih Pasni

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

BAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World

PENGARUH UMUR, KOMPLIKASI LAIN DAN JENIS PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR PADA IBU PREEKLAMPSIA BERAT DI RSUDP MATARAM TAHUN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA PADA BERAT BADAN LAHIR RENDAH CAUSE FACTORS OF ASPHYXIA IN LOW BIRTH WEIGHT

FAKTOR KETUBAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMSIA PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD CILACAP PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2015, terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN EKSTRAKSI VAKUM DI CAMAR II RSUD ARIFIN AHMAD PEKANBARU

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI NEONATORUM DI RSUD UNGARAN TAHUN 2014 ABSTRAK

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

Gambaran kejadian Hipertensi Gravidarum Berdasarkan Karakteristik di Bidan Ny. Y Kelurahan Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Kematian ibu adalah kematian

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat pada kasus persalinan

Transkripsi:

KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM Tuti Rohani, Syuhada Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Jl. Pemuda Gandekan Bantul email: rohani.tuti@yahoo.com Abstrak: Karakteristik Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Neonatorum. Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan kegagalan nafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini akan mempengaruhi metabolisme sel, jaringan, dan organ, khususnya organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, paru yang berdampak pada gangguan fungsi, gagal organ sampai kematian. Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta dari 120 juta) bayi lahir mengalami asfiksia, hampir satu juta bayi meninggal. Sedangkan berdasarkan data dari RSUP dr.soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014 dari Bulan Januari-Desember 2014 jumlah kasus asfiksia sebanyak 485 bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan pendekatan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang mengalami asfiksia neonatorum yang berjumlah 485 bayi. Pengambilan sampel dengan cara random sampling acak sederhana yaitu sebanyak 219 bayi. Cara pengumpulan data yaitu data sekunder yang dilakukan dengan cara mengambil catatan medis pasien. Penelitian dilaksanakan di RSUP dr.soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan Desember 2014 sampai bulan April 2015. Analisis data menggunakan analisis univariat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari faktor ibu yaitu umur ibu berisiko 56 (25,6%), faktor bayi yaitu ketuban campur mekonium sebanyak 73 bayi (33,3%), dan cara persalinan yaitu persalinan normal sebanyak 116 ibu (53%). Kesimpulan yang didapat, faktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum meliputi faktor ibu, faktor bayi, dan cara persalinan adalah umur ibu berisiko, ketuban campur mekonium dan persalinan normal. Kata Kunci: karakteristik bayi baru lahir, asfiksia neonatorum Abstract: Characteristics of Newborn Babies with neonatal Asphyxia. Neonatal asphyxia is a condition of respiratory failure spontaneously and organized soon after birth. This situation will affect the metabolism of cells, tissues, and organs, especially the vital organs, like the brain, heart, kidneys, lungs, resulting in function disorder, organ failure, until death. According to WHO, each year, approximately 3% (3.6 million out of 120 million) birth asphyxia, nearly one million babies die. While based on the data from Dr dr.soeradji Tirtonegoro hospital Klaten 2014 from January-December 2014 the number of asphyxia cases are as many as 485 babies. The purpose of this study is to determine the characteristics of newborns with neonatal asphyxia in dr. Soeradji Tirtonegoro hospital Klaten. This research is quantitative descriptive with retrospective approach. The population in this study is all infants with neonatal asphyxia, amounting to 485 babies. Random sampling is by means of simple random sampling as many as 219 babies. Data collection is secondary data that is done by taking a patient's medical records. The research was conducted in dr.soeradji Tirtonegoro hospital Klaten from

December 2014 until April 2015. Data were analyzed by using univariate analysis. The results show that the maternal factor is the age of the mother at risk of 56 (25.6%), the infant factor that meconium amniotic mix as many as 73 infants (33.3%), and the method of delivery i.e. normal deliveries are 116 mothers (53%). Conclusions, factors that influence the occurrence of neonatal asphyxia include maternal, infant factors, and method of delivery, those are maternal age risk, meconium amniotic mix and normal delivery. Keywords: characteristics of the newborns, neonatal asphyxia Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama sembilan bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, di samping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Prawirohardjo, 2002). Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan bayi baru lahir untuk bernafas secara spontan dan teratur sehingga menimbulkan depresi pernafasan, yang mempengaruhi seluruh metabolisme tubuhnya. Keadaan depresi pernafasan yang dimaksud adalah keadaan asfiksia dan terjadi kesulitan untuk mempertahankan pernafasan normal yang menyebabkan gangguan tonus otot (Manuaba, 2006). Faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum yaitu faktor ibu yang meliputi umur ibu, pre eklamsia dan eklamsia, perdarahan abnormal, umur kehamilan, partus lama atau partus macet dan infeksi berat, faktor bayi meliputi lilitan tali pusat, air ketuban bercampur mekonium, kelainan bawaan, bayi prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), proses persalinan meliputi ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, sectio caesarea dan persalinan normal (Affandi, 2007). Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun di dunia, kira-kira 3,6 juta dari 120 juta bayi lahir di dunia (3%) mengalami asfiksia neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal (Mayang, 2013). Di Indonesia, tingginya angka kematian bayi disebabkan oleh asfiksia neonatorum (49-60%), infeksi (24-34%), prematurus/ BBLR (berat badan lahir rendah) (15-20%), trauma persalinan (2-7%) dan cacat bawaan (1-3%) (Rukiyah dkk, 2012). Berdasarkan kesepakatan Millenium Development Goals (MDG s) pada Tahun 2015 ditargetkan AKI menurun dari 228 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB dari 34 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2011). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) (2012), angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008-2012) lebih rendah daripada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus. Pada tahun 2012 angka kematian bayi tertinggi di Indonesia diduduki oleh Gorontalo dan Papua Barat dengan jumlah kematian 67 jiwa dan 74 jiwa dari 1.283 jiwa (Mayang, 2013).

Target MDG s di tahun 2015 untuk angka kematian ibu nasional adalah 102/100 ribu kelahiran hidup, dan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) relatif sudah mendekati target, namun masih memerlukan upaya yang keras dan konsistensi dari semua pihak yang terlibat. Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi di DIY mempunyai angka yang relatif tinggi, yaitu sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup. Apabila melihat angka hasil SDKI 2012 tersebut, maka masalah kematian bayi merupakan hal yang serius yang harus diupayakan penurunannya agar target MDG s dapat dicapai (Dinkes DIY, 2013). Berdasarkan uraian di atas, diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum yaitu faktor ibu, faktor bayi, dan cara persalinan. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada tanggal 14 Januari di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten didapatkan jumlah persalinan selama bulan Januari-Desember 2014 sebanyak 3.033 persalinan, 485 bayi diantaranya mengalami asfiksia neonatorum. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti karakteristik bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum. METODE Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Pendekatan waktu yang di gunakan retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan Desember 2014 sampai bulan April 2015. Variabel penelitian meliputi faktor ibu, faktor bayi, dan cara persalinan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang mengalami asfiksia neonatorum yang berjumlah 485 bayi sejak Januari-Desember tahun 2014. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling acak sederhana, dengan rumus Slovin didapatkan sampel sebanyak 219 bayi. Analisis data menggunakan analisis univariat yaitu mendeskripsikan distribusi frekuensi variabel penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Karakteristik bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum dari faktor ibu di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 2014. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor Ibu Berdasarkan Umur Ibu No Umur Ibu F % 1 Berisiko 56 25,6 2 Tidak Berisiko 163 74,4 ibu berisiko. Data tabel 1. menunjukkan sebanyak 56 orang (25,6%) asfiksia neonatorum terjadi pada umur

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor Ibu Berdasarkan Pre/ Eklamsia No Pre/ Eklamsia F % 1 Ya 27 12,3 2 Tidak 192 87,7 Data tabel 2. menunjukkan bahwa sebanyak 27 orang (12,3 %) asfiksia neonatorum terjadi pada pre/eklamsia. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Faktor Ibu Berdasarkan Perdarahan Abnormal No Perdarahan Abnormal F % 1 Ya 1 0,4 2 Tidak 218 99,6 Data tabel 3. menunjukkan bahwa sebagian besar asfiksia neonatorum terjadi pada ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan abnormal 218 orang (99,6%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor Ibu Berdasarkan Umur Kehamilan No Umur Kehamilan F % 1 Berisiko 29 13,2 2 Tidak Berisiko 190 86,8 Data tabel 4. menunjukkan bahwa sebagian besar asfiksia neonatorum terjadi pada umur kehamilan tidak berisiko sebanyak 190 orang (86,8%). Tabel 5. Distribusi Frekuensi Faktor Ibu Berdasarkan Partus Lama No Partus Lama F % 1 Ya 39 17,8 2 Tidak 180 82,2 Data tabel 5. menunjukkan bahwa sebanyak 39 orang (17,8%) asfiksia neonatorum terjadi pada partus lama. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Faktor Ibu Berdasarkan Infeksi No Infeksi F %

1 Ya 3 1,4 2 Tidak 216 98,6 Data tabel 6. menunjukkan bahwa sebagian besar asfiksia neonatorum terjadi pada ibu yang tidak infeksi sebanyak 216 orang (98,6% ). Tabel 7. Distribusi Frekuensi Faktor Bayi Berdasarkan Lilitan Tali Pusat No Lilitan Tali Pusat F % 1 Ya 9 4,1 2 Tidak 210 95,9 Data tabel 7. menunjukkan bahwa sebagian besar asfiksia neonatorum terjadi pada bayi yang tidak mengalami lilitan tali pusat sebanyak 210 bayi (95,9%). Tabel 8. Distribusi Frekuensi Faktor Bayi Berdasarkan Ketuban Campur Mekonium No Ketuban Campur Mekonium F % 1 Ya 73 33,3 2 Tidak 146 66,7 Data tabel 8. menunjukkan bahwa sebanyak 73 bayi (33,3%) asfiksia neonatorum terjadi pada keadaan ketuban campur mekonium. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Faktor Bayi Berdasarkan Kelainan Bawaan No Kelainan Bawaan F % 1 Ya 9 4,1 2 Tidak 210 95,9 Data tabel 9. menunjukkan bahwa sebagian besar asfiksia neonatorum terjadi pada bayi yang tidak mengalami kelainan bawaan sebanyak 210 bayi (95,9%). Tabel 10 Distribusi Frekuensi Faktor Bayi Berdasarkan Prematur No Prematur F % 1 Ya 37 16,9 2 Tidak 182 83,1

Data tabel 10. menunjukkan bahwa sebanyak 37 bayi (16,9%) asfiksia neonatorum terjadi pada bayi prematur. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Faktor Bayi Berdasarkan BBLR No BBLR F % 1 Ya 65 29,7 2 Tidak 154 70,3 pada BBLR. Data tabel 11. menunjukkan bahwa sebanyak 65 bayi (29,7%) asfiksia neonatorum terjadi Tabel 12. Distribusi Frekuensi Cara Persalinan No Cara Persalinan F % 1 Ekstraksi Vakum 33 15 2 Ekstraksi Forceps 0 0 3 Sectio Caesarea 70 32 4 Persalinan Normal 116 53 Data tabel 12. menunjukkan bahwa sebagian besar asfiksia neonatorum terjadi pada persalinan nomal sebanyak 116 orang (53%). Tabel 13. Distribusi Frekuensi Bayi Penderita Asfiksia Neonatorum No Asfiksia F % 1 Berat 28 12,8 2 Sedang 171 78,1 3 Ringan 20 9,1 Data tabel 13. menunjukkan bahwa sebagian besar bayi mengalami asfiksia neonatorum sedang sebanyak 171 bayi (78,1%). Tabel 14. Distibusi Frekuensi Bayi Penderita Asfiksia Tanpa Risiko dan dengan Risiko No Asfiksia F % 1 Tanpa Risiko 49 22,4 2 Multipel Risiko 170 77,6

Data tabel 14. menunjukkan bahwa sebagian besar bayi mengalami asfiksia neonatorum dengan multipel risiko sebanyak 170 (77,6%). PEMBAHASAN Data tabel 1. menunjukkan sebanyak 56 orang (25,6%) asfiksia neonatorum terjadi pada umur ibu berisiko. Menurut Prawihardjo (2009) umur ibu tidak secara langsung mempengaruhi terhadap kejadian asfiksia pada bayi baru lahir, namun demikian telah lama diketahui bahwa umur berpengaruh terhadap proses reproduksi, umur ibu dapat dijadikan salah satu alat ukur dalam menetapkan diagnosa apakah kehamilan atau persalinan berisiko atau tidak berisiko. Semakin rendah umur seseorang dalam kehamilan, maka semakin berisiko terhadap kehamilan dan persalinannya. Begitu juga sebaliknya semakin tinggi umur seseorang dalam kehamilan dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada persalinan yang akan dihadapi. Data tabel 2. menunjukkan bahwa sebanyak 27 orang (12,3 %) asfiksia neonatorum terjadi pada pre/ eklamsia. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Bobak (2004) vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Menurunnya oksigen maternal berarti terjadi hipoksia pada ibu. Hipoksia pada ibu akan menimbulkan hipoksia pada janin, akibat lanjut dari hipoksia pada janin adalah gangguan pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida sehinga terjadi asfiksia neonatorum. Data tabel 5. menunjukkan bahwa sebanyak 39 orang (17,8%) asfiksia neonatorum terjadi pada partus lama. Mochtar (2004) mengatakan partus lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari multi, apabila persalinan berlangsung lebih lama, maka dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun janin, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu serta anak. Data tabel 8. menunjukkan bahwa sebanyak 73 bayi (33,3%) asfiksia neonatorum terjadi pada keadaan ketuban campur mekonium. Menurut Saifuddin (2002) air ketuban keruh sering merupakan penyebab terjadinya sindrom aspirasi mekonium yang selanjutnya berkembang menjadi asfiksia neonatorum dan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya sepsis. Data tabel 10. menunjukkan bahwa sebanyak 37 bayi (16,9%) asfiksia neonatorum terjadi pada prematur. Menurut Rukiyah, dkk (2007) bayi prematur adalah bayi lahir dari kehamilan antara 28-36 minggu. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat-alat tubuh belum berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Makin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosis juga semakin buruk. Karena masih belum berfungsinya organ-organ tubuh secara sempurna seperti sistem pernafasan maka terjadilah asfiksia. Data tabel 11. menunjukkan bahwa sebanyak 65 bayi (29,7%) asfiksia neonatorum terjadi pada BBLR. Menurut Prawiharjo (2007), bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu sehingga

tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Gangguan pernafasan sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Data tabel 12. menunjukkan bahwa sebagian besar asfiksia neonatorum terjadi pada persalinan nomal sebanyak 116 orang (53%). Prawihardjo (2007) mengatakan pada kehamilan spontan dapat terjadi asfiksia neonatorum karena ada penekanan saat terjadi mekanisme persalinan berlangsung, meliputi: engagement, penurunan kepala, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar dan ekspulsi. Asfiksia pada persalinan spontan disebabkan karena adanya dari faktor maternal (hipotensi, syok maternal, malnutrisi), faktor uterus (kontraksi memanjang, gangguan vaskuler), faktor tali pusat (prolapsus dan penumbungan tali pusat), dan faktor plasenta (degenerasi vaskuler, solusio plasenta). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan dapat disimpulkan, karakteristik bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum di RSUP dr.soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014 dari 219 bayi penderita asfiksia neonatorum mayoritas mengalami asfiksia sedang 171 bayi (78,1%), distribusi frekuensi faktor ibu dari 219 bayi penderita asfiksia neonatorum mayoritas yaitu umur ibu berisiko sebanyak 56 (25,6%), distribusi frekuensi faktor bayi dari 219 bayi penderita asfiksia neonatorum mayoritas yaitu ketuban campur mekonium sebanyak 73 bayi (33,3%), distribusi frekuensi cara persalinan dari 219 sampel bayi penderita asfiksia neonatorum mayoritas yaitu persalinan normal sebanyak 116 ibu (53%). Dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum yaitu faktor ibu, faktor bayi, dan cara persalinan, meliputi umur ibu berisiko, ketuban campur mekonium dan persalinan normal. DAFTAR RUJUKAN Affandi. 2007. Karakteristik Neonatus dengan Asfiksia dikutip dari http://kesehatan untukanda.blogspot.com pada tanggal 23 November 2014. Bobak, M. Irene. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC Dinas Kesehatan DIY. 2013. Profil Kesehatan.Yogyakarta: Dinkes DIY. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Nasional. Jakarta: KemenKes RI Jakarta. Manuaba. 2006. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Mayang, Indah. 2013. Hubungan antara Kala I dan II Lama Persalinan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Margono Soekarjo, dikutip dari http://kti-skripsikebidanan.blogspot.com pada tanggal 10 November 2014. Mochtar, Rustam. 2004. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 2. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pusataka.

Prawirohardjo, S. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pusataka. Prawirohardjo, S. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pusataka. Rukiyah, A.Y, Yulianti, L., Maemunah, & Susilawati, L. 2007. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Jakarta: Trans info media. Rukiyah, A.Y, Yulianti, L., Maemunah, & Susilawati, L. 2012. Asuhan Kebidanan 2 (Persalinan). Jakarta: Trans info media. Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.