BAB III PENUTUP. pengaturan dibidang perkawinan yang dirumuskan kedalam Undang-Undang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan negara tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Menurut Mac Iver, negara

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama)

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

RINGKASAN PUTUSAN. LP/272/Iv/2010/Bareskrim tanggal 21 April 2010 atas

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIII/2015 Pengumuman Terhadap Hak Cipta Yang Diselenggarakan Pemerintah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 122/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada

SIARAN PERS. Penjelasan MK Terkait Putusan Nomor 36/PUU-XV/2017

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014).

I. PEMOHON Indonesian Human Rights Comitee for Social Justice (IHCS) yang diwakilkan oleh Gunawan

BAB II KAJIAN TEORETIK, KAJIAN NORMATIF, DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XV/2017

RINGKASAN PUTUSAN. Perkara Nomor 17/PUU-V/2007 : Henry Yosodiningrat, SH, dkk

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 128/PUU-XIII/2015 Syarat Calon Kepala Desa dan Perangkat Desa

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIII/2015 Pemberian Manfaat Pensiun Bagi Peserta Dana Pensiun

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 37/PUU-XIV/2016 Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional untuk Dipilih Menjadi Kepala Daerah di Provinsi Aceh

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 79/PUU-XIII/2015 Ketentuan Tidak Memiliki Konflik Kepentingan Dengan Petahana

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 41/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 101/PUU-XV/2017 Peralihan Hak Milik atas Tanah

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-XII/2014 Bukti Permulaan untuk Menetapkan Sebagai Tersangka dan Melakukan Penahanan

I. PEMOHON Bastian Lubis, S.E., M.M., selanjutnya disebut Pemohon.

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011

Ringkasan Putusan.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 75/PUU-XV/2017

A. Kronologi pengajuan uji materi (judicial review) Untuk mendukung data dalam pembahasan yangtelah dikemukakan,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XV/2017

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi

RINGKASAN PUTUSAN.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XV/2017 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Menentukan Persyaratan Sebagai Kuasa Wajib Pajak

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (UU 1/2004).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XIV/2016 Persyaratan Bagi Kepala Daerah di Wilayah Provinsi Papua

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-VIII/2010 Tentang Pengajuan Saksi Yang Meringankan Tersangka/Terdakwa ( UU Hukum Acara Pidana )

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XV/2017

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 21/PUU-XIV/2016 Frasa Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 18/PUU-XV/2017 Daluwarsa Hak Tagih Utang Atas Beban Negara

Bola Panas Putusan Pengujian Undang-Undang Pengesahan Piagam ASEAN oleh: Ade Irawan Taufik *

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang berperkara untuk mengajukan suatu upaya hukum atas putusan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 137/PUU-XII/2014 Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Warga Negara Asing dalam Pengujian Undang-Undang

PUTUSAN Nomor 23/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 102/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

Kuasa Hukum Badrul Munir, S.Sg., SH., CL.A, dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 2 April 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-XIII/2015 Hak Konstitusional Untuk Dipilih Dalam Hal Pasangan Calon Berhalangan Tetap

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sesuai dengan isi Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

I. PARA PEMOHON 1. Dr. Andreas Hugo Pareira; 2. H.R. Sunaryo, S.H; 3. Dr. H. Hakim Sorimuda Pohan, selanjutnya disebut Para Pemohon.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

PUTUSAN PUTUSAN Nomor 91/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 22/PUU-VII/2009 tentang UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Syarat masa jabatan bagi calon kepala daerah]

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Salah satu pengaturan yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah pengaturan dibidang perkawinan yang dirumuskan kedalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (UU Perkawinan). Keberadaan UU ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman dan acuan dalam bidang perkawinan, mengingat substansi dari UU ini memuat secara lengkap segala hal yang berkaitan dengan perkawinan. Norma pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) berimplikasi terhadap tidak sahnya perkawinan di luar hukum agama.beberapa kasus perkawinan beda agama menimbulkan akses penyelundupan hukum. Sehingga banyak pasangan perkawinan beda agama mencoba berbagai cara agar perkawinan mereka sah di mata hukum, misalnya perkawinan di luar negeri, secara adat, atau pindah agama sesaat. Permohonan pengujian UU Perkawinan dengan konstitusi Indonesia yaitu UUD 1945 didasarkan karena pemohon merasa hak konstitusionalnya telah dilanggar oleh beberapa ketentuan dalam UU Perkawinan tersebut. Pada hakikatnya, UUD 1945 mendasari segala peraturan perundang-undangan yang diberlakukan di Indonesia. Dan sebaliknya peraturan perundang-undangan tersebut tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. 1 masyarakat yang 2009, hlm.32. 1 Titon Slamet Kurnia, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, Penerbit Alumni, Bandung, 1

mengajukan tuntutan ini juga merasa bahwa Hak Asasi Manusia-nya juga tidak lindungi terutama dalam hal melaksanakan perkawinan beda agama. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang inheren pada diri manusia semata-mata karena kodratnya serta dibela atau dipertahankan terhadap negara sebagai pertanggungjawabannya atau pihak yang dibebani kewajiban korelatif dari HAM. 2 HAM melahirkan tuntutan-tuntutan (claims) dari rakyat atau warga negara selaku penyandang hak kepada negara. Dua kewajiban korelatif utama negara di bidang HAM, yaitu kewajiban untuk tidak melanggar (the duty to abstain from infringing upon human rights) dan kewajiban untuk menjamin penghormatan terhadap HAM (the duty to guarantee respect of these rights). Tuntutan-tuntutan tersebut ditujukan pada pemenuhan kewajiban-kewajiban di atas oleh negara. 3 Permohonan pengujian UU Perkawinan dengan konstitusi Indonesia yaitu UUD 1945 didasarkan karena pemohon merasa hak konstitusionalnya telah dilanggar oleh beberapa ketentuan dalam UU Perkawinan tersebut. Pada hakikatnya, UUD 1945 mendasari segala peraturan perundang-undangan yang diberlakukan di Indonesia. Dan sebaliknya peraturan perundang-undangan tersebut tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. 4 2 Titon Slamet Kurnia, Reparasi (Reparation) terhadap Korban Pelanggaran HAM di Indonesia, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, h.271. 3 Ibid. 2009, hlm.32. 4 Titon Slamet Kurnia, Pengantar Sistem Hukum Indonesia, Penerbit Alumni, Bandung, 2

Hal ini tentunya secara tidak langsung melemahkan kedudukan negara dimata dunia. Negara yang seharusnya melindungi kepentingan masyarakatnya terkesan gagal, sehingga masyarakatnya lebih memilih mengikuti aturan hukum dinegara lain ketimbang di Indonesia. Penyebab utamanya hanya karena tidak disahkannya perkawinan beda agama menurut pencatatan negara. Dengan kata lain, perkawinan beda agama di Indonesia dianggap illegal atau tidak sesuai dengan hukum. Pada dasarnya, perkawinan merupakan suatu tindakan yang dilandasi dengan itikad baik, sehingga berbagai perbedaan yang menjadi halangan bagi terjadinya perkawinan dapat diatasi. Terlebih jika penghalang yang ada berkaitan dengan hal yang prinsipil dan menyangkut keyakinan atau kepercayaan yang tidak bisa dipaksakan, yaitu perbedaan agama. Perkawinan beda agama sesungguhnya sangat wajar terjadi mengingat letak geografis Indonesia, penduduk Indonesia dan bermacam agama yang diakui secara sah keberadaannya di Indonesia, maka sangat ironis apabila perkawinan beda agama di Indonesia tidak diperbolehkan karena tidak diatur dalam suatu undang-undang. Substansi yang terdapat dalam UU Perkawinan yang ada saat ini sudah tidak sesuai dengan berbagai permasalahan yang muncul dalam Perkawinan, terutama terkait dengan Perkawinan beda agama. Jadi, seharusnya negara segera memperbarui pengaturan terkait penikahan beda agama, bukan dengan melarang perkawinan beda agama. Karena jika ditarik kembali kepada Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, selama belum ada substansi yang mengatur perkawinan beda agama dalam UU Perkawinan saat ini. 3

Dengan hadirnya Putusan MA, dapat dilihat bahwa MA telah mengambil sikap tegas dalam mengatasi masalah terkait dengan perkawinan beda agama yang terjadi, yaitu dengan mengabulkan permohonan para pemohon agar perkawinan beda agama dapat dicatatkan dan disahkan dimata negara dan hukum. Putusan yang dikeluarkan oleh ke sembilan (9) hakim konstitusi menyatakan bahwa menolak permohonan para pemohon. Sementara seorang hakim mempunyai pendapat berbeda (concurring opinion) yaitu Maria Farida Indrati. Pada akhir pendapatnya, Maria Farida menyatakan bahwa memang benar Undang-Undang a quo telah menimbulkan berbagai permasalahan khususnya terhadap pelaksanaan perkawinan beda agama, bahkan menyebabkan terjadinya penyelundupan hukum karena ketidakpatuhan warga negara terhadap hukum negara. Namun demikian, permohonan para Pemohon agar Mahkamah Konstitusi menjatuhkan putusan yang menyatakan bahwa, Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai, perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, sepanjang penafsiran mengenai hukum agama dan kepercayaannya itu diserahkan kepada masing-masing calon mempelai, adalah tidak beralasan menurut hukum. Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Putusan MK No.68/PUU-XII/2014 bertentangan dengan amanat Konstitusi terkait dengan keabsahan perkawinan beda agama dimata negara sesuai dengan ketentuan dalam UU Perkawinan yang tidak mengatur terkait perkawinan beda agama. Dan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang berimplikasi pada belum adanya substansi yang mengatur terkait perkawinan 4

beda agama dalam UU Perkawinan, maka ketentuan hukum yang sudah ada sebelumnya, seperti hukum kolonial yang masih relevan seharusnya dapat berlaku dan menjadi dasar pertimbangan bagi negara dalam membuat regulasi terkait perkawinan beda agama di Indonesia. Pada dasarnya perkawinan beda agama tidak dilarang oleh negara tapi oleh agama masing-masing, sehingga negara kemudian tampil untuk menyelesaikan dengan cara membuat kaidah yang harus diikuti oleh mereka yang ingin melakukan perkawinan beda agama, walaupun kaidah hukum yang mengatur tentang perkawinan sebelumnya telah ada, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Namun, regulasi tersebut juga perlu ditinjau ulang secara mendalam agar dapat menjawab berbagai persoalan yang timbul dalam perkawinan beda agama. Campur tangan negara terlihat dari sikap yang diambil oleh Lembaga Negara, terutama Lembaga Negara Yudikatif yaitu MA dan MK yang bertugas untuk menjalankan fungsi peradilan dan mengeluarkan produk hukum berupa putusan yang memiliki kekuatan hukum tetap dan dapat dijadikan acuan untuk memutus perkara yang sama di masa mendatang. B. SARAN Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan diatas, maka penulis memberikan beberapa saran terkait dengan penulisan ini, diantaranya: 5

1. Negara seharusnya melindungi segenap HAM dari warga negara, termasuk dalam hal me-legal-kan perkawinan beda agama di Indonesia. 2. Negara harus memperbarui UU Perkawinan yang ada saat ini, terutama menambah substansi terkait perkawinan beda agama yang belum diatur dalam UU Perkawinan saat ini dengan mengacu pada hukum kolonial yang pernah ada yang masih relevan dengan perkembangan masyarakat saat ini. 3. Berdasarkan putusan yang telah dikeluarga oleh kedua lembaga yudikatif negara, yaitu MK dan MA dapat dilihat bahwa hampir semua putusannya menerima permohonan yang diajukan oleh pemohon dalam hal melegalkan perkawinan beda agama di Indonesia. Maka, putusan yang telah dikeluarkan tersebut seharusnya dapat dijadikan acuan untuk memperbarui UU Perkawinan dan untuk menambah ketentuan terkait perkawinan beda agama. 6