BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

Repositori STIE Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa proses terlebih dahulu. Transaksi pertama yang dilakukan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari sumber tambahan dari eksternal, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di BEI sekitar 500 perusahaan, hal ini tidak lepas dari upaya

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

BAB I PENDAHULUAN. disini sudah barang pasti akan berbeda dengan pasar komoditas dan pasar

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

BAB I PENDAHULUAN. kompetitornya, baik pada pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyedia sumber pendanaan selain perbankkan. Dana yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan. operasionalnya. Pada perusahaan perseorangan, biasanya para penyedia

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

BAB I PENDAHULUAN. diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan. Ada 2 meode untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediasi). Fungsi ini menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator yang paling penting dalam menilai kemajuan perekonomian suatu

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan memerlukan modal yang jumlahnya cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pajak merupakan suatu sumber dana terbesar pada

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel

tunggal (biasanya investor institusi), secara privat (private placement), dan

BAB I PENDAHULUAN. underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, pihak menguntungkan para investor (Johnson,2011).

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offering ) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (

BAB I PENDAHULUAN. mengapa perusahaan memutuskan go public adalah: (1) pendiri perusahaan ingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

BAB I PENDAHULUAN. dinilai mampu menanamkan modalnya ke perusahaan. Rata rata untuk

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN DAN SIGNALING TERHADAP PENENTUAN HARGA PASAR SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. penawaran saham ataupun surat utang di pasar modal. Penawaran saham dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dalam iklim persaingan yang dihadapi. Demi mencapai pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

I. PENDAHULUAN. tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Perusahaan publik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi ketatnya dunia usaha, perusahaan melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan meningkatkan skala perusahaan, maka perusahaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejak 2008 hingga pada saat ini kinerja perekonomian Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang baik dan didukung oleh sistem yang baik akan dapat. dimainkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan mencapai keuntungan sebesar-besarnya. Untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan maupun dalam rangka memperluas usaha, tentunya perusahaan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk memenuhi kebutuhan dana yang besar tersebut, perusahaan perlu mencari sumber dana dari luar antara lain dari pasar modal. Fakhruddin (2008) mengemukakan bahwa pasar modal menjadi pilar perekonomian negara-negara maju dan menjadi cermin pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan dan perkembangan pasar modal turut menentukan maju tidaknya ekonomi suatu negara. Pasar modal merupakan sarana bagi masyarakat atau investor untuk melakukan investasi dengan cara pemilikan surat berharga perusahaan. Melalui pasar modal maka akan dipertemukan antara pihak yang berkepentingan yaitu pihak perusahaan (emiten) sebagai pihak yang membutuhkan dana dan investor sebagai pemodal. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, perusahaan yang melakukan listing di BEI semakin banyak. Dalam pasar modal kita mengenal pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana merupakan pasar dimana efek baru dijual untuk pertama kalinya oleh perusahaan yang nantinya akan dijual ke investor. Sedangkan di pasar sekunder saham akan diperjualbelikan antar investor. Penawaran umum perdana disebut juga dengan Initial Public Offering (IPO). Perusahaan mengharapkan membaiknya prospek perusahaan melalui IPO agar dapat melakukan ekspansi. Prospek perusahaan yang membaik akan meningkatkan harga saham yang ditawarkan.

Investor dapat mengetahui pertumbuhan kinerja perusahaan melalui laporan kinerja perusahaan sebelum melakukan IPO. Fenomena yang seringkali timbul dari kegiatan IPO adalah terjadinya underpricing yang menunjukkan bahwa sebenarnya harga saham pada waktu penawaran perdana relatif lebih rendah dibanding pada saat diperdagangkan di pasar sekunder. Pada saat perusahaan melakukan IPO, harga saham yang dijual pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga yang terjadi di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar yang telah ada melalui kekuatan permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal. Apabila penentuan harga saham pada saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi underpricing. Kondisi ini dapat terjadi karena perusahaan calon emiten dan penjamin emisi efek secara bersama-sama mengadakan kesepakatan dalam menentukan harga perdana saham namun mereka mempunyai kepentingan yang berbeda. Sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana yang tinggi karena dengan harga perdana yang tinggi maka emiten dapat memperoleh dana sebesar yang diharapkan, namun tidak demikian halnya dengan penjamin emisi efek. Penjamin emisi efek berusaha meminimalkan resiko penjaminan yang menjadi tanggung jawabnya dengan menentukan harga yang dapat diterima oleh para investor. Underpricing ini terjadi lantaran di Indonesia hanya mengenal mekanisme penjaminan secara full commitment. Maksud dari penjaminan secara full commitment ialah ketika saham yang ditawarkan kepada investor tidak habis terjual maka sisa saham yang tidak habis terjual harus diambil atau dibeli oleh pemodal (underwriter). Sehingga pihak underwriter pasti akan berusaha memperkecil resiko yang harus ditanggung ketika saham yang ditawarkan tidak habis terjual yakni dengan memasang target harga saham yang rendah dibandingkan yang

ditawarkan oleh perusahaan. Hal tersebutlah yang memunculkan adanya fenomena underpricing. Jika dibandingkan dengan emiten, pihak underwriter memiliki banyak informasi dan jaringan yang luas terkait dengan permintaan saham emiten. Dengan begitu pihak penjamin akan berusaha memperkecil resiko pembelian saham yang tidak laku terjual dengan harga murah. Dengan harga yang lebih rendah daripada saham yang ditawarkan tersebut maka pihak emiten akan mengalami underpricing. Selisih yang bernilai positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana saat terjadi penawaran saham perdana (Initial Public Offering) disebut dengan initial return. Initial return merupakan keuntungan yang diperoleh pemegang saham akibat perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana dengan harga jual saham yang bersangkutan di pasar sekunder. Dengan kondisi underpricing maka yang dirugikan adalah pihak emiten karena tidak memperoleh dana yang optimal dari publik. Namun ada kalanya juga dapat terjadi overpricing dimana harga saham di pasar sekunder lebih rendah dari pada harga saham yang dibeli di pasar perdana. Keadaan overpricing akan merugikan investor karena investor tidak menerima initial return. Ketika emiten akan melakukan IPO maka perusahaan emiten harus memenuhi persyaratan salah satunya berupa laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut akan dijadikan pedoman bagi calon investor dan underwriter untuk menilai perusahaan yang akan go public tersebut. Laporan keuangan akan terlebih dahulu dilakukan audit untuk mengurangi ketidakpastian. Pada saat menentukan harga saham perdana emiten dan underwriter memepertimbangkan keadaan keadaaan ekonomi di suatu negara melalui tingkat pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar karena para calon investor akan banyak mengeluarkan dana investasi jika keadaan ekonomi negara tersebut dikatakan baik. faktor faktor ekternal tersebut merupakan salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan pada saat IPO (Susilo, 2004). Informasi tentang perusahaan dimuat dalam prospektus yang berisi tentang informasi keuangan dan non keuangan. Pembuatan prospektus ini merupakan kententuan yang telah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ). Informasi keuangan berisikan tentang neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas dan penjelasan laporan keuangan. Sedangkan informasi non keuangan mencakup informasi terkait penjamin emisi (underwriter), auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan lain-lain. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing pada saat penawaran saham perdana (IPO) telah banyak dilakukan namun hingga kini belum terdapat konsistensi terkait dengan hasil penelitian yang dapat digunakan para investor untuk membantu membuat keputusan investasi. Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang dapat digunakan oleh investor/calon inverstor dan underwriter untuk menilai perusahaan yang akan go public (Susilo, 2004). Agar laporan keuangan lebih dapat dipercaya, maka laporan keuangan harus diaudit. Laporan keuangan yang diaudit akan mengurangi ketidakpastian di masa mendatang. Salah satu persyaratan dalam proses go public adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (Keputusan Menteri Keuangan RI No.859/KMK.01/1997). Informasi prospektus dapat dibagi menjadi dua informasi akuntansi dan non-akuntansi. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi/laba, laporan arus kas dan penjelasan laporan keuangan. Informasi non-akuntansi adalah informasi selain laporan keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lainnya.untuk menciptakan harga saham yang ideal, terlebih dahulu perlu

dipelajari faktor-faktor yang mempengaruhi gejala underpricing. Mengetahui faktor yang mempengaruhi underpricing akan dapat menghindarkan perusahaan yang akan go public terhadap kerugian karena underestimate atas nilai pasar sahamnya. Ada berbagai macam teknik untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Salah satunya adalah dengan cara menganalisis raso-rasio pada laporan keuangan emiten. Karena selain dengan menganalisis kemampuan perusahaan tersebut untuk mencetak laba perlu diperhitungkan juga kemampuan perusahaan untuk bertahan dan membayar hutang. Salah satu rasio tersebut adalah rasio financial leverage. DER (Debt to Equty Ratio) merupakan salah satu dari rasio leverage. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER menunjukkan imbangan antara tingkat leverage (penggunaan hutang) dibandingkan modal sendiri perusahaan. DER juga memberi jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri perusahaan yang digunakan sebagai pendanaan usaha. (Ang, 1997). financial leverage yang tinggi menunjukan resiko financial atau resiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Hasil Penelitian Handayani (2008) secara parsial Debt to Equity Rasio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Temuan penelitian yang dilakukan Kristiantari (2013) financial leverage (DER), dan jenis industri terbukti tidak memiliki pengaruh signifikan pada terjadinya underpricing. Pengukuran profitabilitas perusahaan dapat dilihat melalui Return On Asset (ROA) emiten tersebut. ROA merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan asset yang dimilikinya. Investor yang hendak menanamkan modalnya dapat mempergunakan rasio ini sebagai bahan pertimbangan apakah emiten dalam operasinya nanti dapat memperoleh laba. Dengan kemampuan emiten yang tinggi untuk menghasilkan laba atas asetnya maka akan terlihat

bahwa resiko yang akan dihadapi investor akan kecil. Ini berarti bahwa perusahaan dapat memanfaatkan seluruh asetnya dalam memperoleh laba sehingga tingkat underpricing yang diharapkan akan rendah. Penelitian yang dilakukan Su (2004) menunjukkan hasil bahwa ROA berpengaruh negative terhadap underpricing. Namun hasil temuan Sitorus (2010) variabel profitabilitas perusahaan (ROA) terbukti tidak memiliki pengaruh signifikan pada terjadinya underpricing. Perusahaan yang berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan dengan skala kecil. Karena lebih dikenal maka informasi mengenai perusahaan skala besar lebih bnyak dibandingkan dengan perusahaan skala kecil. Bila informasi ditangan investor banyak maka tingkat ketidakpastian investor akan masa depan perusahaan dapat diketahui. Dengan demikian perusahaan yang berskala besar mempunyai tingkat underpricing yang lebih rendah dari perusahaan berskala kecil. Menurut Beatrik Yosephine Sitorus (2010) ukuran perusahaan berpengaruh signifikan underpricing yang dihasilkan. Hasil yang berbeda ditujukan oleh penelitian yang dilakukan oleh sulistio (2005) dan Handayani (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan underpricing. Reputasi underwriter dapat di nilai dari semakin sering underwriter melakukan penjaminan emisi efek bagi perusahaan yang akan melakukan IPO, maka akan semakin baik reputasinya oleh para investor. Penelitian yang akan dilakukan mengacu pada Dimovski & Brooks (2008) bahwa reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing Sedangkan temuan penelitian yang dilakukan Kristiantari (2013) bahwa variabel reputasi underwriter secara signifikan berpengaruh pada underpricing dengan arah koefisien negatif. Private informasi tersebut merupakan informasi internal yang semula hanya diketahui oleh manajer, sebagai contoh standart yang dipakai dalam mengukur kinerja perusahaan,

keberadaan perencanaan bonus dan sebagainya. Dalam melakukan penawaran perdana saat IPO maka manajer wajib memberikan informasi internal secara berkala kepada investor. Semakin besar presentase saham yang ditawarkan kepada publik maka akan semakin mengurangi terjadinya earnings manajement (Suhartini, 2006: 69). Penelitian Abdullah & Mohd (2004) menunjukan bahwa persentase saham yang ditawarkan kepada publik berpengaruh positif terhadap underpricing. Perusahaan yang melakukan IPO periode 2009-2013 sebanyak 110 terdapat 61 perusahaan yang underpricing dan 13 perusahaan mengalami overpricing. Fenomena ini menarik untuk dikaji lebih lanjut, berdasar latar belakang dan dari berbagai penelitian yang sudah ada, terlihat hasil penelitian yang tidak selalu konsisten, baik yang dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri. Berdasarkan hal ini masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing seperti tingkat Dept to Equity Ratio (DER) perusahaan, ROA (Return On Assets), dan Ukuran perusahaan, reputasi underwriter sedangkan faktor makro ekonomi di ambil variable Kurs, dan Pertumbuhan Ekonomi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Faktor Kinerja Keuangan, Makro Ekonomi, dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Saat Initial Public Offering Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Investor perlu mencermati dan mempelajari kinerja keuangan yang akan melakukan go public, informasi tersebut merupakan informasi yang berasal dari

laporan keuangan perusahaan dan digunakan untuk mengambil keputusan ekonomis bagi phak internal dan ekternal perusahaan. 2. Dalam penelituan ini penulis akan menguji pengaruh kinerja keuangan, makro ekonomi, dan non-keuangan terhadap fenomena underpricing pada perusahaan yang melakukan pemawaran saham perdana, sehingga dapat diketahui apakah para informasi menggunakan informasi tersebut dalam pembuatan keputusan investasi pada perusahaan yang melakukan penawaran perdana. 3. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi underpricing saham pada saat initial public offering. 1.2.2 Rumusan Masalah Pada latar belakang dapat diketahui beberapa permasalahan sebagai berikut diajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah variabel Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 2. Apakah variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 3. Apakah variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 4. Apakah variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 5. Apakah variabel kurs dolar berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 6. Apakah variabel non keuangan underwriter berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO?

7. Apakah variabel non keuangan persentase saham yang ditawarkan berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh variabel Return on Asset (ROA) terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO. 2. Mengetahui pengaruh variabel Debt to Equity Ratio (DER) terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO. 3. Mengetahui pengaruh variabel ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO. 4. Mengetahui pengaruh variabel pertumbuhan ekonomiterhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO. 5. Mengetahui pengaruh variabel kurs USD terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO. 6. Mengetahui pengaruh variabel reputasi underwriter terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO. 7. Mengetahui pengaruh variabel persentase saham yang ditawarkan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO. 1.4 Manfaat Penelitian dan Kegunaan Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah 3.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk lebih menyempurnakan penelitian-penelitian selanjutnya yang akan mengkaji ulang pengaruh variabel keuangan dan non keuangan terhadap underpricing. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi mengenai hal-hal yang berpengaruh secara signifikan terhadap initial return yang diterima saat IPO, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di saham perdana. 2. Calon Emiten Hasil penelitian ini harap dapat dijadikan pertimbangan oleh emiten dalam mengekspektasikan harga penawaran saham perdana.