Unnes Physics Education Journal

dokumen-dokumen yang mirip
Unnes Physics Education Journal

ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN IPA DI SMP

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN SISWA. Abstrak. Abstract. Gallant Alim Purbowo, Mashuri, Putriaji Hendikawati

Unnes Physics Education Journal

Joyful Learning Journal

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

*Keperluan Korespondensi, telp/fax: ,

Unnes Physics Education Journal

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES

Unnes Physics Education Journal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

GAMBARAN PENGENALAN MODEL PEMBELAJARAN QODE (QUESTIONING, ORGANIZING, DOING AND EVALUATING) PADA GURU IPA SMP DI KABUPATEN PROBOLINGGO

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN FISIKA SMA

BAB I PENDAHULUAN. daya manusianya (SDM) dan kualitas pendidikannya. Tingkat pendidikan di

*Keperluan korespondensi, HP: ,

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN ASESMEN KINERJA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Unnes Physics Education Journal PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DAN KOOPERATIF UNTUK MEMBANGUN EMPAT PILAR PEMBELAJARAN SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta


Nurul Umamah, Marjono dan Erly Nurul Hidayah

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Unnes Physics Education Journal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Tjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Joyful Learning Journal

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

Indonesian Journal of History Education

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

KEEFEKTIFAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MATERI LINGKARAN

Lembaran Ilmu Kependidikan

Unnes Physics Education Journal

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

Improving Student Activity Learning Class XI IPA SMA Katolik Rajawali Through Inquiry Approach Based on PBI of Buffer Solution Topic

J. Pijar MIPA, Vol. X No.1, Maret 2015: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

Unnes Physics Education Journal

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat sesuai dengan kebutuhan hidup manusia yang semakin hari

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Automotive Science and Education Journal

Economic Education Analysis Journal

Unnes Science Education Journal

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Joyful Learning Journal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA

Economic Education Analysis Journal

Journal of Innovative Science Education

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI FUNGSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR. Info Artikel

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

MENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY PADA PERKULIAHAN TAKSONOMI TUMBUHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

THE PRACTICALITY TEST OF MAGNETIC EXPERIMENTAL DEVICES FOR PHYSICS LEARNING OF JUNIOR HIGH SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

Journal of Mechanical Engineering Learning

MODEL KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

PENGGUNAAN TIPE STAD DENGAN MEDIA FLIP CHART DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Unnes Science Education Journal

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

Unnes Journal of Biology Education

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIB SMPN 3 PARINGIN PADA MATERI POKOK CAHAYA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014:

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: SASMITASARI E1R

Economic Education Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi 2 Susi Setiawani 3 ABSTRACT

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

Unnes Physics Education Journal

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

ABSTRAK. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, Mata Pelajaran Geografi ABSTRACT

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography.

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOTITION) PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Sherli Malinda, Nyoman Rohadi dan Rosane Medriati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

Transkripsi:

UPEJ 6 (2) (2017) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN IPA DI SMP Naelatul Izah, Wiyanto *, L. Handayani * Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229 Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Juni 2017 Disetujui Juni 2017 Dipublikasikan Agustus 2017 Keywords: Analysis, Learning Model, Learning Science Abstrak Pembelajaran IPA/sains merupakan pembelajaran yang menuntut guru untuk melaksanakan berbagai model pembelajaran yang kreatif, inovatif, menarik, menyenangkan, efektif, dan tidak monoton, sehingga kompetensi dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran IPA di SMP berbasis KTSP dan Kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan alat bantu video dan metode angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan yaitu memperhatikan guru, dengan nilai persentase di SMP berkode A, SMP berkode B, dan SMP berkode C sebesar 59,16% 46,06%, 85,80%. Pada SMP berbasis Kurikulum 2013, di SMP berkode X, SMP berkode Y, dan SMP berkode Z, kegiatan yaitu mempresentasikan hasil percobaan, melakukan percobaan, dan latihan soal yaitu sebesar 24,50%, 32,78%, dan 55,23%. Hasil analisis respon angket pada pemilihan strategi guru di SMP berbasis KTSP yaitu sebesar 76%, 76%, dan 72%. Pada SMP berbasis Kurikulum 2013 yaitu sebesar 88,02%, 84,38%, dan 86%. Abstract Learning science is learning that requires teachers to implement various learning models in which are creative, innovative, interesting, fun, effective, and varied so that competence and expectations are able to be accomplished. This research aimed to discover implementation of science learning models in KTSP based and 2013 Curriculum based Junior High Schools. This research used observation method by using video as the tool and questionnaire. The results of this research discovered that students activities in paying attention to teachers in percentage at Junior High School coded A, Junior High School coded B, and Junior High School coded C were at 59,16% 46,06%, 85,80%. In 2013 Curriculum based Junior High School, at Junior High School coded X, Junior High School coded Y, Junior High School coded Z, students activities were representing experiments results, doing experiments, and doing exercises in which are at 24,50%, 32,78%, and 55,23%. Moreover, the results of questionnaire analysis in Junior High Schools based KTSP were at 76%, 76%, and 72%. Furthermore, in Junior High Schools based Curriculum 2013, were at 88,02%, 84,38%, and 86%. Alamat korespondensi: E-mail : naelatul.izah@gmail.com 2017 Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6935

PENDAHULUAN Menurut Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik interaktif dan inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, kontekstual dan kolaboratif. Hal ini menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi, model, dan metode yang mengacu pada karakteristik peserta didik, khususnya pada pembelajaran sains. Hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) menunjukkan Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek; (2) teori, analisis dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah; dan (4) melakukan investigasi. Dan hasil studi PISA (Program for International Student Assessment), yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan SAINS, menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara (Depdiknas, 2013: 3). Rendahnya pelaksanaan pembelajaran sains di atas, dapat diatasi dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang sesuai, yaitu model pembelajaran yang menarik, menyenangkan, efektif, tidak monoton, kreatif, dan inovatif. Ada berbagai tipe model pembelajaran untuk sains, diantaranya adalah pembelajaran inkuiri (Wiyanto: 2008). Tujuan dari berbagai tipe model pembelajaran sains adalah untuk membantu guru dalam mengajar dan membantu untuk lebih aktif terlibat dalam pemahaman dan belajar sains dengan membangun, menggunakan, atau memilih model untuk menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol fenomena alam (Ornek, 2008). 32 Berdasarkan hasil observasi di SMPN 1 Pekalongan sebagai sekolah berbasis Kurikulum 2013 dan SMPN 3 Pekalongan sebagai sekolah berbasis KTSP, pembelajaran sains dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri. Alasannya karena model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang tepat untuk sains, juga lebih menarik dan mengaktifkan. Dari hasil observasi tersebut, didapatkan bahwa hasil pembelajaran di SMPN 3 Pekalongan jauh lebih rendah daripada di SMPN 1 Pekalongan, yaitu <50% anak belum tuntas KKM, sedangkan di SMPN 1 Pekalongan >70% anak sudah tuntas KKM. Hasil dari wawancara dengan salah satu guru pengajar sains di SMPN 3 Pekalongan, menunjukkan bahwa banyak kendala yang dialami selama pembelajaran, seperti anak belum siap untuk belajar, fasilitas kurang memadai, dan kurangnya waktu pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi tersebut, untuk meningkatkan hasil pembelajaran, guru harus bijaksana dalam menentukan model pembelajaran kreatif dan inovatif yang sesuai situasi dan kondisi kelas, sehingga kompetensi dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sebuah model pembelajaran yang diharapkan mampu mendorong untuk aktif dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian tentang pelaksanaan model pembelajaran IPA di SMP dengan judul ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN IPA DI SMP. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di salah satu kelas VIII di tiga SMP berbasis KTSP dan Kurikulum 2013, dalam satu kali pengamatan. Obyek penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran IPA di SMP berbasis KTSP dan Kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan alat bantu video dan metode angket untuk pengambilan data. Pada metode

observasi, hasil rekaman video diputar ulang dan dianalisis berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan terhadap alokasi waktu. Hasil analisis video direkaipitulasi kedalam kecenderungan kegiatan pembelajaran guru dan dalam bentuk sekon dan persentase. Metode angket digunakan untuk mengetahui respon terhadap pelaksanaan model pembelajaran tersebut. Angket dibagikan kepada setelah pembelajaran berlangsung. Angket dianalisis menggunkaan tipe skala Likert dan dikonversikan menggunakan rumus persentase. Analisis angket dilakukan berdasarkan hasil jawaban terhadap indikator pembelajaran yang telah ditentukan. Hasil analisis video dan angket tersebut disajikan dalam bentuk deskripsi sebagai hasil penelitian dan pembahasan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di tiga sekolah berbasis KTSP dan Kurikulum 2013, diperoleh rekapitulasi kegiatan pembelajaran IPA oleh guru dan, serta respon terhadap kegiatan pembelajaran tersebut, yaitu sebagai berikut. A. SMP berbasis KTSP Penelitian ini menjelaskan kegiatan guru dan di tiga SMP berbasis KTSP. Penelitian ini dilaksanakan untuk menggambarkan pelaksanaan pembelajaran ketiga sekolah tersebut, serta perbedaannya. Penelitian dilakukan di tiga sekolah, yaitu SMP berkode A, SMP berkode B, dan SMP berkode C. Berdasarkan hasil analisis video, didapatkan rekapitulasi kegiatan pembelajaran guru dan. Berikut disajikan contoh hasil rekapitulasi kegiatan pembelajaran IPA di SMP berbasis KTSP yaitu seperti Tabel 1.1 dan 1.2. Tabel 1 dan 2 merupakan contoh hasil analisis rekapitulasi kegiatan pembelajaran guru dan di SMP berbasis KTSP yaitu pada SMP berkode A. Tabel tersebut menunjukkan bahwa 33 kegiatan pembelajaran IPA di SMP berkode A menggunakan strategi pembelajaran melalui latihan soal-soal. Tabel 1. Rekapitulasi Kegiatan Pembelajaran Guru di SMP Berbasis KTSP No 1 Kegiatan Pembelajaran Guru meminta mengerjakan soal Alokasi Waktu (s) (%) 41 0,92 2 Guru menjelaskan contoh soal 1298 29,01 3 Guru menanyakan jawaban 38 0,85 4 Guru menjelaskan materi 537 12 5 Guru menanyakan yang belum paham 25 0,56 6 Guru membaca soal 167 3,73 7 8 Guru bertanya jawab dengan Guru menjelaskan jawaban 109 2,44 543 12,14 Tabel 2. Rekapitulasi Kegiatan Pembelajaran Siswa di SMP Berbasis KTSP No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu (s) (%) 1 Siswa membaca LKS 18 0,4 2 Siswa memperhatikan guru 2647 59,16 3 Siswa menulis 837 18,71 4 Siswa mengerjakan soal 695 15,53 5 Siswa menyimak soal yang dibacakan guru 158 3,53 6 Siswa melakukan tanya jawab 170 3,8 Guru membacakan soal dan menjelaskan deskripsi soal, kemudian guru memancing untuk menjawab dan memberikan waktu untuk menyelesaikan soal tersebut. Guru juga melakukan tanya jawab dengan. Akan tetapi, guru tidak memberikan kesempatan pada untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka. Guru juga tidak mengecek hasil pekerjaan mereka. Hal ini karena guru menghubungkan penjelasan soal-soal tersebut dengan materi, sehingga guru menjelaskan dan menyimpulkan sendiri deskripsi dan penjelasan dari masing-masing soal.

Pada pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP berkode A di atas, strategi yang digunakan guru hampir sama dengan strategi guru di SMP berkode B. Pada SMP berkode B guru menggunakan strategi pembelajaran melalui latihan soal dan diskusi kelompok. Latihan soal yang diberikan guru merupakan latihan soal yang diberikan sebagai PR pada pertemuan sebelumnya. Guru memberikan kesempatan kepada untuk berdiskusi dan mempresentasikan hasil pekerjaan mereka. Akan tetapi, tidak melakukan diskusi kelompok. Guru membimbing dalam menyelesaikan masalah tersebut serta menunjuk untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka. Sebagai bentuk refleksi, guru mengecek hasil presentasi jawaban serta menjelaskannya. Sedangkan pada SMP berkode C, strategi pembelajaran yang dilakukan guru yaitu ceramah dan demonstrasi. Guru memancing untuk bertanya, salah satu bertanya tentang apa itu cahaya seperti yang guru sampaikan. Guru melakukan demonstrasi sederhana berupa kertas yang dilubangi dan diarahkan ke layar LCD untuk membuktikan tentang sifat cahaya yang merambat lurus. Dalam kegiatan demonstrasi tersebut, guru memberikan kesempatan kepada untuk mengamati, akan tetapi guru tidak memberikan kesempatan kepada untuk bertanya. Guru menjelaskan dan menarik simpulan hasil demonstrasi tersebut tanpa melibatkan. Penjelasan di atas, menunjukkan bahwa pada kegiatan pembelajaran di SMP berbasis KTSP guru sudah melakukan pembelajaran seperti tujuan KTSP menurut Hidayah (2010), yaitu pembelajaran harus membuat dan guru lebih aktif, guru harus aktif dalam memancing kreativitas anak didiknya sehingga dialog dua arah terjadi dengan sangat dinamis. Akan tetapi masih belum berpartispasi aktif. Siswa masih bersifat pasif dan cenderung diam. 34 Kegiatan pembelajaran IPA di SMP berbasis KTSP tersebut termasuk pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal ini karena pada SMP berkode A kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu sebesar 59,16% untuk kegiatan memperhatikan guru. Guru hanya melibatkan dalam kegiatan bertanya jawab yaitu sebesar 2,44% dalam persentase kegiatan guru, dan 3,8% dalam persentase kegaitan. Kegiatan pembelajaran tersebut juga dapat dikatakan belum berlangsung efektif, hal ini karena persentase sebesar 28,27% kegiatan guru yaitu mengamati, yaitu guru memperhatikan mengerjakan soal dan menulis. Pada SMP berkode B kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu sebesar 46,06% untuk kegiatan memperhatikan guru. Kegiatan pembelajaran tersebut juga dapat dikatakan belum berlangsung efektif, hal ini karena guru mengerjakan tugas lain dengan persentase sebesar 10,18% dan juga tidak melakukan kegiatan diskusi kelompok seperti yang diperintahkan guru. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru, suasana kelas dikondisikan guru, dan sumber belajar bersumber pada guru. Dan pada SMP berkode C kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu sebesar 85,80% untuk kegiatan memperhatikan guru. Kegiatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan guru memiliki nilai persentase sangat kecil yaitu 0,19% dan 1,15%. Kegiatan pembelajaran tersebut sepenuhnya didominasi oleh guru, suasana kelas dikondisikan guru, dan sumber belajar bersumber pada guru. Proses pembelajaran di SMP berbasis KTSP di atas, didominasi sepenuhnya oleh keaktifan guru, suasana kelas dikondisikan guru dan materi ajar hanya bersumber pada guru. Menurut Hadi (2007), pembelajaran berpusat pada guru atau yang dikenal dengan teachercentered membuat pasif karena hanya mendengarkan penjelasan guru yang mengakibatkan kreativitas mereka kurang

terpupuk dan tidak kreatif. Siswa sebatas memahami penjelasan guru sambil membuat catatan, bagi yang memerlukannya, dan guru sebagai sumber belajar serta pusat peran pencapaian keberhasilan proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh guru, akan tetapi juga beberapa faktor seperti karakter peserta didik, fasilitas sekolah yang kurang memadai, dan kurangnya waktu pembelajaran. B. SMP berbasis Kurikulum 2013 Penelitian ini menjelaskan kegiatan guru dan di tiga SMP berbasis Kurikulum 2013. Penelitian ini untuk menggambarkan pelaksanaan pembelajaran ketiga sekolah tersebut, serta perbedaannya. Penelitian dilakukan di tiga sekolah, yaitu SMP berkode x, SMP berkode y, dan SMP berkode z. Tabel 3. Rekapitulasi Kegiatan Pembelajaran Guru di SMP Berbasis Kurikulum 2013 Alokasi No Kegiatan Pembelajaran Waktu (s) (%) 1 Guru meminta menyiapkan alat dan 3 0,17 bahan percobaan 2 Guru memperhatikan 540 31,05 3 Guru memberikan intruksi percobaan 18 1,04 4 Guru membimbing melakukan percobaan 657 37,78 5 Guru membagikan LKS 14 0,81 6 Guru mengecek kelengkapan alat dan 20 1,15 bahan percobaan 7 Guru menjelaskan materi pengantar 36 2,07 8 Guru menunjuk untuk mempresentasikan 35 2,01 hasil percobaan 9 Guru menjelaskan kembali hasil presentasi 110 6,33 10 Guru bertanya jawab 20 1,15 11 Guru menyimpulkan pembelajaran 124 7,13 35 Tabel 4. Rekapitulasi Kegiatan Pembelajaran Siswa Di Smp Berbasis Kurikulum 2013 No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu (s) (%) 1 Siswa memperhatikan guru 348 20,01 2 Siswa mempelajari langkah percobaan 19 1,09 3 Siswa melakukan percobaan 570 32,78 4 5 6 Siswa berdiskusi untuk membuat simpulan percobaan Siswa mempresentasikan hasil percobaan Siswa menuliskan simpulan percobaan di papan tulis 82 4,72 459 26,39 499 28,69 Berdasarkan hasil analisis video didapatkan rekapitulasi kegiatan pembelajaran guru dan. Contoh hasil rekapitulasi kegiatan pembelajaran IPA di SMP berbasis Kurikulum 2013 yaitu seperti Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 dan Tabel 4 di atas, merupakan contoh hasil rekapitulasi kegiatan pembelajaran IPA di SMP berbasis Kurikulum 2013 yaitu di SMP berkode X. Pada SMP berkode X kegiatan pembelajaran tersebut menggunakan strategi pembelajaran percobaan, diskusi kelompok, dan presentasi. Siswa diberi kesempatan untuk mengamati dan menanya melalui kegiatan percobaan. Guru membagikan lembar LKS petunjuk praktikum, serta guru memberikan instruksi percobaan. Guru membimbing kegiatan tersebut secara berkelompok. Siswa juga diberi kesempatan untuk mengumpulkan dan mengasosiasikan data melalui diskusi kelompok, dan diberi kesempatan untuk mengomunikasikan hasil percobaan dan hasil diskusi mereka melalui presentasi serta menuliskan simpulan percobaan di papan tulis. Kegiatan pembelajaran IPA di SMP berkode X hampir sama dengan kegiatan pembelajaran IPA di SMP berkode Y. Pada SMP berkode Y, kegiatan pembelajaran juga menggunakan strategi pembelajaran percobaan, diskusi kelompok, dan presentasi. Siswa diberi kesempatan untuk mengamati dan menanya

Jumlah Respon Positif Siswa (%) Naelatul Izah / Unnes Physics Education Journal 6 (2) (2017) melalui kegiatan percobaan. Siswa juga telah diberikan stimulus berupa contoh aplikasi sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Guru membagikan lembar LKS petunjuk praktikum. Guru membimbing kegiatan tersebut secara berkelompok. Siswa juga diberi kesempatan untuk mengumpulkan dan mengasosiasikan data melalui diskusi kelompok, dan diberi kesempatan untuk mengomunikasikan hasil percobaan dan hasil diskusi mereka melalui presentasi. Pada SMP berkode Z, kegiatan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran latihan soal-soal. Guru memberikan beberapa soal untuk dipecahkan secara individu. Guru memberikan kesempatan kepada untuk mencari beberapa sumber belajar. Dalam pembelajaran ini, guru memberikan kesempatan kepada untuk menanya, mengumpulkan dan mengasosiasikan data, serta mengomunikasikan hasil. Guru berkeliling mengecek hasil pekerjaan dan membimbingnya apabila mengalami kesulitan. Guru juga mengecek hasil pekerjaan yang telah dipresentasikan di papan tulis. Berdasarkan hasil penjelasan di atas, kegiatan pembelajaran di SMP berbasis Kurikulum 2013 ini didominasi oleh artinya pembelajaran berpusat pada. Hal ini ditunjukkan pada hasil persentase kegiatan guru di SMP berkode X yaitu sebesar 37,78% untuk kegiatan guru membimbing dalam percobaan maupun diskusi kelompok. Kegiatan yaitu sebesar 32,78%, yaitu melakukan percobaan. Pada SMP berkode Y, kegiatan yaitu sebesar 24,5% untuk kegiatan mempresentasikan hasil percobaan. Kegiatan guru yaitu sebesar 26,11% yaitu guru memperhatikan. Guru memperhatikan berpresentasi serta melakukan diskusi kelompok. Dan pada SMP berkode Z, kegiatan yaitu sebesar 55,23% untuk kegiatan menyelesaikan soal, serta 40,75% kegiatan yaitu 36 mempresentasikan hasil pekerjaan mereka. Kegiatan guru yaitu sebesar 24,02%, yaitu guru membimbing, serta 21,33% yaitu guru berkeliling mengecek hasil pekerjaan. Berdasarkan pembahasan di atas, kegiatan pembelajaran IPA di ketiga sekolah berbasis Kurikulum 2013 tersebut sudah sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA menurut Setiawati (2013), yaitu pembelajaran IPA merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh, bukan sesuatu yang harus dilakukan terhadap. Kegiatan pembelajaran tersebut termasuk pembelajaran berpusat pada atau disebut student centered yaitu guru hanya sebagai fasilitator, dimana guru hanya berperan sebagai pembimbing mereka untuk menemukan dan memecahkan masalah. Menurut Khademi & Abdollahpour (2014), pembelajaran berpusat pada merupakan pembelajaran yang berfokus pada berbagai pengetahuan dan proses belajar yang ditemukan oleh, lebih aktif mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tanpa ketergantungan dari guru. C. Respon Berdasarkan hasil analisis angket respon terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, persentase respon terhadap pendekatan/strategi yang dipilih guru dalam pembelajaran dapat disajikan seperti Gambar 1. 100 80 60 40 Strategi Pembelajaran 20 Keterlibatan Siswa 0 SMP SMP SMP A C Y Pelaksanaan Pembelajaran IPA Gambar 1. Persentase Respon Siswa terhadap Pembelajaran

Berdasarkan Gambar 1 di atas, pada indikator pemilihan pendekatan/strategi pembelajaran yang dilakukan guru di SMP berbasis KTSP, hasil persentase rata-rata respon di SMP berkode A, SMP berkode B, dan SMP berkode C secara berturut-turut yaitu sebesar 76%, 76%, dan 72%. Hasil persentase respon tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Guru menggunakan metode pembelajaran seperti latihan soal, diskusi, dan ceramah. Pada hasil persentase rata-rata respon pada indikator keterlibatan dalam pembelajaran di SMP berkode C jauh lebih rendah daripada di SMP berkode A dan SMP berkode B yaitu secara berturut-turut sebesar 70%, 74%, dan 74%. Nilai persentase tersebut termasuk kategori sedang, tinggi, dan tinggi. Hal ini karena pada SMP berkode C bersifat pasif, hanya memperhatikan guru, yaitu mendengarkan, menyimak, dan memahami penjelasan guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Hertiavi dkk (2010), bahwa kesalahan guru dalam memilih strategi pembelajaran dapat menyebabkan kurang tertarik pada pembelajaran, sehingga berdampak pada kurangnya motivasi dan keaktifan selama proses belajar mengajar. Pada SMP berbasis kurikulum 2013, hasil persentase rata-rata respon yang didapatkan di SMP berkode X, SMP berkode Y, dan SMP berkode Z yaitu secara berturut-turut sebesar 84,38%, 88,02%, dan 86%. Guru menggunakan berbagai pendekatan/strategi seperti percobaan, diskusi kelompok, presentasi, dan pemecahan masalah melalui latihan soalsoal. Hasil persentase rata-rata respon tersebut, berkategori sangat tinggi, tinggi, dan sangat tinggi. Pada indikator keterlibatan dalam pembelajaran yaitu secara berturut-turut di SMP berkode X, SMP berkode Y, dan SMP berkode Z secara berturut-turut yaitu sebesar 75,96%, 79,86%, dan 82%. Hasil persentase rata-rata tersebut termasuk kedalam kategori respon yang tinggi. Berdasarkan hasil pembahasan pelaksanaan model pembelajaran 37 IPA di smp berbasis kurikulum 2013 di atas, metode yang diterapkan guru yaitu percobaan, diskusi kelompok, presentasi, dan latihan soal dapat melibatkan lebih aktif. Hal ini sejalan dengan pendapat Trisdiono (2015), bahwa pembelajaran aktif adalah proses dimana secara aktif dalam membangun pemahaman terhadap fakta, ide, dan keterampilan melalui aktivitas dan melaksanakan tugas. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan pembelajaran IPA di SMP berbasis KTSP, guru menggunakan strategi pembelajaran latihan soal, diskusi kelompok, dan ceramah. Pembelajaran masih didominasi oleh guru, artinya pembelajaran berpusat pada guru atau disebut teachered centered. Siswa cenderung pasif dan melaksanakan tugas apabila diperintah oleh guru. Suasana kelas ditentukan oleh guru, serta materi ajar bersumber dari guru. Pada SMP berbasis Kurikulum 2013, guru menggunkaan strategi pembelajaran seperti percobaan, diskusi kelompok, dan presentasi. Pembelajaran didominasi oleh, artinya pembelajaran berpusat pada atau disebut student centered. Siswa aktif dalam pembelajaran seperti melakukan kegiatan percobaan, diskusi kelompok, presentasi, dan latihan soal. Berdasarkan hasil respon, strategi pembelajaran yang dipilih guru pada SMP berbasis KTSP mendapatkan respon yang tinggi. Pada SMP berbasis Kurikulu 2013 mendapatkan respon sangat tinggi, tinggi, dan sangat tinggi. Saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah guru sebaiknya lebih kreatif dalam memilih strategi pembelajaran agar lebih tertarik dan lebih aktif dalam pembelajaran. Dan untuk sekolah atau pemerintah, hendaknya mampu menyediakan sarana dan prasarana yang

mendukung pelaksanaan berbagai strategi pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hadi, R. 2007. Dari Teacher-Centered Learning ke Student-Centered Learning: Perubahan Metode Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Insania, 12(3): 408-419. Hertiavi, M.A., L. Handayani, & S. Khanafiyah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Pendidikan Fisika, 6(1): 53-57. Mewujudkan Pembelajaran IPA yang Mendukung Implementasi Kurikulum 2013). Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III. Universitas Mahasaraswati. Trisdiono, H. 2015. Pembelajaran Aktif dan Berpusat pada Siswa sebagai Jawaban Atas Perubahan Kurikulum dan Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Widyaiswara LPMP. Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: Unnes Press. Hidayah, L.A. 2010. Upaya Guru dalam Mengatasi Hambatan Pembelajaran Sejarah pada KTSP di SMP Negeri 39 Semarang. Paramita, 20(2): 218-227. Khademi, G & N. Abdollahpour. 2014. The Impact of Student-Centered Pedagogy on Training in a Pediatrics Course. International Journal of Pediatrics, 2(12): 421-429. Ornek, F. 2008. Applications of Models in Learning and Teaching Science. International journal of Enviromental & Science Education, 3(2): 35-45. Permendikbud No. 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan dasar dan Pendidikan Menengah. Setiawati, G.A.D. 2013. Pemanfaatan Subak dalam Pembelajaran IPA (Upaya 38