BAB I PENDAHULUAN. dengan cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia terus diwarnai

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa proses terlebih dahulu. Transaksi pertama yang dilakukan perusahaan

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyedia sumber pendanaan selain perbankkan. Dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan. operasionalnya. Pada perusahaan perseorangan, biasanya para penyedia

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. modal semakin banyak perusahaan yang melakukan go-publik. Semakin

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

Repositori STIE Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu industri adalah di pasar modal yaitu dengan menjual saham

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang berkembang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan memerlukan modal yang jumlahnya cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. investor/pemilik modal. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

I. PENDAHULUAN. suatu perusahaan, alat ukur yang utama digunakan adalah laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. tepat, investor akan memperoleh return yang tinggi. Apabila investor ingin

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator yang paling penting dalam menilai kemajuan perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. disini sudah barang pasti akan berbeda dengan pasar komoditas dan pasar

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan diharuskan tetap bugar untuk bertahan dalam menjalankan ekspansi

BAB I PENDAHULUAN. diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan. Ada 2 meode untuk

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kompetitornya, baik pada pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena secara sistematis melalui pernyataan hubungan antar variabel.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan Initial Public Offering berarti perusahaan harus siap menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan akan membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pajak merupakan suatu sumber dana terbesar pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan

BAB I PENDAHULUAN. penawaran saham ataupun surat utang di pasar modal. Penawaran saham dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. perbedaan yang mendukung penelitian berikut ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian menegenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offering ) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (

1 BAB I 2 PENDAHULUAN. keuangan dalam jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, seperti obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan agar dapat bertahan dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. Tujuan

I PENDAHULUAN. fungsi keuangan. Dengan adanya pasar modal maka perusahaan publik dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki potensi pertumbuhan

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kondisi pasar modal di Indonesia telah berkembang dengan cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek. Dalam rangka mengembangkan usahanya, perusahaan dapat melakukan berbagai cara diantaranya melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi tersebut, perusahaan tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kebutuhan dana suatu perusahaan akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan perusahaan. Hal ini tentunya mengharuskan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana baru. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi dengan melakukan penawaran saham perusahaan pada masyarakat dengan cara menerbitkan saham di pasar modal. Beredarnya saham perusahaan ke tangan public, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah berubah dari perusahaan pribadi menjadi perusahaan public atau lebih dikenal dengan istilah go public. Menurut Sumantoro (1984), proses go public perusahaan terlebih dahulu saham perusahaan yang akan go public diperdagangkan di pasar perdana. Selanjutnya saham dapat diperjualbelikan di Bursa Efek yang disebut pasar sekunder. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penawaran umum saham perdana disebut IPO (initial public offering). Di 1

2 dalam kegiatan IPO terdapat masalah penentuan harga pasar perdana. Di satu sisi perusahaan yang melakukan IPO ingin mendapatkan pemasukan dana yang semaksimal mungkin dan disisi lain underwriter sebagai penjamin dalam pelaksanaan IPO tidak ingin menanggung kerugian yang besar akibat tidak terjualnya saham yang ditawarkan. Dalam penentuan harga saham pada pasar perdana apabila harga IPO lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan pada hari pertama yang terjadi di pasar sekunder, maka terjadilah underpricing. Menurut Sumantoro (1984), underpricing pada penawaran umum saham perdana merupakan gejala umum di setiap pasar modal. Underpricing merupakan fenomena di mana harga saham yang ditawarkan pada pasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga saham ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Kondisi underpricing merugikan untuk perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh dari publik tidak maksimum. Menurut Kasmir (2010), laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan oleh investor dan underwriter untuk menilai perusahaan yang akan go public. Umumnya perusahaan yang melakukan IPO akan memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki reputasi baik agar laporan keuangan dapat lebih dipercaya. Laporan keuangan yang telah diaudit akan memberikan tingkat kepercayaan yang lebih besar kepada pemakainya. Adanya laporan keuangan yang dapat dipercaya akan mengurangi terjadinya asimetri informasi. Asimetri

3 informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pihak lainnya. Aktiva merupakan tolok ukur besaran suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian yang lebih besar dari pada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Semakin besar perusahaan, semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan. Kemudahan mendapatkan informasi akan meningkatkan kepercayaan investor dan mengurangi faktor ketidakpastian. Semakin besar aset perusahaan akan mengindikasikan semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Aset perusahaan yang besar akan memberikan signal bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek. Menurut Yusuf dan Soraya (2004), ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan, ditunjukan oleh natural logaritma dari total aktiva. Basuki (2006), menjelaskan bahwa ukuran (size) perusahaan biasa diukur dengan menggunakan total asset, penjualan, atau modal perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aset dari perusahaan tersebut sedangkan menurut Sulistio (2005), ukuran perusahaan diukur dengan melihat total aset dari laporan keuangan perusahaan tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO).

4 Biasanya perusahaan besar memiliki aset yang besar pula nilainya. Rasio ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return of Asset (ROA) merupakan rasio penting yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk mendapatkan laba. ROA juga menjadi salah satu pertimbangan investor dalam melakukan investasi terhadap saham di bursa. Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan. Menurut Jogiyanto (1998: 109), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Fama and French, (1995) dalam Wahyudi (2003) menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan kecil cenderung memiliki tingkat leverage financial yang tinggi dan problem cash flow, sedangkan perusahaan dengan skala besar akan lebih mampu dalam memenuhi permintaan pasar, mampu beroperasi pada tingkat yang optimal dan pada akhirnya

5 lebih mampu menghasilkan laba dalam jumlah yang relatif lebih besar apabila dibandingkan dengan perusahaan dengan ukuran kecil. Perolehan laba emiten yang cukup besar akan memberikan signal yang positif terhadap investor, sehingga akan meningkatkan return saham. Ardiningsih & Chariri (2002), menjelaskan bahwa semakin tinggi rasio PBV, maka semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh investor yang berakibat positif pada return saham perusahaan. Perusahaan Industri Rokok dipilih dalam penelitian ini, karena Industri Rokok mendapat peluang yang sangat besar untuk terus berkembang. Berdasarkan 5 perusahaan Industri Rokok yang listing di Bursa Efek Indonesia terdapat 3 perusahaan Rokok yang digunakan dalam penelitian ini, 2 perusahaan tidak digunakan karena tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan, yakni pada PT. BAT Indonesia Tbk. yang telah delisting tahun 2009 dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk. yang baru mempublikasikan data laporan keuangan tahun 2012. Perusahaan Industri Rokok merupakan perusahaan yang mengeluarkan produk yang cukup kontroversial, yaitu disatu sisi merupakan penyumbang terbesar devisa Negara yang dapat dilihat pada penerimaan cukai tembakau meningkat 29 kali lipat dari Rp 1,7 trilyun menjadi Rp. 49,9 trilyun dari tahun 1990-2008. Ini bukti bahwa kenaikan tingkat cukai tembakau yang dilakukan pemerintah efektif untuk meningkatkan penerimaan Negara namun pada kenyataannya Rokok merupakan produk yang kurang baik bagi kesehatan.

6 Tidak hanya itu dengan adanya regulasi tentang Rokok yang dimulai dengan PP Nomor 109 tentang pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan yang dikeluarkan pemerintah tahun 2012 kemarin yang mengacu pada Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang dicanangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2003 kemarin. Inilah salah satu faktor utama yang memukul Industri Rokok kretek baik yang besar maupun kecil menengah untuk berhenti melanjutkan produksinya. Hal ini akan berdampak pada penjualan dan laba perusahaan, sehingga akan menurunkan nilai perusahaan dengan harga saham dan return saham sebgai indikatornya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya fluktuasi variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan return saham yang diakibatkan regulasi. Selain itu, dampak dari regulasi tersebut dibuktikan dengan menurunnya penjualan dan omzet dari perusahaan Rokok. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya karyawan yang diberhentikan oleh perusahaan Rokok. PT. Gudang Garam Tbk. pada bulan oktober 2014 telah memecat lebih dari 2.000 karyawannya dan PT. Bentoel juga memecat lebih dari 1.000 karyawan (tempo.co.id, ). Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Widjaja (2008), yang berjudul Pengaruh Curent Ratio, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia. Menunjukkan bahwa rasio

7 lancar tidak berpengaruh terhadap harga saham dengan koefisien negatif, selain itu ukuran perusahaan berpangaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Disamping itu Ma wa (2009), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Arus Kas operasi dan Ukuran perusahaan terhadap Return Saham Perusahaan yang masuk dalam Daftar Jakarta Islamic Index Periode 2005-2007. Menunjukkan hasil bahwa DER tidak berpengaruh terhadap return saham, ROA menunjukkan pengaruh positif signifikan terhadap return saham, untuk arus kas operasi menunjukkan pengaruh dengan arah negatif signifikan terhadap return saham, sedangkan ukuran perusahaan (total asset) menunjukkan pengaruh positif signifikan terhadap return saham. Disamping itu Sukartha (2014), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Arus Kas Bebas dan Laba Bersih Return Saham Perusahaan LQ-45. Menemukan bahwa arus kas bebas tidak berpengaruh secara signifikan pada return saham, sedangkan laba bersih memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada return saham. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Musmini (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Informasi Arus Kas, Laba Kotor, Ukuran Perusahaan, dan Return On Assets (ROA) Terhadap Return Saham. Adapun perbedaan dari penelitian tersebut yaitu penelitian terdahulu menggunakan analisis regresi sederhana sedangkan penelitian ini menggunakan anlisis regresi berganda data panel.

8 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan formulasikan judul Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Return Saham Perusahaan Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia Periode 2000-2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mencoba mengidentifikasi masalah yakni: 1. Adanya Regulasi tentang Rokok yang secara langsung akan mempengaruhi penjualan. 2. Penurunan omzet perusahaan rokok berakibat pada dipecatnya ribuan karyawan pada PT. Gudang Garam Tbk. dan PT. Bentoel Tbk. 3. Adanya perbedaan yang ditemukan oleh beberapa penelitian terdahulu terkait variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap return saham perusahaan Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2014?

9 2. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap return saham perusahaan Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2014? 3. Apakah ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap return saham perusahaan Industri Rokok periode 2000-2014? 4. Seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan terhadap return saham perusahaan Industri Rokok periode 2000-2014? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan peneliti ini adalah: 1. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap return saham perusahaan Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2014. 2. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap return saham perusahaan Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2014. 3. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan terhadap return saham perusahaan Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2014.

10 4. Untuk menguji dan mengetahui Seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan terhadap return saham perusahaan Industri Rokok periode 2000-2014. 1.5 Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan dalam penelitian ini, maka hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis Memberikan tambahan pengetahuan dan sumbangan yang positif terhadap ilmu pengetahuan serta sebagai bahan referensi bagi pihakpihak yang akan meneliti lebih lanjut mengenai Signal Theory khususnya topik pengaruh Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Retrun Saham. 2. Manfaat Praktis Adapun menfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi bagi Perusahaan Industri Rokok Indonesia sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan penentu kebijakan. Serta memberikan konstribusi bagi investor dalam berinvestasi dengan melihat ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan return saham sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di perusahaan Industri Rokok Indonesia.