LAPORAN SURVEY TOPOGRAFI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R

BAB II LANDASAN TEORI

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

PROFIL MEMANJANG. Program Studi D3/D4 Teknik Sipil ITS. Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

Pengukuran dan pemetaan teristris sungai

Gambar Sket posisi sudut di sebelah kanan arah jalur ukuran polygon terbuka terikat

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

BAB III PROFIL PERUSAHAAN DAN METODOLOGI PENGUKURAN

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

Gambar Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

TUJUAN : INFASTRUKTUR : JARINGAN JALAN JARINGAN IRIGASI JARINGAN RAWA PEMUKIMAN

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

PENGUKURAN WATERPASS

Metode Ilmu Ukur Tanah

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. Pada bab ini akan dibahas mengenai pembahasan hasil dari pelaksanaan praktik

TUJUAN INSTRUKSIONAL

METODE PENGUKURAN TRIANGULASI

SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH

ANALISIS TINGKAT KETELITIAN PENGUKURAN POLIGON DENGAN POWERSET SERI SET1010

5/16/2011 SIPAT DATAR. 1

BAB III PROFIL PERUSHAAN DAN METODOLOGI PENGUKURAN

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

METODA-METODA PENGUKURAN

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02"

LATIHAN SOAL ILMU UKUR TAMBANG. Oleh: YULI KUSUMAWATI, S.T., M.T.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan PP No.24/1997 dan PMNA / KBPN No.3/1997, rincian kegiatan pengukuran dan pemetaan terdiri dari (Diagram 1-1) ;

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi

Can be accessed on:

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

KERANGKA ACUAN KERJA ( K A K )

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

Tata cara penentuan posisi titik perum menggunakan alat sipat ruang

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada Proyek pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier Pada UPTD

Banjir yang terjadi pada setiap musim hujan adalah disebabkan. volume pembuangan air kotor baik dari penduduk dan permukiman

Modul 10 Garis Kontur

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:

HITUNGAN KOORDINAT, AZIMUTH/ARAH DAN JARAK

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi

MODUL KERJA I PRAKTEK PENGUKURAN DAN PENGGAMBARAN POLIGON

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MS.,MT.

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

1.Sebagai kerangka Horizontal pada daerah pengukuran 2.Kontrol Jarak dan Sudut 3.Basik titik untuk pengukuran selanjutnya 4.

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MT.,MS. POLYGON

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BREAKWATER DI PELABUHAN BANTAENG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengantar Surveying kelas Teknik Sipil

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Definisi, notasi, glossary. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS. Kode Nama Mata Kuliah 1

2011, No Mengingat Pengukuran dan Penataan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan di Bidang Kehutanan perlu disesuaikan dengan ketentuan perundang-un

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

KERANGKA ACUAN KERJA SURVEI DAN PEMETAAN TOPOGRAFI DAERAH TRAWAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

c. 2 cara yang digunkan untuk memindahkan titik dari permukaan tanah;

Dosen : Haryono Putro, ST.,SE.,MT.

MODUL PROGRAM KEAHLIAN MEKANISASI PERTANIAN KODE MODUL SMKP2K04-05MKP

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV

Transkripsi:

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR BALAI WILAYAH SUNGAI MALUKU Jl. Mr. C.H.R Soplanit No. 4 Rumah Tiga, Ambon Telp. (0911) 3825019 LAPORAN SURVEY TOPOGRAFI SID Potensi Rawan Bencana Alam S. Mamua P. Ambon Kab. Maluku Tengah Oktober 2013 PT. ASTAKONA DUTASARANA DIMENSI JO CV. PRIMA NUREKELE CONSULTANT Jl. Perintis Kemerdekaan No. 36 Telp. (0411) 862617, Makassar Jl. DR. Malaiholo SK.55/7 RT.001/05 Telp. (0411) 341756 Air Salobar, Makassar

PT. ASTAKONA DUTASARANA DIMENSI JO KATA PENGANTAR Laporan Survey Topografi pekerjaan SID Potensi Rawan Bencana Alam S. Mamua P. Ambon Kab. Maluku Tengah, disampaikan dalam rangka perwujudan kerjasama antara PPK Perencanaan dan Program Satker Balai Wilayah Sungai Maluku dengan PT. Astakona Dutasaran Dimensi Jo CV. Prima Nurkele Consultant berdasarkan surat perjanjian kontrak nomor: HK.02.03/07/BWS-MAL/PPK-PRG/V/2013 tanggal 19 April 2013. Laporan ini berisi uraian beberapa hal, antara lain ; 1. Pendahuluan 2. Pelaksanaan Survey 3. Analisa dan Pengolahan Data 4. Hasil dan Pembahasan Demikian pengantar Laporan Survey Topografi ini kami buat, atas perhatian dan kerjasamanya, diucapkan terima kasih. Makassar, Oktober 2013 PT. ASTAKONA DUTASARANA DIMENSI JO Ir. Sitti Nursiah Wakil KSO STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM IV - 7

PT. ASTAKONA DUTASARANA DIMENSI JO DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...... i DAFTAR ISI...... ii DAFTAR TABEL...... v DAFTAR GAMBAR...... vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum...... I - 1 1.2 Maksud dan Tujuan...... I - 1 1.3 Lingkup Pekerjaan...... I - 2 1.4 Lokasi Pekerjaan...... I - 2 BAB II PELAKSANAAN SURVEY LAPANGAN 2.1 Mobilisasi Personil...... II - 1 2.2 Peralatan...... 2.3 Jadwal Pelaksanaan...... 2.4 Pemetaan Situasi...... 2.4.1 Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal... 2.4.2 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal... 2.4.3 Pengukuran Situasi Detail... 2.5 Pengukuran Trase Saluran... 2.5.1 Pengukuran Polygon Saluran... 2.5.2 Pengukuran Potongan Memanjang... 2.5.3 Pengukuran Potongan Melintang... II - 2 II - 2 II- 7 II- 7 II - 9 II - 11 II - 11 II 11 II 12 II 13 BAB III ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Perhitungan Penentuan Posisi Horisontal/Koordinat... III - 1 3.2 Perhitungan Penentuan Posisi Vertikal Metode Sipat Datar... III - 5 STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM IV - 8

PT. ASTAKONA DUTASARANA DIMENSI JO 3.3 Perhitungan Penentuan Posisi Vertikal Metode Tachymetri... III - 6 3.4 Penyajian Data......... III - 7 3.5 Ketelitian Pengukuran Polygon / Traversing... III - 7 3.6 Ketelitian Pengukuran Sipat Datar/Levelling... III - 7 BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1 Pemasangan Bench Mark... IV - 1 4.2 Hasl Pengukuran Situasi... IV - 2 4.3 Hasil Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang Sungai... IV - 3 DESKRIPSI BM STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM IV - 9

PT. ASTAKONA DUTASARANA DIMENSI JO DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Jadwal Penugasan Personil... II - 3 Tabel 2.2 Daftar dan Jadwal Penggunaan Peralatan.... II - 4 Tabel 2.3 Jadwal Pelaksanaan.... II - 5 Tabel 4.1 Daftar Koordinat dan Elevasi BM..... IV - 2 Tabel 4.2 Daftar Jumlah Gambar..... IV - 3 STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM IV - 10

PT. ASTAKONA DUTASARANA DIMENSI JO DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Bagan Alir Pelaksanaan Pengukuran...... II - 6 Gambar 2.2 Penentuan Posisi Horisontal...... II - 8 Gambar 2.3 Pengukuran Waterpass...... II - 10 Gambar 2.4 Pengukuran Cross Section...... II - 13 Gambar 3.1 Skema Kedudukan sisi poligon untuk hitungan azimuth...... III - 3 Gambar 3.2 Skema Kedudukan sisi poligon untuk hitungan koordinat...... III - 3 Gambar 3.3 Transformasi Koordinat...... III - 4 Gambar 3.4 Penentuan Posisi Vertikal metode tachymetri...... III - 6 STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM IV - 11

CV. PRIMA NURKELE CONSULTANT PENDAHULUAN 1.1. Umum Laporan Pengukuran ini dimaksudkan untuk melaporkan kegiatan pekerjaan pengukuran topografi pada pekerjaan Studi Potensi Rawan Bencana Alam Sungai Mamua Kabupaten Maluku Tengah yang dimulai dari persiapan, kalibrasi alat ukur, pemasangan BM, metode pengukuran dan metode perhitungan dan penggambaran hasil pengukuran. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud pekerjaan ini adalah untuk melaksanakan pengukuran topografi yang dapat memperlihatkan kondisi topografi sepanjang sungai. Sedangkan tujuannya adalah untuk menyiapkan suatu peta situasi dan gambar alur sungai (potongan memanjang dan melintang) yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan implementasi untuk perencanaan detail desain. STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM I - 1

CV. PRIMA NURKELE CONSULTANT 1.3. Lingkup Pekerjaan Lingkup pengukuran topografi pada pekerjaan DD Rehabilitasi D.I Sadang Paket I Kabupaten Pinrang meliputi : Pemasangan bench mark/patok Penelusuran Pengukuran Kerangka Horisontal Pengukuran Kerangka Vertikal Pemetaan situasi Pengukuran penampang memanjang dan melintang saluran Pengukuran situasi detail bangunan irigasi Pengukuran situasi sungai Perhitungan Penggambaran Pelaporan 1.4. Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan terletak di DAS Mamua yang secaraa administratif pemerintahan terletak di Dusun Mamua Desa Hila P. Ambon Kabupaten Maluku Tengah. Secara geografis letak DAS Mamua terletak pada batasbatas sebagai berikut : - Sebelah Utara - Sebalah Selatan - Sebelah Barat - Sebelah Timur : 03 o 35 5.32 LS dan 122 o 07 57.88 BT : 03 o 38 1.15 LS dan 122 o 07 40.37 BT : 03 o 37 35.46 LS dan 122 o 08 28.73 BT : 03 o 36 53.69 LS dan 122 o 08 28.73 BT STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM I - 2

CV. PRIMA NURKELE CONSULTANT P. SERAM Lokasi Studi PULAU PULAUU LEASE P. AMBON Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM I - 3

BAB II PELAKSANAAN SURVEY 2.1. Mobilisasi Personil Personil yang terlibat dalam pelaksanaan SID Potensi Rawan Bencana Alam Sungai Mamua Kabupaten Maluku Tengah adalah : 1. Tenaga Ahli 1. Team Leader 1 orang 2. Design Engineer 1 orang 3. Geodetic Engineer 1 orang 2. Tenaga Sub Ahli 1. Kepala Juru Ukur 1 orang 2. Kepala Juru Gambar 1 orang 3. Surveyor 2 orang 4. Draftman/ /Cad Operator 2 orang Jadwal penugasann untuk masing-masing personil tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 1

2.2. Peralatan Dalam melaksanakan pekerjaan pengukuran topografi ini, diperlukan peralatan untuk menunjang pekerjaan tersebut diatas, jenis peralatan, jumlah dan waktu penggunaannya dapat dilihat pada daftar dan jadwal penggunaan peralatan seperti disajikan pada Tabel 2.2. 2.3. Jadwal Pelaksanaan Rencana kerja dan realiasasi pelaksanaan pekerjaan pengukuran topografi SID Potensi Rawan Potensi Bencana Alam Sungai Mamua Kabupaten Maluku Tengah pada Tabel 2.3. STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 2

Tabel 2.1 Daftar dan Jadwal Personil untuk Pengukuran Topografi B u l a n k e - No Nama Personil Posisi yang Diusulkan Orang I II III IV V VI Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tenaga Ahli 1 Ir. Stepanus To'longan Team Leader 6 2 Ir. H. Baharuddin Dolming Ahli Hidrolika/Bang. Air 4 3 Hendra Hafid, ST.MT Ahli Geodesi 3 Sub Total 13 Tenaga Pendukung 1 Solthan HS, ST Kepala Juru Ukur 3 2 Syukri, ST Kepala Juru Gambar/CAD 3 3 Awaluddin Juru Ukur 2 4 Azwar Abdullah Juru Gambar/CAD 2 Sub Total 10 Tenaga Pendukung 1 To be name Tenaga Lokal Pengukuran 2 Sub Total 2 T o t a l 25 STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 3

Tabel 2.2 Daftar dan Jadwal Peralatan STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 4

Tabel 2.3 Jadwal Pelaksanaan Pengukuran Topografi No. JENIS KEGIATAN 1 APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT 2 4 5 6 7 8 9 10 1. Pembuatan dan Pemasangan BM, CP dan Patok Kayu. 2. Pengukuran Poligon Induk, Cabang & Detail, Perhitungan & Penggambaran Peta Situasi Detail. 3. Pengukuran Memanjang, Melintang, Perhitungan & Penggambaran Sal. Pembawa & Pembuang. 4. Pengukuran Situasi STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 5

MULAI (A)SP.01-08 PERSIAPAN MOBILISASI (B)SD.05,08-10 (B)SD.26-31 (B)SD.44 PERSONIL SURVEY SIAP PERALATAN SURVEY SIAP BAHAN SIAP Cek Ya (B)SP.01-02 MOBILISASI Tidak (E)SP.01-09 (E)SP.10-15 (E)SP.10-15 PENGUKURANN TOPOGRAFI PENGUKURAN TRASE SALURAN PENGUKURAN SITUASI BANGUNAN (E)SP.02-04 (E)SP.02-04 (E)SP.02-04 PEMASANGAN BM/ PEMASANGAN BM/ PENETAPAN PATOK KAYU PATOK KAYU BM (E)SD.01-07 (E)SD.01-07 (E)SD.01-05 BM/PATOK KAYU TERPASANG BM/PATOK KAYU TERPASANG DATA PENETAPAN BM (E)SP.05-07 (E)SP.18 (E)SP.09 PENGUKURAN POLIGON UTAMA PENELUSURAN & PEMASANGAN PENETAPAN TANDA-TANDA PATOK IP AZIMUTH (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 DATA PENGUKURAN POLIGON UTAMA DATA PENELUSURAN & PEMASANGAN PTK IP DATA PENETAPAN TANDA2 AZIMUTH Tidak CEK Ya (E)SP.05 PENGUKURAN POLIGON CABANG Tidak CEK Ya (E)SP.06-07 PENGUKURAN POLIGON Tidak CEK Ya (E)SP.06-07 PENGUKURAN POLIGON KERANGKA PENGIKATAN (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 DATA PENGUKURAN POLIGON CABANG DATA PENGUKURAN POLIGON DATA PENGUKURAN POLIGON KERANGKA Tidak CEK Ya (E)SP.11 PENGUKURAN WATERPASSS Tidak CEK Ya (E)SP.09 PENGUKURAN AZIMUTH Tidak CEK Ya (E)SP.11 PENGUKURAN WATERPASS (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 DATA PENGUKURAN WATERPASS DATA PENGUKURAN AZIMUTH DATA PENGUKURAN WATERPASS Tidak CEK Ya (E)SP.10,12 PENGUKURAN SITUASI (L)SD.06-07 DATA PENGUKURAN SITUASI Tidak CEK Ya (E)SP.11 PENGUKURAN WATERPASS (L)SD.06-07 DATA PENGUKURAN WATERPASS Tidak CEK Ya (E)SP.13 PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG & MELINTANG (L)SD.06-07 DATA PENGUKURAN PENAMPANG CEK Tidak CEK Tidak CEK Tidak Ya Ya (E)SP.13 Ya PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG & MELINTANG (L)SD.06-07 DATA PENGUKURAN PENAMPANG CEK Tidak Ya (E)SP.10,12 PENGUKURAN SITUASI DETAIL (L)SD.06-07 DATA PENGUKURAN SITUASI DETAIL Ya CEK Tidak (E)SP.15-17 PERHITUNGAN (L)SD.06-07 HASIL PERHITUNGAN Tidak CEK Ya (J)SP.01-06 PENGGAMBARAN (J)SP.07 GAMBAR & PETA SIAP (J)SP.08 ASISTENSI Tidak Ya SELESAI Bagan Gambar 2.1 Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 6

2.4. Pemetaan Situasi Pengukuran topografi dilakukan untuk mengetahui bentuk dan situasi kontur dari bentuk alur sungai secara detail. Selanjutnya mendapatkan peta situasi areal darat dan pantai yang ada. Ruang lingkup pekerjaan pengukuran yang dilakukan mencakup lokasi-lokas yang telah direkomendasikann seperti tersebut pada uraian diatas. Adapun ruang lingkup pengukuran secara garis besar meliputi : 1. Pengukuran kerangka dasar horizontal 2. Pengukuran kerangka dasar vertikal 3. Pengukuran detail situasi 2.4.1 Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal Sebelum melakukan pekerjaan pemetaan daerah baik pengukuran kerangka dasar horizontal, kerangka dasar vertikal maupun pengukuran detail situasi, terlebih dahulu dilakukan pematokan yang mengcover seluruh areal yang akan dipetakan. Adapun spesifikasi pemasangan patok permanen dan patok kerangkaa dasar pengukuran adalah sebagai berikut : 1. Pemasangan patok permanen Bench Mark (BM), Patok BM terbuat dari beton bertulang setiap lokasi, dipasang sebanyak 4 (empat) buah dan dipasang ditempat yang tidak terganggu. Bagian BM yang muncul dipermukaan tanah setinggi 40 cm ukuran 30 x 30 cm. Sistem penomoran BM adalah MA.01, MA.02.. dst. Lebih jelasnyaa posisi masing- terdapat masing BM tersebut dan keterangan lebih lengkap dapat pada lembar (Deskripsi BM). 2. Patok Kerangka Dasar Peta dengan interval jarak 50 m di sepanjang alur sungai. Pengukuran kerangka dasar horisontal dilakukan dengan metoda poligon dimaksudkan untuk mengetahui posisi horizontal, koordinat (X,Y). STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 7

Pengukuran kerangka horisontal menggunakan sistim pengukuran terestris dengan metode poligon, hal ini mutlak digunakan untuk pemetaan daerah yang kecil dan untuk keperluan perencanaan teknik sipil karena lebih praktis dan fleksibel. Metode ini menggunakan total station. Metode pengukuran ini minimal harus dimulai dari titik yang telah diketahui koordinatnya dari GPS. Pengukuran poligon terdiri dari pengukuran sudut dan jarak yang akan digunakan untuk menentukan titik-titik satu bidang referensi; dalam hal ini bidang referensi koordinat berdasarkan yang digunakan adalah koordinat UTM (Universal Transver Mercator). Prinsip dari pengukuran ini adalah membentuk satu rangkaian yang terdiri dari sudut dan jarak yang biasa disebut polygon (segi banyak) karena membentuk sisi-sisi yang banyak. Dari titik- detail untuk titik polygon inilah dimulai pengambilan titik-titik keperluan tertentu seperti bangunan, jalan, batas-batas dan sebagainya. Secara umum pengukuran ini dapat dilihat pada gambar berikut ini : BM. 1 2 2 BM. 1 1 3 1 1 2 2 2 Gambar 2.2 Penentuan Posisi Horisontal dengan Pengukuran Terestris STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 8

Adapun spesifikasi pengukurannya sebagai berikut: 1. Pengukuran Jarak 1. Pengukuran menggunakan pita ukur dikontrol dengan pembacaan benang 2. Pembacaan dilakukan pergi pulang 3. Hasil pembacaan jarak dicek beberapa kali 2. Pengukuran Sudut 1. Menggunakan Theodolite dengan ketelitian 1 detik 2. Jumlah seri pengukuran 2 seri (B,LB) muka belakang 3. Selisih sudut antara dua pembacaan < 5 (lima detik ) 4. Salah penutup sudut f <10 n detik 5. Salah penutup jarak fd <1:10.000 6. Bentuk geometris poligon adalah tertutup (loop) melalui BM dan patok kayu dimana : n = Jumlah titik Poligon f = Jumlah penutup sudut fd = jumlah penutup jarak 2.4.2 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi elevasi (Z), pada masing-masing patok kerangka dasar vertikal. Metoda pengukuran yang dilakukan ini metoda waterpas, yaitu dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi yang dipilih (LLWS) jalannya pengukuran setiap titik seperti diilustrasikan pada Gambar 2.2. dibawah ini. STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 9

rambu P1 P2 P3 MSL=0,00 Gambar 2.3. Pengukuran Waterpass Metode pengukuran waterpass adalah sebagai berikut: 1. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi. 2. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap 3. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka 4. Pengukuran dilakukan dengan cara double stand, ring 5. Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm 6. Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon dan meliwati (BM) 7. Toleransi salah penutup tinggi (ft) < 10 mm D dimana n = Salah penutup tinggi D = Jarak dalam satuan km 8. Alat ukur yang digunakan waterpas dan rambu ukur alumunium 3 m. Pengukuran sipat datar ini dilakukan melalui titik-titik yang digunakan untuk pengukuran situasi dan poligon dan patok lainnya profil melintang Sungai. STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 10

2.4.3 Pengukuran Situasi Detail Penentuan posisi (x,y,z) titik detail dilakukan pengukuran situasi dengan metoda pengukuran Tachymetri. Adapun spesifikasi teknis pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut : 1. Alat yang digunakan theodolite. 2. Titik detail terikat terhadap patok yang sudah punya nilai koordinat dan elevasi. 3. Pengambilan data menyebar keseluruh areal yang dipetakan dengan kerapatan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan skalaa peta 1 : 2000. 2.5. Pengukuran Penampang Sungai 2.5.1 Pengukuran Polygon Sungai Pengukuran poligon Sungai terdiri dari pengukuran sudut dan jarak yang akan digunakan untuk menentukan titik-titik koordinat berdasarkan satu bidang referensi dalam hal ini bidang referensi yang digunakan adalah koordinat UTM (Universal Transver Mercator). Bentuk-bentuk pengukuran poligon untuk pekerjaan ini adalah poligon terbuka terikay sempurna dimana titik awal dan akhir pengukuran diikatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya dengan menggunakan metode transformasi. Pengukuran poligon ini mempunyai kriteria sebagai berikut : 1. Semua patok dan BM yang sudah dipasang merupakan titik poligon. 2. Sudut diukur satu seri (biasa dan luar biasa) menggunakan Theodolite dengan tingkat ketelitian 5 3. Jarak diukur muka belakang dengan pembacaan benang dan sudut vertikal. 4. Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua) seri dengan ketelitian sudut 5 (empat bacaan sudut) STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 11

5. Kesalahan penutup sudut maksimum 10 n untuk poligon utama dan 20 n untuk poligon cabang, dimana n banyaknya titik poligon 6. Poligon cabang diikatkan dengan poligon utama pada titik awal dan titik akhir. 7. Ketelitian linier poligon 1 : 2.000. 2.5.2. Pengukuran Potongan Memanjang Pengukuran potongan memanjang menggunakan metode sipat datar yaitu penentuan beda tinggi dari titik-titik yang diukur dengan menggunakan bidang nivo. Dari beda tinggi ini akan digunakan untuk menentukan elevasi berdasarkan bidang referensi tertentu dalam hal ini muka air laut rata-rataa (MSL). Seperti halnya pengukuran poligon bentuk pengukuran sipat datar yang digunakan adalah sipat datar terbuka terikat sempurna. Pada pengukuran sipat datar terbuka terikat dilakukan dengan cara double stand bila kedua ujungnya diketahui, sedangkan sipat datar terbuka pengukuran dilakukan dengan cara pergi pulang karena hanya salah satu ujungnya sajaa yang diketahui elevasinya. Pengukuran sipat datar vertikal ini mempunyai kriteria sebagai berikut : 1. Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis bidiknya. Garis bidik harus sama dengan garis arah nivo. 2. Dataa yang diambil adalah bacaan pada tiga benang (benang atas, benang tengah dan benang bawah) 3. Alat ukur yang digunakan adalah Automatic Level 4. Jarak bidikan alat ke rambu maksimum 50 m. STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 12

5. Diusahakan pada waktu pembidikan, jarak rambu muka = jarak rambu belakang, atau jumlah jarak muka sama dengan jumlah jarak belakang. 6. Jumlah jarak (slaag) per seksi diusahakan selalu genap. 7. Dataa yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang, yaitu benang atas, benang bawah, dan benang tengah. 8. Pengukuran sipat datar dilakukan pada semua titik poligon dan BM. 9. Semua BM yang ada maupun yang akan dipasang harus melalui jalur sipat datar apabila berada ataupun dekat dengan jalur sipat datar. 10. Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 VD mm, dimana D = jumlah jarak dalam km. 2.5.3 Pengukuran Potongan Melintang (cross section) Sungai Untuk mengetahui bentuk permukaan rencana bangunan maupun Sungai yang ada, maka dilakukan pengukuran profil (cross section). Skematisasi pengukuran profil melintang seperti pada Gambar 2.3. rambu P1 Gambar 2.3. Pengukuran Cross Section STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 13

1. Pengukuran dilakukan disepanjang patok-patok potongan memanjang yang telah dipasang 2. Interval profil 50 m 3. Pengukuran profil tegak lurus Sungai 4. Pengukuran terikat terhadap titik polygon STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM II - 14

BAB III ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA Pengolahan data terdiri dari pengolahan data sementara yang dilakukan di lapangan berfungsi sebagai kontrol hasil pengukuran dan perhitungan yang dilakukan di kantor. Adapun jenis perhitungan yang dipergunakann adalah sebagai berikut : 1. Penentuan Posisi Horisontal (koordinat X,Y) 2. Penentuan Posisi Vertikal (elevasi Z) 3.1 Perhitungan Penentuan Posisi Horisontal A. Persyaratan Teknis Syarat Geometrik Sudut untuk Polygon Tertutup f β = Σβ - (n + 2). 180 (1) Syarat Geometrik Sudut untuk Polygon Terikat Sempurna α akhir - α awa al = Σβ - (n + 2). 180 + f β α akhir - α awa al = Σd sin α + f x α akhir - α awa al = Σd cos α + f y Koreksi absis Koreksi ordinat dimana : d Σd d Σd. f x. f y (2) (3) (4) (5) (6) STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM III - 1

α akhir = azimut akhir α awal = azimut awal Σβ = jumlah sudut ukuran n = jumlah titik poligon f β = salah penutup sudut x akhir = absis akhir x awal = absis awal Y akhir = ordinat akhir Y awal = ordinat awal Σ d = jumlah jarak poligon α = azimut f x = salah penutup absis f y = salah penutup ordinat B. Perhitungan Koordinat Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan pengukuran poligon di lokasi, bentuk jaring pengukuran yang digunakann adalah bentuk poligon terbuka dimana koordinat titik awal dan akhir pengukuran diketahui. Langkah-langkah perhitungan untuk mendapatkan koordinat definitif adalah : a) Menghitungg azimuth sisi-sisi polygon dengan rumus : α i = (α i-1 + S i ) -180 STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM III - 2

α i α i-1 S i α i+1 S i-1 Gambar 3-1 Skema kedudukan sisi poligon untuk hitungan azimuth α i = azimuth S i = sudut b) Menghitung koordinat pendekatan atau sementara, dengan rumus : j (Xj,Yj) α ij d ij i (Xi,Yi) Gambar 3-2 Skema kedudukan titik-titik untuk hitungan koordinat pendekatan Untuk mendapatkan nilai koordinat definitf pada titik-titik detail dapat langsung digunakan rumus diatas sedangkan untuk titik-titik poligon STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM III - 3

(kerangka terbuka) ditentukan melalui rumus transformasi sebagai berikut : BD = EB EA, BC = XB XA N (Y) Y TX D B Y C X A P X TY E (X) Gambar 3-3 Transformasi Koordinat AD = NB NA, AC= YB YA α = tan 1 XB XA YB YA β = tan 1 XB XA YB YA Keterangan : θ : α β komponen rotasi X A : XA. cos θ YA. sin θ Y A : YA. cos q YA. sin θ TX : EA X A TY : NA Y A, dimana TX,TY adalah komponen translasi STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM III - 4

EP : XP. cos θ - YP. sin θ + TX NP : XP. sin θ YP. cos θ + TY Penentuan koordinat definitif untuk polygon tertutup melalui rumus sebagai berikut : a) Hitungan Absis Definitif (x) X i X i = X (i- -1) + Xi + k X i = absis titik ke i X (i-1) = absis titik ke titik sebelum i X i = selisih absis b) Hitungan Ordinat Defenitif (y) Y i = Y (i- -1) + Yi + k Y I k X i = koreksi absis Y i = ordinat titik ke i Y (i-1) = ordinat sebelum titik i Y i = selisih ordinat KY i = koreksi ordinat 3.2 Penentuan Posis Vertikal Metode Sipat Datar Penetuan posisi vertikal menggunakan dua metode sesuai dengan cara pengukurannya yaitu metode sipat datar dan tachimetri yang digunakan khusus pada pengukuran situasi. Langkah langkah perhitungan ketinggian / elevasi dengan metode sipat datar adalah sebagai berikut : 1. Menghitung beda tinggi per seksi Beda tinggii stand satu = h 1 Beda tinggii stand 2 = h 2 Beda tinggii ukuran pergi = hpr = ½ (D 1 +D 2 ) STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM III - 5

Salah penutup (SP) ukuran stand satu dan stand dua tidak boleh melebihi batas toleransi yang diizinkan (10 D), D=dalam Km 2. Jarak tiap slag, didapat dari jumlah jarak ke belakang ditambah jarak ke muka. 3. Menghitung salah penutup setiap kring sipat datar (H) H = h 1 + h 2 +.+ hn + SP =0 4. Menghitung tinggi : Hj = hi + hij + SP. Dij D 3.3 Penentuan Posis Vertikal Metode Tachymetri Metode tachimetri digunakan untuk menghitung data situasi dan cross section sungai atau saluran pembuang, seperti padaa Gambar 3.1. Berdasarkan ilustrasi Gambar 3.4, alat berdiri pada titik A yang telah diketahui (X,Y,Z) maka titik B dapat dihitung. Berdasarkan gambar dibawah, titik Tb dapat diketahui tingginya dari titik TA yang telah diketahui elevasinya sebagai berikut : U A z D m m B A Gambar 3.4. Metode Tachymetri T B = T A + H 1 H = 100 (BB 2 Untuk menghitungg jarak datar (Dd) menggunakan rumus: D d = D ο Cos 2 D d = 100 (B a - B b ) Cos 2 m a 2 m b ) sin m + TA Bt B 2 STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM III - 6

dimana : T A = Tinggi titik A yang telah diketahui (X,Y,Z) T B = Tinggi titik B yang akan ditentukan H = Beda tinggi antara titik A dan titik B B a B b B t T A = Bacaan diaframa benang atas = Bacaan diafragma benang bawah = Bacaan diafragma benang tengah = Tinggi alat D ο = Jarak optis [100(Ba-Bb)] D d = Jarak datar m = Sudut miring Az = Azimuth 3.4 Penyajian Data Data dari hasil pengukuran yang telah dihitung disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan software Microsoft Excel, tabel tersebut dapat dilihat pada buku data ukur. 3.5 Ketelitian Pengukuran Poligon / Traversing Pengukuran polygon dibedakan atas dua yaitu kerangka utama dan polygon saluran. Referensi yang digunakan adalah BM 1 yang nilainya diperoleh dari pengamatan GPS sehingga semua bentuk pengukuran adalah polygon terbuka terikat, dimana titik awal dan titik akhir pengukuran diketahui. 3.6 Ketelitian Pengukuran Sipat Datar/Levelling Pengukuran sipat datar menggunakan referensi dari pengamatan pasang surut atau muka air laut rata-rata. Dari hasil pengukuran sipat datar yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa semua jalur pengukuran yang STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM III - 7

mengikat telah memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan dalam kerangka acuan kerja (KAK). STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM III - 8

CV. PRIMA NURKELE CONSULTANT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemasangan Bench Mark (BM) BM yang dipasang yang didistribusikan secara merata padaa daerah irigasi dan BM kecil yang dipasang pada bangunan-bangunan irigasi. Penamaan BM menggunakan kode MA yang merupakan singkatan dari Kalosi. Penomoran dimulai dari nomor 01. BM yang dipasang sebanyak 4 buah. Gambar 4.1 Contoh penamaan BM STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM IV - 1

CV. PRIMA NURKELE CONSULTANT Daftar BM yang telah dipasang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Daftar Titik Tetap (BM) D.I Kalosi Kiri NO NAMA BM 1 BM1 2 CP1 3 BM2 4 CP2 5 BM3 6 CP3 7 BM4 8 CP4 KOORDINAT ELEVASI X (m) Y (m) Z (m) 403547.979 9603549.222 8.452 403519.824 9603567.966 8.320 403563.812 9602948.383 26.265 403511.190 9602952.106 27.005 403666.310 9601643.623 79.795 403637.617 9601651.569 82.461 403835.587 9600750.068 114.219 403808.593 9600774.340 108.776 4.2. Hasil Pengukurann Situasi Pengukuran yang dilaksanakan di sungai Mamua sepanjang 4077 m Kerangka dasar untuk pemetaan dengan mengikuti tepi sungai dari muara sungai sampai ke hulu. Kemudian dari jalur utama tersebut dimulai pengukuran tampang memanjang dan melintang sungai. Titik referensi yang digunakan adalah elevasi BM.01 yang diperoleh dari hasil pengamatan pasang surut atau muka air laur rata-rataa Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengukuran ini adalah gambar situasi skala 1 : 2000. Pada peta tersebut digambarkan : - Batas-batas pengukuran. - Perkampungan, kampung, rumah, tempat ibadah, kantor, sekolah, makam dan lain-lain STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM IV - 2

CV. PRIMA NURKELE CONSULTANT - Batas desa dan nama desa - Sawah, kebun, tegalan, hutan dan lain-lain - Titik-titik tinggi (hasil pengukuran) serta garis kontur. 4.3. Hasil Pengukurann Potongan Memanjang dan Melintang Irigasi Pengukuran ini bertujuan untuk mendapatkan gambar potongan memanjang dan melintang sungai. Pengukuran ini tetap mengikat pada kerangka dasar pengukuran situasi. Bentuk pengukuran ini terbuka dan terikat. Hasil yang diperoleh dari pengkuran adalah - Gambar potongan memanjang skala H 1:2000 dan sakal V 1:200 - Gambar potongan memanjang skala H 1:200 dan sakal V 1:200 Tabel 4.5 Daftar Jumlah Gambar No Nama Sungai Panjang (m) Situasi & Pot. Memanjang Potongan Melintang 1 Sungai Mamua 4077 4 21 STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM IV - 3

CV. PRIMA NURKELE CONSULTANT DESKRIPSI BM STUDI POTENSI RAWAN BENCANAA ALAM I - 7

BENCH MARK DESKRIPSI BENCH MARK FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL DESA/KEL. : HILA DIPASANG OLEH : AWALUDDIN KECAMATAN : LEIHITU DIUKUR OLEH : MAKKUASA MA.01 KABUPATEN : MALUKU TENGAH TANGGAL : 15-Jun-13 PROPINSI : MALUKU KONSULTAN : PT. ADD JO PNC BWS MALUKU KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter) 403,547.979 9,603,549.222 8.452 GEOGRAFI Lintang Bujur 3.586354 122.131554 SKETSA LOKASI SEKITARNYA Sungai Mamua P. SERAM PULAU PULAU LEASE P. AMBON DISKRIPSI BM. MA.01 Terletak di sebelah kanan jembatan Sungai Mamua arah ke Ambon, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua. TITIK REFERENSI BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut) X = 403,547.979 m Y = 9,603,549.222 m Z = 8.452 m

BENCH MARK DESKRIPSI BENCH MARK DESA/KEL. : HILA DIPASANG OLEH : AWALUDDIN KECAMATAN : LEIHITU DIUKUR OLEH : MAKKUASA CP.01 KABUPATEN : MALUKU TENGAH TANGGAL : 15-Jun-13 PROPINSI : MALUKU KONSULTAN : PT. ADD JO PNC BWS MALUKU KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter) 403,519.824 9,603,567.966 8.32 GEOGRAFI Lintang Bujur 3.586184 122.131301 FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL SKETSA LOKASI SEKITARNYA Sungai Mamua P. SERAM PULAU PULAU LEASE P. AMBON DISKRIPSI CP. MA.01 Terletak di sebelah kanan jembatan Sungai Mamua arah ke Hila, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua. TITIK REFERENSI BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut) X = 403,547.979 m Y = 9,603,549.222 m Z = 8.452 m

BENCH MARK DESKRIPSI BENCH MARK FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL DESA/KEL. : HILA DIPASANG OLEH : AWALUDDIN KECAMATAN : LEIHITU DIUKUR OLEH : MAKKUASA MA.02 KABUPATEN : MALUKU TENGAH TANGGAL : 15-Jun-13 PROPINSI : MALUKU KONSULTAN : PT. ADD JO PNC BWS MALUKU KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter) 403,563.812 9,602,948.383 26.2645 GEOGRAFI Lintang Bujur 3.591789 122.131691 SKETSA LOKASI SEKITARNYA Sungai Mamua P. SERAM PULAU PULAU LEASE P. AMBON DISKRIPSI BM. MA.02 Terletak di sebelah kanan Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 650 m atau dekat bangunan sabo dam. TITIK REFERENSI BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut) X = 403,547.979 m Y = 9,603,549.222 m Z = 8.452 m

BENCH MARK DESKRIPSI BENCH MARK DESA/KEL. : HILA DIPASANG OLEH : AWALUDDIN KECAMATAN : LEIHITU DIUKUR OLEH : MAKKUASA CP.02 KABUPATEN : MALUKU TENGAH TANGGAL : 15-Jun-13 PROPINSI : MALUKU KONSULTAN : PT. ADD JO PNC BWS MALUKU KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter) 403,511.190 9,602,952.106 27.0045 GEOGRAFI Lintang Bujur 3.591755 122.131218 FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL SKETSA LOKASI SEKITARNYA Sungai Mamua P. SERAM PULAU PULAU LEASE P. AMBON DISKRIPSI CP. MA.02 Terletak di sebelah kiri Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 650 m atau dekat bangunan sabo dam. TITIK REFERENSI BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut) X = 403,547.979 m Y = 9,603,549.222 m Z = 8.452 m

BENCH MARK DESKRIPSI BENCH MARK FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL DESA/KEL. : HILA DIPASANG OLEH : AWALUDDIN KECAMATAN : LEIHITU DIUKUR OLEH : MAKKUASA MA.03 KABUPATEN : MALUKU TENGAH TANGGAL : 16-Jun-13 PROPINSI : MALUKU KONSULTAN : PT. ADD JO PNC BWS MALUKU KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter) 403,666.310 9,601,643.623 79.7945 GEOGRAFI Lintang Bujur 3.603593 122.132603 SKETSA LOKASI SEKITARNYA Sungai Mamua P. SERAM PULAU PULAU LEASE P. AMBON DISKRIPSI BM. MA.03 Terletak di sebelah kanan Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 2.118 m. TITIK REFERENSI BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut) X = 403,547.979 m Y = 9,603,549.222 m Z = 8.452 m

BENCH MARK DESKRIPSI BENCH MARK DESA/KEL. : HILA DIPASANG OLEH : AWALUDDIN KECAMATAN : LEIHITU DIUKUR OLEH : MAKKUASA CP.03 KABUPATEN : MALUKU TENGAH TANGGAL : 16-Jun-13 PROPINSI : MALUKU KONSULTAN : PT. ADD JO PNC BWS MALUKU KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter) 403,637.617 9,601,651.569 82.4605 GEOGRAFI Lintang Bujur 3.603521 122.132345 FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL SKETSA LOKASI SEKITARNYA Sungai Mamua P. SERAM PULAU PULAU LEASE P. AMBON DISKRIPSI CP. MA.03 Terletak di sebelah kiri Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 2.118 m. TITIK REFERENSI BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut) X = 403,547.979 m Y = 9,603,549.222 m Z = 8.452 m

BENCH MARK DESKRIPSI BENCH MARK FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL DESA/KEL. : HILA DIPASANG OLEH : AWALUDDIN KECAMATAN : LEIHITU DIUKUR OLEH : MAKKUASA MA.04 KABUPATEN : MALUKU TENGAH TANGGAL : 16-Jun-13 PROPINSI : MALUKU KONSULTAN : PT. ADD JO PNC BWS MALUKU KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter) 403,835.587 9,600,750.068 114.2185 GEOGRAFI Lintang Bujur 3.611677 122.134119 SKETSA LOKASI SEKITARNYA Sungai Mamua P. SERAM PULAU PULAU LEASE P. AMBON DISKRIPSI BM. MA.04 Terletak di sebelah kanan Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 3.105 m. TITIK REFERENSI BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut) X = 403,547.979 m Y = 9,603,549.222 m Z = 8.452 m

DESKRIPSI BENCH MARK DESA/KEL. : HILA DIPASANG OLEH : AWALUDDIN BWS MALUKU KECAMATAN : LEIHITU DIUKUR OLEH : MAKKUASA BENCH MARK CP.04 KABUPATEN : MALUKU TENGAH TANGGAL : 16-Jun-13 PROPINSI : MALUKU KONSULTAN : PT. ADD JO PNC KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter) 403,808.593 9,600,774.340 108.7755 GEOGRAFI Lintang Bujur 3.611457 122.133876 FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL SKETSA LOKASI SEKITARNYA Sungai Mamua P. SERAM PULAU PULAU LEASE P. AMBON DISKRIPSI CP. MA.04 Terletak di sebelah kiri Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 3.105 m. TITIK REFERENSI BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut) X = 403,547.979 m Y = 9,603,549.222 m Z = 8.452 m