BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 12 SERI E

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26

BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 10 TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN BESARAN DANA DESA DI KABUPATEN BLORA

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA KEPADA DESA

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 2 SERI E

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENGALOKASIAN DAN PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2016

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN PADA LINGKUP PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKAMARA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG DANAA DESA (ADD) DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 25 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAMPAR PROPINSI RIAU PERATURAN BUPATI KAMPAR NOMOR 8 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERDES APBDes DESA MARGAHAYU TENGAH TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DANA TRANSFER DESA DI KABUPATEN BONE

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG TAMBAHAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA DI KABUPATEN BADUNG

P E R A T U R A N D A E R A H

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGALOKASIAN DAN PENGGUNAAN ALOKASI DANA DESA

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR 44 TAHUN 2018 TENTANG PENGALOKASIAN DAN TATA CARA PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2018

PEMERINTAH ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU NOMOR : 12 TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARAA BARAT

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KA1?ANGASEM NOMOR52 TAHUN2014 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2017

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPALA DESA PEJAMBON KABUPATEN/KOTA BOJONEGORO PERATURAN KEPALA DESA PEJAMBON NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X8 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 1 Tahun : 2015

BPKP PERWAKILAN SUMATERA UTARA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA

Transkripsi:

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 BUPATI HULU SUNGAI TENGAH Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Ketentuan Pasal 72 Ayat (1) Huruf b Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa salah satu sumber pendapatan desa adalah Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara); b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 12 Ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ketentuan mengenai tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa setiap desa ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang Tata Cara Pembagian dan Besaran Dana Desa untuk setiap desa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820); 2. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Pertanggung Jawaban Keuangan Negara ( Lembaran Negara Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 440 );

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 259, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5593); 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558); 13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 162 Tahun 2014 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 334). 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. 17. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Desa sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2010 Nomor 07); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 03); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 11 Tahun 2010 tentang pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 11 Tahun 2010 tentang pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Anggaran 2015; 21. Peraturan Bupati Hulu Sungai Tengah Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Kabupaten Hulu Sungai Tengah; 22. Peraturan Bupati Hulu Sungai Tengah Nomor 54 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Anggaran 2015. M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Pemerintahan Daerah, adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. 3. Pemerintah Daerah, adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Daerah adalah Kabupaten Hulu Sungai Tengah 5. Bupati adalah Bupati Hulu Sungai Tengah. 6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Pemerintah Desa adalah Pembakal atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 9. Dana Desa adalah Dana Desa yang besumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. 11. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, monitoring pengawasan umum dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa / Kelurahan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN, DAN PRINSIP PENGELOLAAN Bagian Kesatu Maksud Pasal 2 Maksud diaturnya tata cara dan besaran Dana Desa untuk setiap desa adalah : a. Sebagai wujud komitmen Pemerintah Daerah sebagai unsur pembina Pemerintahan Desa dalam menunjang Pembiayaan Program dan Kegiatan Pemerintahan Desa, Pembangunan dan Kemasyarakatan; b. Memberikan pedoman tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa setiap desa.

Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Tujuan diterbitkannya peraturan ini adalah : a. Diperolehnya kepastian tata cara atau metode perhitungan besaran Dana Desa setiap Desa sesuai ketentuan yang berlaku; b. Terpenuhinya unsur keadilan dalam pengalokasian Dana Desa di setiap Desa berdasarkan tingkat kesulitan georafis desa serta sesuai dengan potensi dan karakteristik masing-masing desa yang meliputi jumlah penduduk, luas wilayah dan angka kemiskinan ; Bagian Ketiga Prinsip Pengelolaan Pasal 4 Besaran Dana Desa menganut prinsip-prinsip : a. tertib, yaitu sesuai dengan ketentuan dan kaidah-kaidah yang berlaku; b. transparan yaitu kegiatan dilaksanakan secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat luas ; c. akuntabel dan berkualitas yaitu seluruh kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, teknis dan hukum ; BAB IV TATA CARA PEMBAGIAN Bagian Kesatu Ketentuan Pembagian Besaran Alokasi per Desa Pasal 5 (1) Besaran alokasi per desa dari Dana Desa dilakukan berdasarkan ketentuan: c. 60% (enam puluh perseratus) dibagi secara merata kepada seluruh Desa; dan d. 40% (empat puluh perseratus) dibagi secara proporsional berdasarkan Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Angka Kemiskinan dan Tingkat Kesulitan Georafis setiap desa. (2) Besaran Alokasi sebagaimana dimaksud Ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Bagian Kedua Perhitungan Dana Desa Berdasarkan Variabel Utama Paragraf 1 Perhitungan Bobot Variabel Utama

Pasal 6 (1) Untuk menghitung Dana Desa yang diterima oleh setiap desa terlebih dahulu dihitung Persentasi Dana Desa Berdasarkan Bobot Variabel Utama yang terdiri dari Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kemiskinan. (2) Data untuk menghitung varibel utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari Badan Pusat Statistik. (3) Apabila Badan Pusat Statistik tidak dapat menyediakan sebagian atau seluruh data untuk perhitungan Variabel Utama dapat digunakan data resmi yang bersumber dari Satuan Kerja Pemerintah Daerah. (4) Besaran Bobot Variabel Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan sebagai berikut: a. Jumlah Penduduk sebesar 30% (tiga puluh perseratus); b. Luas Wilayah sebesar 20% (dua puluh perseratus); dan c. Kemiskinan sebesar 50% (lima puluh persertus); (5) Perhitungan Dana Desa Berdasarkan Variabel Utama adalah hasil penjumlahan dari hasil perkalian Total Dana Desa yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan masing-masing bobot variabel. (6) Persentasi Dana Desa Berdasarkan Variabel Utama tiap Desa merupakan dasar utama dalam menghitung besaran Dana Desa yang diterima oleh masing-masing Desa. Paragraf 2 Perhitungan Alokasi Berdasarkan Variabel Utama Jumlah Penduduk Pasal 7 (1) Variabel Utama Jumlah Penduduk adalah Jumlah Penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam satuan jiwa (2) Untuk menentukan Dana Desa Dengan Variabel Utama Jumlah Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perlu ditentukan Bobot Jumlah Penduduk per Desa. (3) Bobot Jumlah Penduduk per Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah hasil perkalian Hasil perhitungan Jumlah Penduduk per Desa dibagi total Jumlah Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah dikalikan dengan tetapan bobot variabel utama jumlah penduduk sebesar 30% (tiga puluh perseratus); (4) Besaran alokasi dana Berdasarkan Variabel Utama Jumlah Penduduk tiap desa adalah hasil perkalian Bobot Jumlah Penduduk per Desa dikalikan dengan Total Dana Desa yang dialokasikan untuk seluruh Daerah. Paragraf 3 Perhitungan Dana Desa Berdasarkan Variabel Utama Luas Wilayah

Pasal 8 (1) Variabel Utama Luas Wilayah adalah Besaran luas wilayah administratif Pemerintahan Desa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam satuan km2. (2) Untuk mementukan Dana Desa dengan Variabel Utama Luas Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perlu ditentukan Bobot Luas Wilayah per Desa. (3) Bobot Luas Wilayah per Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah hasil perkalian Hasil perhitungan Luas Wilayah per Desa dibagi total Luas Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dikalikan dengan tetapan bobot variabel utama luas wilayah sebesar 20% (dua puluh perseratus). (4) Besaran Dana Desa Berdasarkan Variabel Utama Luas Wilayah tiap desa adalah hasil perkalian Bobot Luas Wilayah per Desa dikalikan dengan Total Dana Desa yang dialokasikan untuk seluruh Daerah. Paragraf 4 Perhitungan Dana Desa Berdasarkan Variabel Utama Kemiskinan Pasal 9 (1) Variabel Utama Kemiskinan adalah angka persentasi atau Jumlah Rumah Tangga Penerima Program Santunan Keluarga Sejahtera (PSKS). (2) Data Jumlah Penerima Program Santunan Keluarga Sejahtera (PSKS) tiap Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan Data Resmi Penerima Program Santunan Keluarga Sejahtera (PSKS). (3) Untuk mementukan Dana Desa Dengan Variabel Utama Kemiskinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perlu ditentukan Bobot Penerima PSKS per Desa. (4) Bobot Penerima PSKS per Desa adalah Hasil perkalian Rumah Tangga Penerima PSKS tiap Desa dibagi Jumlah seluruh Rumah Tangga Penerima PSKS di daerah dikalikan dengan tetapan bobot variabel utama kemiskinan sebesar 50% (lima pulu perseratus). (5) Besaran Dana Desa Berdasarkan Variabel Utama Kemiskinan tiap desa adalah hasil perkalian Bobot Penerima PSKS per Desa dikalikan dengan Total Dana Desa yang dialokasikan untuk seluruh Daerah. Bagian Ketiga Perhitungan Dana Desa Berdasarkan Tingkat Kesulitan Geografis Paragraf 1 Perhitungan Bobot Tingkat Kesulitan Georafis Pasal 10 (1) Tingkat Kesulitan Georafis adalah faktor pengali hasil perhitungan persentasi Dana Desa Berdasarkan Variabel Utama Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kemiskinan terhadap Total Dana Desa yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

(2) Tingkat Kesulitan Geografis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh faktor ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, transportasi,dan komunikasi Desa ke Kabupaten. (3) Tingkat Kesulitan Geografis per Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan bobot varibel Tingkat Kesulitan Geografis dengan persentase sebagai berikut : a. ketersediaan pelayanan dasar sebesar 25% (dua puluh lima perseratus); b. kondisi infrastruktur sebesar 25% (dua puluh lima perseratus); c. transportasi sebesar 25% (dua puluh lima perseratus); dan d. komunikasi Desa ke Kabupaten sebesar 25% (dua puluh lima perseratus). Pasal 11 (1) Tingkat Kesulitan Geografis berdasarkan ketersediaan pelayanan dasar (TKG 1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf a terdiri dari sub variabel : a. Ketersediaan sarana pendidikan di desa, terdiri dari ; 1. Ada SLTA Negeri/sederajat ; bobot 25 2. Ada SLTP Negeri/sederajat ; bobot 15 3. Ada SD Negeri/sederajat ; bobot 10 4. Ada TK/PAUD ; bobot 5 b. Ketersediaan sarana kesehatan di desa,terdiri dari 1. Ada Puskesmas ; bobot 20 2. Ada Pustu ; bobot 10 3. Ada Puskesdes ; bobot 7,5 4. Ada Rumah Bidan/Polindes ; bobot 5 5. Ada Posyandu ; bobot 2,5 (2) Tingkat Kesulitan Geografis berdasarkan ketersediaan ketersediaan pelayanan dasar (TKG 1) setiap desa sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 12 (1) Tingkat Kesulitan Geografis berdasarkan kondisi infrastruktur (TKG 2) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf b terdiri dari sub variabel : a. Ketersediaan sarana penerangan di desa terdiri dari banyaknya KK pengguna Penerangan PLN, terdiri dari 1. >200 KK ; bobot 20 2. 101 s/d 200 KK ; bobot 10 3. 0 s/d 100 KK ; bobot 5 4. 0 KK (tidak ada) ; bobot 0

b. Jenis permukaan jalan utama desa/kelurahan (jalan menuju jalan raya ke kantor camat terdekat) yang terluas, terdiri dari 1. Aspal/ beton ; bobot 20 2. Diperkeras (kerikil/batu/dll) ; bobot 10 3. Tanah ; bobot 5 4. Tidak ada jalan ; bobot 0 c. Kemampuan jalan utama di desa dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun, terdiri dari 1. Dapat dilalui ; bobot 25 2. Tidak dapat dilalui ; bobot 5 3. Tidak ada jalan ; bobot 0 (2) Tingkat Kesulitan Geografis berdasarkan kondisi infrastruktur (TKG 2) setiap desa sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 13 (1) Tingkat Kesulitan Geografis berdasarkan prasarana transportasi di desa (TKG 3) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf c terdiri dari sub variabel : a. Lalu lintas dari dan ke desa, terdiri dari 1. Darat ; bobot 25 2. Darat dan Air ; bobot 15 3. Air ; bobot 10 b. Prasarana transportasi menuju jalan raya ke kantor camat terdekat 1. Darat ; bobot 20 2. Darat dan Air ; bobot 15 3. Air ; bobot 10 4. Tidak ada ; bobot 0 (2) Tingkat Kesulitan Geografis berdasarkan prasarana transportasi di desa (TKG 3) setiap desa sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 14 (1) Tingkat Kesulitan Geografis berdasarkan ketersediaan sarana komunikasi dari Desa ke Kabupaten (TKG 4) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf d terdiri dari sub variabel : a. Ketersediaan sarana pos 1. Terjangkau layanan pos ; bobot 30 2. Tidak terjangkau layanan pos ; bobot 10

b. Keterjangkauan jaringan telepon seluler pada wilayah desa 1. ada sinyal telp seluler ; bobot 50 2. tidak ada sinyal telp seluter ; bobot 10 (2) Tingkat Kesulitan Geografis berdasarkan ketersediaan sarana komunikasi dari Desa ke Kabupaten/Kota (TKG 4) setiap desa sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 15 Angka Tingkat Kesulitan Geografis per desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 adalah selisih nilai maksimum sarana prasarana (100) dengan nilai sarana prasarana di desa dikalikan dengan Bobot Variabel Tingkat Kesulitan Geografis. Paragraf 2 Perhitungan Tingkat Kesulitan Georafis Pasal 16 (1) Koefisien Tingkat Kesulitan Geografis tiap Desa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah merupakan Persentasi Angka Tingkat Kesulitan Geografis per Desa dibandingkan Total Angka Tingkat Kesulitan Geografis per Desa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (2) Koefisien Dana Desa Berdasarkan Variabel terhadap Prosentasi Kesulitan Geografis merupakan Angka Tingkat Kesulitan Geografis per desa dengan Koefisien Tingkat Kesulitan Geografis tiap Desa Paragraf 3 Perhitungan Dana Desa Berdasarkan Tingkat Kesulitan Georafis Pasal 17 (1) Jumlah Dana Desa yang diterima oleh tiap desa Tahun Anggaran 2015 adalah Jumlah Dana Desa berdasarkan variabel utama yang telah disesuaikan dengan Tingkat Kesulitan Geografis per Desa. (2) Untuk menentukan Tingkat Kesulitan Geografis sebagai faktor pengali hasil perhitungan persentasi Dana Desa Berdasarkan Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kemiskinan, perlu ditetapkan Nilai Koefisien Dana Desa per Desa. (3) Nilai Koefisien Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan hasil bagi Koefisien Dana Desa Berdasarkan Variabel terhadap Prosentasi Kesulitan Geografis per desa dengan jumlah angka Koefisien Dana Desa Berdasarkan Variabel terhadap Prosentasi Kesulitan Geografis. (4) Dana Desa yang diterima oleh masing masing Desa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah hasil perkalian Nilai Koefisien Dana Desa per Desa dengan Total Dana Desa yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk Daerah.

(5) Dana Desa yang diterima oleh masing masing desa dibagi berdasarkan azas merata 60% (enam pulu perseratus) dan azas adil 40% (empat puluh perseratus). BAB V PENGANGARAN Pragraf 1 Dana Desa Pasal 18 (1) ADD merupakan salah satu dasar penerimaan Pemerintah Desa yang dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. (2) Alokasi ADD yang diberikan pada desa tahun anggaran 2015 adalah sebesar Rp/ 61.713.414.507,- (Enam puluh satu milyar tujuh ratus tiga berlas juta empat ratus empat belas ribu lima ratus tujuh rupiah). (3) Apabila terjadi perubahan besaran ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa harus disesuaikan dengan melakukan perubahan terhadap Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Pragraf 2 Persentasi Penganggaran Pasal 19 Penganggaran Belanja Desa yang ditetapkan dalam APBDesa diatur sebagai berikut : 1. paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa; dan 2. paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk belanja operasional desa, antara lain : a. Penghasilan Tetap dan Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa; b. Operasional Pemerintah Desa; c. Tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; dan d. Insentif Rukun Tetangga dan Rukun Warga. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 20 (1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan Dana Desa. (2) Upaya pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi pemberian pedoman, bimbingan, evaluasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) menitik beratkan pengawasan yang mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) dan Rencana Kerja

Pemerintah Desa (RKP Desa). (4) Jika terjadi penyimpangan atau penyalahgunaan terhadap Dana Desa, Bupati menugaskan Inspektorat Kabupaten Hulu Sungai Tengah untuk mengadakan pemeriksaan. (5) Jika terjadi penyimpangan atau penyalahgunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dan diduga terdapat indikasi unsur tindak pidana, maka penyelesaiannya melalui jalur hukum. SANKSI Pasal 21 (1) Dalam rangka mewujudkan Tata Kelola Keuangan Pemerintah Desa yang tertib, transparan, akuntabel dan berkualitas, Pemerintah Daerah memberikan sanksi berupa penundaan penyaluran Dana Desa bagi Pemerintah Desa yang tidak/terlambat menyampaikan Laporan Penggunaan Dana Desa. (2) Sanksi sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa pengurangan alokasi yang diberikan apabila penggunaan Dana Desa: a. Tidak sesuai dengan prioritas penggunaan Dana Desa, pedoman umum dan atau pedoman teknis kegiatan; b. terjadi penyimpangan uang dalam bentuk deposito lebih dari 2 (dua) bulan. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaanya akan diatur dengan Keputusan Bupati. Pasal 23 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2015. Agar setiap orang mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ditetapkan di Barabai pada tanggal 9 Maret 2015 BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, ttd H. HARUN NURASID

Diundangkan di Barabai pada tanggal 9 Maret 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH, Ttd H. A. AGUNG PARNOWO BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH TAHUN 2015 NOMOR 14