Jurnal Kesehatan Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBELAJARAN X ERGONOMI DAN PRODUKTIVITAS KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) PADA PEKERJA PELINTINGAN ROKOK MANUAL DI PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO PADA SAAT MELAKAKUKAN PEKERJAAN DENGAN METODE MANUAL TASKS RISK ASSESSMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan

GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA)

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*,,A. J. M. Rattu*, Paul A. T.

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

ANALISIS KELUHAN RASA SAKIT PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA DI STASIUN PENJEMURAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) UNTUK MENGURANGI KELUHAN FISIK PADA OPERATOR TENUN IKAT TROSO

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

Transkripsi:

KEMAS 7 (1) (2011) 8-14 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KEJADIAN CUMULATIVE TRAU- MA DISORDER PEKERJA PENGAMPLASAN Yulita Rahmawati, Sugiharto Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima 3 Maret 2011 Disetujui 6 April 2011 Dipublikasikan Juli 2011 Keywords: Working posture to sit Cumulative trauma disorder Explanatory research Abstrak Permasalahan yang diteliti adalah adakah hubungan antara sikap kerja duduk dengan kejadian cumulative trauma disorder (CTD) pada pekerja bagian pengamplasan di PT. Geromar Jepara. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja duduk dengan kejadian CTD pada pekerja bagian pengamplasan. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja bagian pengamplasan sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara total yaitu sebanyak 30 orang. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner Nordic Body Map serta pengukuran antropometri dan alat kerja. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji chi square dengan α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara sikap kerja duduk dengan kejadian CTD (p=0.01) pada pekerja bagian pengamplasan di PT. Geromar Jepara. Abstract The problem was how to determine relationship between working posture to sit with the incidence of CTD at sanding workers in the Geromar Co.Ltd. Jepara. This type of research is the explanatory research with cross sectional approach. The population in this study is part of sanding workers as many as 30 people. The samples were taken by total technique as many as 30 peoples. Instruments in this study are questionnaire Nordic Body Map and anthropometric measurements and working tools. Data analysis was performed with univariate and bivariate (using chi square tests with α = 0.05). Based on chi square test analysis, the relationship between working posture to sit with the incidence of CTD (p= 0.01). From the results of research and discussion can be concluded that there was a relationship between working posture to sit with the incidence of CTD at sanding workers in Geromar Co. Ltd. Jepara. 2011 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Email: yulita@yahoo.com ISSN 1858-1196

Yulita Rahmawati & Sugiharto / KEMAS 7(1) (2011) 8-14 Pendahuluan Pembangunan industri dapat berdampak positif bagi kekuatan ekonomi nasional yang ditandai dengan semakin berkembangnya berbagai jenis industri yang beranekaragam jenis produk. Keadaan ini membuat lapangan pekerjaan yang semakin luas dan diharapkan kesejahteraan bagi para pekerja dan keluarganya dapat meningkat. Dalam rangka peningkatan kesehatan kerja khususnya bagi pekerja sektor informal, Departemen Kesehatan sebagai instansi pemerintah yang berkewajiban membina kesehatan masyarakat khususnya pekerja sektor informal menyusun petunjuk praktis tentang bagaimana cara bekerja secara baik dan benar menurut kaidah kesehatan untuk berbagai jenis pekerjaan pada aneka ragam industri kecil (Depkes RI, 2003). Kondisi lingkungan kerja misalnya panas, bising, debu, zat kimia, dll dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan (Depkes RI, 2003). Setiap tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, atau mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang (Suma mur, 1996). Produktivitas tenaga kerja di perusahaan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang bersifat langsung maupun tidak langsung, dan produktivitas kerja tentunnya sangat mempengaruhi dengan hasil yang diperoleh suatu perusahaan (Audenaert et.al., 2009). Tingkat kebugaran fisik tenaga kerja berpengaruh terhadap kondisi psikisnya, demikian pula sebaliknya (Burke and Peper, 2002). Kelelahan akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana, prasarana, dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurun atau rendahnya produktivitas kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan selamat akan memicu timbulnya kelelahan pada tenaga kerja (Budiono dkk., 2003). Gerakan berulang termasuk dalam jenis pekerjaan monoton dimana pekerjaan monoton itu sendiri adalah suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu dan dalam jangka waktu lama. Di Indonesia dimana sebagian industri dilakukan dalam kapasitas yang besar dan menengah, jenis pekerjaan monoton banyak ditemukan. Namun tidak menutup kemungkinan juga ditemukan pekerjaan monoton di industri kecil (Budiono dkk., 2003). Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa ngantuk (Finklestein and Solomon, 2009). Menurut Suryana (2001) seorang pekerja bila bekerja tidak pada posisi ergonomik akan cepat merasa lelah, sering mengeluh sakit leher, sakit pinggang, rasa semutan, pegal di lengan dan tungkai serta gangguan kesehatan lainnya. Cumulative trauma disorder (CTD) dapat diterjemahkan sebagai kerusakan trauma kumulatif. Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit. Hal ini sebagai akibat penumpukan cedera kecil yang setiap kali tidak sembuh total dalam jangka waktu tertentu yang bisa pendek dan bisa lama, tergantung dari berat ringannya trauma setiap hari, yang diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan, pembengkakan dan gejala lainnya. Gejala CTD biasanya muncul pada jenis pekerjaan yang monoton, sikap kerja yang tidak alamiah, penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi kemampuannya (Budiono dkk., 2003). Sikap tubuh yang tidak alamiah pada saat bekerja (misalnya pada saat memegang handtool), frekuensi ketika melakukan gerakan dengan sikap yang tidak alamiah dan durasi waktu pada saat bekerja dengan posisi yang tidak alamiah merupakan faktor resiko terjadinya keluhan pada tangan (Budiono dkk., 2003). 9

Yulita Rahmawati & Sugiharto / KEMAS 7 (1) (2011) 8-14 Menurut Suryana (2001), seorang pekerja bila bekerja tidak pada posisi ergonomik akan cepat merasa lelah, sering mengeluh sakit leher, sakit pinggang, rasa semutan, pegal-pegal di lengan dan tungkai serta gangguan kesehatan lainnya. Perusahaan yang menjadi obyek adalah PT. Geromar Jepara yang pekerjanya kurang lebih 75 pekerja. Perusahaan tersebut mempunyai beberapa bagian kerja yaitu bagian pengamplasan, pengecatan, pembungkusan, finishing, dan servis. Bagian pengamplasan merupakan pekerjaan memperhalus barang seperti meja dan kursi agar menjadi lebih halus. Pekerjaan tersebut mengharuskan para pekerja melakukan pekerjaan dengan berdiri, duduk, maupun jongkok tergantung dari barang yang akan diamplas. Sehingga sikap kerja seperti itu memungkinkan para pekerja untuk terkena penyakit akibat kerja. Berdasarkan hasil observasi awal terdapat 33,33% pekerja cepat merasa lelah, rasa semutan dan pegal-pegal di lengan dan tungkai dan gangguan kesehatan lainnya. Keluhan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan trauma kumulatif pada pekerja yang disebut CTD. Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research (penelitian penjelasan) dengan menggunakan pendekatan belah lintang. Populasi dari penelitian ini adalah semua tenaga kerja bagian pengamplasan. Adapun jumlah populasi yaitu 30 tenaga kerja. Diputuskan dalam penelitian menggunakan seluruh populasi sebagai sampel sehingga jumlah sampel adalah 30 tenaga kerja. Variabel bebas adalah sikap kerja duduk, sedangkan variabel terikatnya adalah kejadian CTD. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik- Sampel Karakteristik n % Umur (Tahun) 20-24 8 26,67 25-29 4 13,33 30-34 2 6,67 35-39 3 10,00 40-44 5 16,67 45-49 7 23,33 50-54 1 3,33 Jumlah 30 100,00 Masa Kerja (Tahun) 2-6 13 43,33 7-11 11 36,67 12-16 6 20,00 Jumlah 30 100,00 Tabel 2. Distribusi Antropometri dan Ukuran Produk Kerja Variabel Antropometri Min Max Ratarata Lebar pinggul 28,0 49,0 38,50 Panjang lengan 65,0 75,0 70,00 Tinggi siku duduk Panjang lekuk lutut Panjang tungkai bawah Dimensi Produk Kerja Tinggi produk kerja Lebar produk kerja 22,0 27,0 24,50 40,5 58,0 49,25 30,0 43,5 36,75 70,0 103,0 86,50 55,0 56,0 55,50 10

Yulita Rahmawati & Sugiharto / KEMAS 7(1) (2011) 8-14 Kursi yang digunakan sampel yaitu kursi kayu tanpa sandaran pinggang dan tangan. Hasil pengukuran kursi kerja bagian pengam- plasan terdiri tinggi, panjang alas dan lebar kursi (Tabel 3). Tabel 3. Distribusi Ukuran Kursi Kerja pada Bagian Pengamplasan Dimensi Kursi Kerja Ukuran Tinggi kursi 15 Panjang alas kursi 21 Lebar kursi 36 Tabel 4. Distribusi Kesesuaian Antropometri Sampel dengan Alat Kerja Kriteria Sesuai Tidak Sesuai n % n % Tinggi kursi dengan panjang tungkai bawah 12 40,00 18 60,00 Panjang alas kursi dengan panjang lekuk lutut 11 36,67 19 63,33 Lebar kursi dengan lebar pinggul 17 56,67 13 43,33 Tinggi produk kerja dengan tinggi siku duduk dan tinggi kursi 0 0,00 30 100,00 Lebar produk kerja dengan panjang lengan 30 100,00 0 0,00 Tabel 5. Distribusi Sikap Kerja Duduk dan Kejadian CTD pada Sampel Variabel n % Sikap Kerja Duduk Tidak ergonomis 17 56,67 Ergonomis 13 43,33 Kriteria CTD 18 60,00 Tidak CTD 12 40,00 Tabel 6. Hasil Crosstab 2x2 Sikap Kerja Duduk dengan Kejadian CTD Sikap Kerja Duduk Kejadian CTD Total Ya % Tidak % % Nilai p Tidak Ergonomis 14 82,35 3 17,65 17 100 0,01 Ergonomis 4 30,77 9 69,23 13 100 Total 18 60,00 12 40,00 30 100 11

Yulita Rahmawati & Sugiharto / KEMAS 7 (1) (2011) 8-14 Tabel 7. Distribusi Jenis Keluhan Kejadian CTD pada Sampel Tingkat Keluhan Jenis Keluhan Tidak Sakit Agak Sakit Sakit Sakit Sekali n % n % n % n % Leher bagian atas 9 30,00 6 20,00 12 40,00 3 10,00 Leher bagian bawah 10 33,33 3 10,00 16 53,33 1 3,33 Bahu kiri 4 13,33 7 23,33 17 56,67 2 6,67 Bahu kanan 3 10,00 4 13,33 19 63,33 4 13,33 Lengan atas bagian kiri 9 30,00 7 23,33 13 43,33 1 3,33 Bagian punggung 5 16,67 2 6,67 18 60,00 5 16,67 Lengan atas bagian kanan 5 16,67 9 30,00 13 43,33 3 10,00 Daerah pinggang ke belakang 4 13,33 4 13,33 13 43,33 9 30,00 Daerah pinggul ke belakang 8 26,67 6 20,00 9 30,00 7 23,33 Daerah pantat 9 30,00 7 23,33 8 26,67 6 20,00 Siku kiri 18 60,00 9 30,00 2 6,67 1 3,33 Siku kanan 17 56,67 10 33,33 2 6,67 1 3,33 Lengan bawah bagian kiri 11 36,67 12 40,00 7 23,33 0 0,00 Lengan bawah bagian kanan 10 33,33 11 36,67 8 26,67 1 3,33 Pergelangan tangan kiri 9 30,00 8 26,67 13 43,33 0 0,00 Pergelangan tangan kanan 8 26,67 6 20,00 14 46,67 2 6,67 Telapak tangan bagian kiri 13 43,33 5 16,67 12 40,00 0 0,00 Telapak tangan bagian kanan 13 43,33 3 10,00 5 16,67 9 30,00 Paha kiri 5 16,67 12 40,00 12 40,00 1 3,33 Paha kanan 5 16,67 11 36,67 13 43,33 1 3,33 Lutut kiri 10 33,33 12 40,00 7 23,33 1 3,33 Lutut kanan 10 33,33 12 40,00 7 23,33 1 3,33 Betis kiri 8 26,67 7 23,33 11 36,67 4 13,33 Betis kanan 8 26,67 8 26,67 10 33,33 4 13,33 Pergelangan kaki kiri 9 30,00 15 50,00 5 16,67 1 3,33 Pergelangan kaki kanan 9 30,00 15 50,00 4 13,33 2 6,67 Telapak kaki kiri 10 33,33 5 16,67 13 43,33 2 6,67 Telapak kaki kanan 11 36,67 3 10,00 13 43,33 3 10,00 Pembahasan Pergelangan tangan merupakan area penting untuk terjadinya gerakan tangan. Sikap tubuh yang tidak alamiah pada saat bekerja (misalnya pada saat memegang handtool), frekuensi ketika melakukan gerakan dengan sikap yang tidak alamiah dan durasi waktu pada saat bekerja dengan posisi yang tidak alamiah merupakan faktor resiko terjadinya keluhan pada tangan (Budiono dkk., 2003). Seorang pekerja bila bekerja tidak pada posisi ergonomik akan cepat merasa lelah, sering mengeluh sakit leher, sakit pinggang, rasa semutan, pegal-pegal di lengan dan tungkai serta gangguan kesehatan lainnya (Suryana, 2001). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap kerja duduk berhubungan dengan kejadian CTD (p=0,01). Kejadian CTD dalam penelitian ini menunjukkan tingkat dan 12

Yulita Rahmawati & Sugiharto / KEMAS 7(1) (2011) 8-14 jenis keluhan yang dirasakan oleh pekerja bagian pengamplasan diharapkan dengan sikap kerja duduk yang baik menjadi dasar bagi pekerja untuk mengurangi risiko kejadian CTD, sehingga berdampak pada tingkat dan jenis keluhan pekerja. Hasil pengukuran dan analisis kesesuaian antara antropometri pekerja dengan alat kerja diketahui bahwa 17 sampel (56,67%) bekerja dengan sikap kerja duduk tidak ergonomis dan 13 sampel (43,33%) bekerja dengan sikap kerja duduk ergonomis. Kondisi seperti ini berpengaruh terhadap menurunnya efisiensi dan efektifitas kerja. Keluhan-keluhan nyeri pada bahu kanan, bahu kiri, pinggang, punggung, lengan atas bagian kanan, paha kiri dan paha kanan merupakan indikator ketidaksesuaian sarana kerja dengan pemakai. Nyeri pada pinggang dapat terjadi karena adanya siksa paksa akibat penggunaan sarana kerja yang terlalu pendek atau terlalu tinggi. Jika pekerja terpaksa harus duduk dengan kaki agak menekuk dalam jangka waktu yang lama, mereka akan merasakan nyeri di bagian paha dan betis. Hal ini mengakibatkan pekerja cepat lelah, membuat banyak kesalahan atau mengalami CTD. Sikap kerja duduk yang tidak ergonomis dapat menjelaskan bahwa sampel belum mempunyai sikap kerja yang baik. Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika tekanan tersebut sekitar 100%, maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong ke depan (Nurmianto, 2003). Pada pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat duduk yang dipakai harus memungkinkan untuk melakukan variasi perubahan posisi. Ukuran tempat duduk disesuaikan dengan dimensi ukuran antropometri pemakainya. Jika landasan kerja terlalu rendah, tulang belakang akan membungkuk ke depan, dan jika terlalu tinggi, bahu akan terangkat dari posisi rileks, sehingga menyebabkan bahu dan leher menjadi tidak nyaman (Tarwaka, 2009). Penggunaan alat-alat yang menekan tajam ke telapak tangan dan menimbulkan iritasi pada tendon bisa menyebabkan terjadinya CTD. Cara memegang alat atau benda dengan menekankan jari-jari ke ibu jari atau membawa benda dengan posisi pegangan pada titik yang jauh dari pusat gravitasinya juga bisa menimbulkan CTD. Salah satu dampak negatif yang disebabkan oleh ketidaksesuaian mesin dengan operatornya adalah terjadinya cedera otot rangka akibat sikap tubuh yang dipaksakan atau tidak alamiah pada saat bekerja. Cedera otot dan rangka terjadi pada semua jenis pekerjaan. Sikap kerja yang tidak sesuai dengan antropometri dan dipaksakan merupakan salah satu penyebab umum CTD. Sikap tubuh yang buruk dalam bekerja baik dalam posisi duduk maupun berdiri akan meningkatkan risiko terjadinya CTD. Posisi-posisi tubuh yang ekstrim akan meningkatkan tekanan pada otot, tendon, dan syaraf. Berdasarkan pengisian kuesioner Nordic Body Map menunjukkan 18 sampel (60%) mengalami kejadian CTD dan tidak mengalami kejadian CTD sebanyak 12 sampel (40%). CTD dapat diterjemahkan sebagai kerusakan trauma kumulatif. Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit pada bahu kanan, bahu kiri, pinggang, punggung, lengan atas bagian kanan, paha kiri dan paha kanan. Hal ini sebagai akibat penumpukan cedera kecil yang setiap kali tidak sembuh total dalam jangka waktu tertentu yang bisa pendek dan bisa lama, tergantung dari berat ringannya trauma setiap hari, yang diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan, pembengkakan dan gejala lainnya (Budiono dkk., 2003). Menurut Fitrihana (2008) keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal sering juga dinamakan CTD. Penyebab timbulnya trauma pada jaringan tubuh antara lain, over exertion merupakan pekerjaan yang terlalu berat seperti 13

Yulita Rahmawati & Sugiharto / KEMAS 7 (1) (2011) 8-14 mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang dilakukan diluar batas kemampuan. Over stretching merupakan pekerjaan yang membuat tugas leher menjadi semakin sulit dengan terulur berlebihan dapat menyebabkan nyeri pada leher. Over compressor merupakan pekerjaan yang menggunakan tekanan lebih. Ada beberapa faktor risiko untuk terjadinya CTD, yaitu terdapat postur atau sikap tubuh yang janggal, gaya yang melebihi kemampuan jaringan, lamanya waktu pada saat melakukan posisi janggal, dan frekuensi siklus gerakan dengan postur janggal per-menit (Budiono dkk., 2003). Gejala CTD biasanya muncul pada jenis pekerjaan yang monoton, sikap kerja yang tidak alamiah, penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi kemampuannya. Pekerjaan yang memerlukan kekuatan besar dari lengan dan pergelangan tangan memiliki kemungkinan besar untuk mengalami CTD (Vale, 1995). Gerakan lengan dan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang terutama pada saat bekerja mempunyai risiko bahaya yang tinggi terhadap timbulnya CTD. Tingkat risiko akan bertambah jika pekerjaan dilakukan dengan tenaga besar, dalam waktu yang sangat cepat dan waktu pemulihan kurang. Sehingga hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dengan sikap kerja duduk yang kurang baik mengakibatkan kejadian CTD. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil pengambilan data, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap kerja duduk dengan kejadian CTD pada pekerja bagian pengamplasan PT. Geromar Jepara. Semua pekerjaan mengamplas hendaknya dilakukan dalam sikap duduk dan diselingi dengan sikap berdiri waktu mengambil amplas serta tiap satu jam sekali istirahat beberapa menit dari pekerjaan mengamplas. Hendaknya digunakan kursi kerja sesuai norma ergonomi yang disesuaikan dengan ukuran antropometri rata-rata pekerja yaitu kursi kerja dibuat lebih tinggi tetapi tetap menyesuaikan dengan produk kerja dan alas kursi diberi bantalan. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan faktor yang berhubungan dengan CTD. Daftar Pustaka Audenaert, A., Prims, J., Reniers, G.L.L., Weyns, D., Mahieu, P. and Audenaert, E. 2009. Evaluation, and Economic Impact Analysis of Different Treatment Options for Ankle Distortions in Occupational Accidents. Journal of Evaluation in Clinical Practice, 16 (2010): 933 939 Burke, A. and Peper, E. 2002. Cumulative Trauma Disorder Risk for Children Using Computer Products: Results of A Pilot Investigation with A Student Convenience Sample. Public Health Reports, 117 Budiono, A.M.S., Jusuf, R.M.F., Pusparini, A. 2003. Bunga Rampai Hiperkes, dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Undip Depkes RI. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Eko, N. 2008. Ergonomi Konsep Dasar, dan Aplikasinya Edisi Kedua. Surabaya: Guna Widya. Finklestein, M. and Solomon, Z. 2009. Cumulative Trauma, PTSD, and Dissociation. Trauma & Dissociation, 10 (1): 1 31 Fitrihana, N. 2008. Cumulative Trauma Disorders (CTDs), http://konsul hiperkes.wordpress. com/2008/12/31/cumulative-trauma-disorders-ctds, diakses pada tanggal 21 April 2010 Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep Dasar, dan Aplikasinya Edisi Pertama. Surabaya: Guna Widya Suma mur, P.K. 1996. Higiene Perusahaan, dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung Agung Suryana. 2001. Pedoman Teknologi Tepat Guna Ergonomic bagi Sector Informal. Jakarta: Depkes RI, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Tarwaka. 2009. Kuesioner Nordic Body Map, http:// safelindo. blogspot.com/2009/02/ kuesionernordic-body-map.html, diakses pada tanggal 17 Mei 2010 Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press Vale, B. 1995. Applied Ergonomics Training Manual. Australia: Humantech Inc 14