BAB I PENDAHULUAN. yang bukan merupakan negara kapitalis maupun sosialis, melainkan negara

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAERAH SE KARESIDENAN PEKALONGAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN dengan menggunakan data. Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan untuk mengoreksi berbagai kebijakan pemerintah, salah satunya. menjelaskan bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan

BAB I PENDAHULUAN. (Otda) adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. wadah negara kesatuan RI yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Upaya

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil lokasi di Kabupaten Brebes dan Pemalang dengan data yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

Pemetaan Kinerja Pendapatan Asli Daerah dan Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

tercantum dalam salah satu misi yang digariskan GBHN yaitu perwujudan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus pada PEMKOT Surakarta Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL

I. PENDAHULUAN. diandalkan. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM MENDUKUNG PELAKASANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya sendiri, pada tahun ini juga tonggak sejarah reformasi manajemen

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dimana satu orang atau lebih (principal) terlibat dengan orang lain (agent) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun (Juta Rupiah).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis rasio ketergantungan keuangan daerah, simpulan yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. implikasi pada pelimpahan wewenang antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. (Susantih dan Saftiana,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I LATAR BELAKANG. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

PETA KEMAMPUAN KEUANGAN PROVINSI DALAM ERA OTONOMI DAERAH:

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TABALONG DALAM OTONOMI DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi. dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mengatur, memanfaatkan serta menggali sumber-sumber. berpotensi yang ada di daerah masing-masing. Undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. diartikan sebagai hak, wewenwang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Transfer antar pemerintah tersebut bahkan sudah menjadi ciri

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah (PEMDA), Pemerintah Pusat akan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS PERUBAHAN KEMAMPUAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Otonomi Daerah Istilah otonomi secara etimologi berasal dari bahasa/kata latin yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah/Kota.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB V PENUTUP. dengan rencana yang telah dibuat dan melakukan pengoptimalan potensi yang ada di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh peran dan kinerja sektor publik. Negara penganut sistem apapun sangat membutuhkan sektor publik, sekalipun penganut sistem kapitalis apalagi sosialis. Di Indonesia yang bukan merupakan negara kapitalis maupun sosialis, melainkan negara pancasila juga menjadikan sektor publik sebagai sektor terpenting negara. Hal ini disebabkan karena sektor publik sangat berpengaruh terhadap sektor lainnya yaitu sektor bisnis atau swasta maupun sektor sosial. Menurut Mahmudi (2011), sektor publik merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan publik dan penyelenggaraan negara atau pemerintahan atau organisasi yang memiliki keterkaitan dengan keuangan negara. Penyelenggara sektor publik dalam hal ini adalah pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Di era otonomi daerah ini pemerintah daerah diberi hak untuk melayani masyarakat setempat dan mengatur administrasi keuangannya sendiri, baik pendapatannya maupun pengalokasian pengeluarannya. Secara otomatis kegagalan pemerintah daerah merupakan bagian dari kegagalan pemerintah pusat dalam hal pelayanan publik. Semua lapisan masyarakat sangat membutuhkan sektor publik, karena hanya sektor ini yang bisa menyediakan barang-barang publik yang 1

2 dibutuhkan masyarakat. Barang publik misalnya keamanan, kepolisian dan pengadilan. Tidak mungkin sektor bisnis akan menyediakan beberapa hal tersebut karena sektor bisnis hanya bergerak kepada kegiatan yang bersifat profit oriented. Sedangkan sektor sosial walaupun tidak bersifat profit oriented akan tetapi sektor ini hanya sebatas memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat yang membutuhkan. Pemerintah daerah termasuk salah satu organisasi sektor publik yang melayani masyarakat didaerahnya. Sejak diberlakukannya otonomi daerah maka pemerintah daerah harus menguras tenaga dan pikiran agar mampu mengelola organisasi atau pemerintahanya dan menjalankan pelayanan publik kepada masyarakat setempat secara optimal. Pengelolaan itu dilakukan dengan cara membuat perencanaan pembangunan daerah namun disesuaikan dengan keuangan yang ada. Secara otomatis pemerintah daerah juga merumuskan anggaran supaya kinerja keuangan untuk pembangunan tepat sasaran. Oleh karena pentingnya kinerja keuangan untuk pelayanan publik, peneliti akan meneliti kinerja keuangan di era otonomi daerah ini di daerah se karesidenan Pekalongan dalam skripsi yang berjudul Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah se-karesidenan Pekalongan Tahun 2007-2011

3 B. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah kinerja keuangan di daerah se-karesidenan Pekalongan tahun 2007-2011? 2. Berapakah nilai indeks kemampuan keuangan (IKK) daerah se- Karesidenan Pekalongan dan bagaimana peta kemampuan keuangannya? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kinerja keuangan daerah se-karesidenan Pekalongan tahun 2007-2011. 2. Mengukur nilai indeks kemampuan keuangan (IKK) daerah se - Karesidenan Pekalongan dan menganalisis peta kemampu an keuangannya D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pemerintah pusat, yaitu sebagai bahan pertimbangan melakukan pengambilan kebijakan mengenai dana perimbangan. 2. Pemerintah kota atau kabupaten se-karesidenan Pekalongan, yaitu sebagai masukan dalam mengambil kebijakan tentang pengelolaan keuangan daerah. 3. Peneliti lain, yaitu sebagai referensi penelitian yang terkait di masa yang akan datang.

4 E. Metode Analisis Data Analisis kinerja keuangan daerah menggunakan tiga indikator, yaitu (Mahmudi, 2011) : 1. Derajat Desentralisasi Fiskal Derajat desentralisasi fiskal adalah ukuran untuk menunjukan tingkat kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah untuk melaksanakan pembangunan. Semakin tinggi kontribusi pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan daerah maka semakin tinggi kemampuan daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. 2. Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah Tingkat ketergantungan menggambarkan seberapa besar ketergantungan daerah terhadap dana ekstern atau dana transfer dari pemerintah pusat maupun provinsi dalam membiayai jalannya pemerintahan yang dihitung dengan cara membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh daerah dengan total pendapatan. 3. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Tingkat kemandirian keuangan daerah adalah ukuran yang menunjukan kemampuan keuangan pemerintah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang diukur dengan rasio pendapatan asli daerah (PAD) terhadap jumlah bantuan pemerintah pusat dan pinjaman. Pemetaan kemampuan keuangan daerah dapat diukur dengan menggunakan indeks kemampuan keuangan (IKK) dan metode kuadran

5 (Bappenas, 2003). Indeks Kemampuan Keuangan (IKK) merupakan rata-rata dari rata-rata indeks growth, share, dan elastisitas. Alat analisis lainnya yang digunakan untuk pemetaan keuangan daerah dalam penelitian ini adalah metode kuadran. Metode kuadran merupakan salah satu cara menampilkan peta kemampuan keuangan daerah berdasarkan kuadran dimana sumbu horizontal merupakan besarnya nilai rata-rata growth dan sumbu vertikal merupakan nilai rata-rata share. Dengan demikian dalam metode kuadran ini terbagi menjadi empat wilayah, dimana wilayah satu merupakan wilayah yang nilai rata-rata growth dan nilai ratarata share nya tinggi, wilayah dua nilai rata-rata growth tinggi namun nilai rata-rata share nya rendah, wilayah tiga nilai rata-rata growth rendah tetapi nilai rata-rata share nya tinggi, dan yang terakhir wilayah empat yaitu wilayah yang nilai rata-rata growth maupun rata-rata share rendah (lihat gambar 1-1). Gambar 1-1 Peta Kemampuan Keuangan Berdasarkan Kuadran Rata-rata growth (%) Kuadran II Kuadran I Share : Rendah Share : Tinggi Rata- Growth : Tinggi Growth : Tinggi Rata- rata Kuadran IV Kuadran III rata Share Share : Rendah Share : Tinggi Share (%) Growth : Rendah Growth : Rendah (%) Sumber : Bappenas, 2003. Rata-rata growth (%)

6 F. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pendahulan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan teori-teori yang dijadikan sebagai landasan yang mendasari dan mendukung penelitian, setelah itu menjelaskan penelitian terdahulu dan hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas objek peneliltian, jenis dan sumber data, definisi operasional variabel, pengukurannya, dan metode analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Menguraikan tentang gambaran umum keuangan daerah, analisis data keuangan daerah, dan deskripsi hasil analisis kinerja keuangan daerah se-karesidenan Pekalongan. BAB V KESIMPULAN Membahas tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN