BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Persiapan : - Studi literatur - Survey ke Ready Mix CV. Jati Kencana Beton

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Pelaksanaan Penelitian Proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini: Mulai

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

Berat Tertahan (gram)

BAB III METODOLOGI. 3.1.Ruang Lingkup

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KOMPOSISI BETON NON-PASIR DENGAN SUBSTITUSI FLY ASH DAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR DAN TARIK BELAH

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK CANGKANG LOKAN SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

1. SNI Metoda Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi LA. 2. ASTM C Resistance & Degradasi Small-Size Coarse Aggregate.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB III METODE PENELITIAN

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan pembuatan benda uji batako sekam padi dilakakukan di

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

untuk mencapai workabilitas dan nilai slump rencana terhadap kuat tekan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

BAB IV METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Adapun faktor yang diteliti adalah penggunaan agregat daur ulang sebagai pengganti dari agregat kasar terhadap kekuatan beton pervious. Penggunaan agregat daur ulang didasarkan pada perkembangan teknologi bahan kontruksi yang ramah lingkungan dimana teknologi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan limbah-limbah beton hasil dari sisa-sisa hasil pengujian beton. Pembuatan benda uji dan prosedur pengujian kualitas sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI 03-0691-1996). 3.2 Bagan Alir Penelitian 1. Pengujian fisik, yaitu pengujian kuat tekan, dan kecepatan infiltrasi. 2. Jenis semen portland, menggunakan Semen Padang Tipe I. 3. Kebutuhan air, ditetapkan pada kondisi lengas tanah. 4. Agregat daur ulang didapat dari limbah beton hasil pengujian laboratorium beton. 5. Jenis retarder, menggunakan masterroc hca10. 6. Pembuatan seluruh benda uji dilakukan secara manual. 7. Umur beton pervious, pengujian beton pervious ditetapkan pada umur 28 hari. 8. Cara pengujian, sesuai dengan ketentuan cara uji dalam SNI 03-0691-1996. 31

3.3 Lokasi dan Waktu Pengujian 1. Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Struktur Beton Departemen Teknik Sipil. 2. Waktu Pengujian dilaksanakan mulai pada bulan September 2016 Februari 2017. 3.4 Bahan yang digunakan Bahan penyusun beton pervious pada penelitian ini adalah terdiri dari agregat kasar, semen portland, dan air. Biasanya terdapat bahan campuran tambahan yang bervariasi untuk memperoleh sifat-sifat beton pervious yang diinginkan. Adapun bahan-bahan penyusun beton pervious yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.4.1 Agregat Kasar Agregat kasr yang digunakan dalam penilitian ini yaitu berupa beton-beton sisa pengujian beton yang dihancurkan lalau diayak sesuai gradasinya. 3.4.2 Semen Portland Semen Portland yng dipakai dalam penelitian ini adalah semen dengan merk dagang Semen Andalas dalam kemasan 50 Kg. 3.4.3 Air Air yang dipakai dalam pembuatan beton pervious yaitu berasal dari Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik. 32

3.4.4 Retarder Pada penelitian ini, klasifikasi retarder sebagai bahan tambahan adalah masterroc hca10. 3.5 Pemeriksaan Bahan-Bahan Penyusun Beton Pervious Tujuan pada pemeriksaan ini yaitu untuk menentukan gradasi/distribusi agregat daur ulang yang akan dipakai sebagai bahan pembuatan beton pervious. Adapun peralatan dan bahan-bahan yang dibutuhkan yakni sebagai berikut: b. Peralatan 1. Timbangan 2. Ayakan 3. Karung 4. Palu 5. Sekop c. Bahan Bahan yang digunakan yaitu beton-beton sisa hasil pengujian dari Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik. d. Prosedur Pemeriksaan 1. Kumpulkan beton-beton sisa hasil pengujian dari laboratorium. 2. Pecahkan beton-beton sisa menjadi agregat-agregat yang lebih kecil dengan palu. 3. Ambil agregat-agregat hasil pemecahan dengan sekop lalau letakkan diatas ayakan yang sudah disusun berurut yaitu no. 2 inc(50 mm); no. 1,5 inc(37,5 mm); no. ¾ inc(19 mm); no. 3/8 inc(9,5 mm), no. 4(4,75 mm). 33

4. Letakkan hasil saringan yang tertahan pada setiap saringan ke karung-karung yang telah diberi nomor saringan. 5. lalu timbang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pembuatan benda uji. 3.6 Pembuatan Benda Uji Adapun tahapan dalam pembuatan benda uji beton pervious, yaitu: a. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji beton pervious : 1. Ayakan, untuk menyaring agregat kasar dengan ukuran no. 2 inc(50 mm); no. 1,5 inc(37,5 mm); no. ¾ inc(19 mm); no. 3/8 inc(9,5 mm), no. 4(4,75 mm). 2. Ember, sebagai wadah penampung kebutuhan agregat kasar dan air yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan beton pervious. 3. Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan benda uji. 4. Sekop dan cangkul, untuk memasukkan agregat kasar, semen ke ember dan karung. 5. Mal, untuk mencetak benda uji yang berbentuk silinder dan balok. 6. Sendok spesi, untuk mencampur dan memasukkan adonan adukan ke dalam cetakan. 7. Mesin molen, untuk mengaduk bahan-bahan pembuatan benda uji agar homogen. b. Prosedur Pembuatan benda uji beton pervious 1. Siapkan semua bahan dan alat yang dibutuhkan. 2. Timbang agregat daur ulang, semen, dan air dengan perbandingan 1 pc : 3 ag. Sedangkan FAS nya adalah 0,4. 34

3. Campurkan bahan dengan rasio 1 pc : 3 ag lalu masukkan ke dalam mesin molen sampai 1 menit lalu masukkan air kedalamya dengan FAS sebesar 0,4. 4. Kemudian, adonan yang sudah merata dimasukkan ke dalam mal cetak berbentuk silinder dan mal yang berbentuk balok. 5. Lalu ratakan permukaannya dengan sendok spesi. 6. Lalu dikeringkan, setelah 24 jam mal dapat dibuka. 7. Maka benda uji diletakan ke ruang khusus penyimpanan benda uji yang terhindar dari sinar matahari langsung, terlindung dari hujan, dan teduh. 3.7 Perawatan Benda Uji Perawatan beton pervious dilakukan sesuai dengan langkah-langkah berikut : a. Hindarkan beton pervious dari sinar matahari langsung dan air hujan, agar pengikutan adonan sesuai dengan yang diharapkan. b. Perawatan beton pervious selama28 hari dengan menyemprot air dan menjaga suhu ruangan. 3.8 Pengujian Benda Uji 3.8.1 Pengujian Keausan a. Peralatan yang diperlukan pada pengujian keausan Mesin Los Angeles adalah alat yang dipakai untuk memutar agregat kasar bersama peluru pengaus di dalam sebuah wadah yang berbentuk lingkaran dengan tujuan untuk menentukan besar massa yang hilang dari agregat kasar setelah pengujian. 35

Gambar 3.1 Mesin Los Angeles b. Prosedur Pengujian : Setelah limbah-limbah beton dihancurkan, maka agregat-agregat kasar daur ulang yang dihasilkan akan diperiksa tingkat keausannya. Adapun tahap-tahapan pelaksanaan pengujian keausan yakni sebagai berikut : 1. Ayaklah agregat daur ulang hingga agregat kasar daur ulang dikelompokkan menjadi gradasi A1, A3, B, dan C, lalu timbang sesuai SK SNI 03-2417-1991. 2. Masukkan peluru pengaus terlebih dahulu ke dalam wadah pada mesin Los Angeles lalu masukkan pertama agregat bergradasi A1 lalu hidupkan mesin selama 15 menit, dan hal ini dilakukan pada setiap gradasi berikutnya. 3. Hitung berat agregat pada masing-masing gradasi setelah pengujian keausan dilakukan. 3.8.2 Pengujian Visual a. Peralatan yang dibutuhkan pada pemeriksaan sifat tampak Waterpas adalah alat yang dipakai untuk memeriksa kedataran suatu permukaan sehingga dalam penelitian berfungsi untuk mengetahui kedataran permukaan benda uji silinder. Setelah permukaan sudah datar, maka dapat dilakukan pengujian kuat tekan terhadap 36

benda uji. Selebihnya, pemeriksaan tampak luar dapat dilakukan dengan memakai alat indra, seperti pemeriksaan dari kekuatan beton itu sendiri mudah atau tidak mudahnya dirapihkan dengan kekuatan jari-jari tangan. b. Prosedur Pengujian : Setelah masa perawatan selama 28 hari dilakukan, maka beton pervious yang akan diuji harus dalam kondisi kering. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan yaitu : 1. Bersihkan permukaan benda uji beton pervious dari berbagai kotoran yang menempel. 2. Ukur ketinggian, lebar, panjang, dan diameter benda uji. 3. Pengamatan permukaan benda uji meliputi: kerapatan, dan keadaan permukaan. 3.8.3 Pengujian Penyerapan Air a. Peralatan yang diperlukan pada pengujian penyerapan air : 1. Ember, berisi air seberat 18 kg (tidak termasuk berat ember). 2. Stopwatch dipergunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan beton pervious untuk menyerap air. 3. Timbangan dipakai untuk menimbang berat air, dan ember. b. Prosedur Pengujian Beton pervious yang akan diuji penyerapan airnya harus dalam kondisi kering. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian ini yaitu sebagai berikut : 1. Beton pervious dibersihkan dari bahan-bahan lain yang menempel. 2. Tuangkan air dari ember ke masing-masing titik sebagai pusat lingkaran pengujian ini dengan diameter 30 cm yang berjumlah 5 titik dalam setiap benda uji dimana posisi 37

titik terletak di tengah, sudut kanan atas, sudut kiri atas, sudut kanan bawah, dan sudut kiri bawah. 3. Lalu hitunglah lama air diserap oleh benda uji. 4. Lakukanlah ke setiap benda uji, lalu catatlah waktu yang dibutuhkan benda uji di masing-masing titik untuk menyerap air. 3.8.4 Pengujian Kuat Tekan a. Peralatan yang dibutuhkan pada pengujian kuat tekan : 1. Waterpas digunakan untuk memeriksa kedataran permukaan benda uji silinder. 2. Timbangan dipakai untuk mengukur berat benda uji yang akan diuji kuat tekannya. 3. Compression machine adalah mesin uji kuat tekan yang digunakan untuk mengukur kuat tekan benda uji pada penelitian ini. b. Prosedur Pengujian 1. Benda uji diukur beratnya terlebih dahulu sebelum diuji kuat tekannya. 2. Lalu letakkan benda uji pada compressor machine sedemikian sehingga tepat berada di tengah alat penekannya. 3. Secara perlahan-lahan beban tekan diberikan pada benda uji dengan mengoperasikan mesin hingga benda uji runtuh ditandai dengan berhentinya jarum pengukur kuat tekan pada Compression machine bergerak. 4. Catatlah skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang merupakan beban maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji tersebut. 5. Lakukanlah percobaan pada setiap benda uji. 6. Hitung kuat tekan beton pervious dengan persamaan rumus yaitu : 38

Kuat tekan = Dimana : P = beban tekan (N) L = Luas bidang tekan (mm 2 ) 3.8.5 Perbandingan Kuat Tekan Beton Pervious dengan Memakai Agregat Kasar Daur Ulang Terhadap Beton Pervious Umum Setelah pengujian kuat tekan silinder beton Pervious dengan memakai agregat kasar daur ulang dilakukan, maka hasil pengujian kuat tekannya akan dibandingkan dengan kuat tekan beton pervious pada umumnya. Persentase kuat tekan beton pervious dengan agregat kasar daur ulang terhadap beton pervious pada umumnya akan menunjukkan kelayakan agregat kasar daur ulang untuk digunakan sebagai material pembuatan beton pervious pada bangunan non struktural. 3.9 Mix Design Beton Pervious Mix design beton pervious ini didasarkan pada perbandingan komposisi semen : agregat kasar (daur ulang) : air yaitu 1 : 3 : 0,4. Tabel 3.1. Perencanaan Mix Design Beton Pervious No Bahan Berat (Kg) Jumlah Benda Uji Silinder Jumlah Benda Uji Plat 1 Semen 2,7 15 5 2 Agregat 8,406 15 5 3 Air 1,082 15 5 4 Retarder 0,162 15 5 (Sumber : Data Primer) 39

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian Mulai Identifikasi masalah Studi Literature & pengumpulan Persiapan Alat Persiapan Bahan Semen Agregat kasar daur ulang Air Pembuatan Benda Uji Pemeriksaan material Beton pervious silinder Plat beton pervious Masa Pemeliharaan selama 28 hari PENGUJIAN KEAUSAN SIFAT TAMPAK, UKURAN, PENYERAPAN AIR KUAT TEKAN Data Analisa data dan Pembahasan Memenuhi Standar SNI Kesimpulan dan Saran Selesai Ya Tidak 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Beton Pervious 4.1.1 Pengujian Keausan Dari pengujian keausan agregat kasar daur ulang yang telah dilakukan di Laboratorium Bahan Rekayasa Teknik Sipil, diperoleh data yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar Daur Ulang Agregat Kasar A C E 50 mm 5000 ± 50 37,5 mm 5000 ± 50 19 mm 2500 ± 10 9,5 mm 2500 ± 10 4,75 mm 5000 ± 10 Berat Sebelum Pengujian (gram) 5000 5000 10000 Berat Setelah Pengujian (gram) 3864 3748 8512 Persentase Keausan (%) 22,72 25,04 14,88 (Berdasarkan SNI 03-2417-1991) Dari hasil pengujian di atas, disimpulkan bahwa agregat kasar tersebut baik digunakan untuk bahan perkerasan karena persentase keausan rata-rata yaitu 20,8% sehingga lebih kecil dari 40%. 4.1.2 Pengujian Secara Visual Dari pemeriksaan sifat tampak beton pervious yang telah dibuat di Laboratorium Bahan Rekayasa Teknik Sipil, diperoleh data yaitu sebagai berikut : 41

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Secara Visual Variasi Beton Pervious Uraian Gradasi Gradasi Gradasi Gradasi Gradasi 4,75 mm 9,5 mm 19,0 mm 37,5 mm 50 mm 1. Bidang-bidang a. Kerataan Rata Rata Tidak rata Tidak rata Tidak rata b. Kesolidan Solid Solid Solid Solid Solid 2. Rusuk-rusuk a. Kesikuan Siku Siku Siku Siku Siku b. Kesolidan Solid Solid Solid Solid Solid (Berdasarkan SNI 03-0691-1996) Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa penggunaan agregat kasar daur ulang sebagai substitusi agregat kasar normal dari seluruh gradasi yang dipakai dalam penelitian ini dapat menghasilkan beton pervious yang memiliki permukaan bidang rata pada gradasi 4,75 mm dan 9,5 mm dan seluruh variasi tidak rapuh dan kuat. Ketika permukaannya rata, maka kerataan permukaan dapat mempermudah proses pengujian kuat tekan dan memaksimalkan hasil kuat tekan benda uji yang akan dilakukan dalam penelitian ini. 4.1.3 Pemeriksaan Ukuran Setelah pemeriksaan sifat tampak, kemudian dapat dilakukan pemeriksaan ukuran dimensi agar sesuai dengan dimensi yang ditentukan dalam penelitian ini. Adapun pemeriksaan ukuran yang dimaksud yaitu ketebalan untuk benda uji berbentuk plat. 42

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Dimensi Plat Beton Pervious No Gradasi Ketebalan Ketebalan Ketebalan Rata-Rata (mm) Samping Bagian Samping Ketebalan Kiri (cm) Tengah (cm) Kanan (cm) (cm) 1 4,75 9,8 9,85 9,95 9,87 2 9,5 9,9 9,8 9,75 9,82 3 19 9,95 9,7 9,8 9,82 4 37,5 9,85 9,85 9,85 9,88 5 50 9,8 9,95 9,95 9,9 (Berdasarkan SNI 03-0691-1996 ) Dari data hasil pemeriksaan diatas, kondisi beton pervious menunjukkan perbedaan tebal yang disebabkan oleh cara pembuatan benda uji secara manual sehingga diperoleh benda uji berbentuk plat dengan ketebalan yang tidak seragam tetapi masih ditolerir sebesar 8%. 4.1.4 Pengujian Daya Serap berikut : Didapat data hasil dari pengujian daya serap pada benda uji berbentuk plat yaitu sebagai Tabel 4.4 Hasil Pengujian Daya Serap Plat Beton Pervious No Diameter (mm) Massa Air (Kg) Variasi Waktu (s) Kecepatan Infiltrasi (Inc/Hr) Kecepatan Infiltrasi Rata-Rata (Inc/Hr) 1 4,75 V1S1 15,64 2,31 2,31 18 2 9,5 V2S1 18,23 1,98 2,068 43

V3S1 17,66 2,05 V3S2 17,52 2,07 V3S3 17,2 2,10 V3S4 16,9 2,14 3 50 V3S1 8 4,52 4,52 V4S1 13,03 2,78 V4S2 15,83 2,28 4 19 5 37,5 V4S3 14,6 2,48 V4S4 14,4 2,51 V4S5 15,8 2,29 V5S1 14 2,58 V5S2 14,6 2,48 V5S3 15,4 2,35 V5S4 14,8 2,44 V5S5 15,62 2,32 2,5 2,434 (Sumber : Data Primer dan ASTM C 1701 infiltration) 60 50 40 30 20 10 0 50 37.5 19 9.5 4.75 2.31 2.068 2.5 2.434 4.52 1 2 3 4 5 Gradasi (mm) Kecepatan Infiltrasi rata-rata (Inc/Hr) Grafik 4.1 Hubungan Kecepatan Infiltrasi Air pada Beton Pervious dengan Gradasi Agregat Kasar 44

Dari grafik hasil pengujian kecepatan infiltrasi diatas, dapat dilihat bahwa beton pervious bergradasi 50 mm adalah benda uji yang memiliki kecepatan infiltrasi terbesar yaitu 4,52 Inc/Hr dibandingkan dengan gradasi lain, dan beton pervious bergradasi 9,5 mm adalah benda uji paling rendah nilai kecepatan infiltrasinya dibandingkan dengan benda uji bergradasi lainnya yaitu sebesar 2,068 Inc/Hr sesuai dengan ASTM C 1701 infiltration. 4.1.5 Pengujian Kuat Tekan Setelah dilakukan pengujian kuat tekan pada benda uji silinder, maka didapat data yaitu sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton Pervious No Gradasi (mm) No sample Massa (Kg) Umur (Hari) Kekuatan (kn) kuat tekan ratarata (kn) kuat tekan ratarata total (kn) 1 4,75 V1S1 8,085 74 21 V1S2 7,926 64 hari V1S3 7,775 52 63,333 2 9,5 3 19 V2S1 8,964 104 21 V2S2 8,841 94 hari V2S3 8,74 82 V3S1 8,671 48 21 V3S2 8,748 51 hari V3S3 8,902 52 93,333 50,333 59,733 4 37,5 V4S1 9,019 66 21 V4S2 8,447 40 hari V4S3 8,486 50 52 45

5 50 V5S1 8,557 38 21 V5S2 8,631 40 hari V5S3 8,703 41 39,667 (Berdasarkan SNI 03-6805-2002) Dari data diatas, dapat dilihat bahwa benda uji yang menggunakan agregat kasar daur ulang tidak memenuhi kuat tekan pada batasan masalah di penelitian ini. Berdasarkan data di atas, beton pervious dengan menggunakan agregat kasar daur ulang. Setelah mendapatkan hasil beban yang mampu dipikul oleh beton pervious dengan memakai agregat daur ulang, maka kita dapat menghitung besar tegangannya yaitu dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton Pervious No Gradasi (mm) No Sample Massa (Kg) Beban (kn) Luas (m 2 ) Tegangan (Mpa) Tegangan Ratarata (Mpa) V1S1 8,085 74 4,19 1 4,75 2 9,5 3 19 V1S2 7,926 64 3,62 V1S3 7,775 52 2,94 V2S1 8,964 104 5,89 V2S2 8,841 94 5,32 0,018 V2S3 8,74 82 4,64 V3S1 8,671 48 2,72 V3S2 8,748 51 2,89 V3S3 8,902 52 2,94 3,59 5,28 2,85 4 37,5 V4S1 9,019 66 3,74 2,94 46

5 50 V4S2 8,447 40 2,26 V4S3 8,486 50 2,83 V5S1 8,557 38 2,15 V5S2 8,631 40 2,26 V5S3 8,073 41 2,32 2,25 (Berdasarkan SNI 03-6805-2002) 60 50 50 40 37.5 30 20 10 0 19 9.5 4.75 3.59 5.28 2.85 2.94 2.25 1 2 3 4 5 Gradasi (mm) Tegangan Rata-Rata (Mpa) Grafik 4.2 Hubungan Kuat Tekan Beton Pervious dengan Gradasi Agregat Kasar Dari grafik di atas, dapat kita lihat bahwa beton pervious dengan substitusi agregat kasar daur ulang mampu memikul beban maksimal yaitu 104 kn dan tegangan maksimalnya adalah 5,89 MPa yaitu pada gradasi 9,5 mm, tetapi beton pervious substitusi agregat daur ulang tidak tergolong ke dalam Mutu Concrete Block untuk setiap mutu berdasarkan SNI 03-0691-1996. 47

4.2 Hasil Keseluruhan Pengujian Dari seluruh pengujian yang dilakukan, didapat data-data sebagai berikut : a. Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa penggunaan agregat daur ulang sebagai pengganti dari agregat kasar pada beton pervious dari beberapa variasi menghasilkan permukaan bidang yang berongga dan solid. b. Dari hasil pemeriksaan ukuran agregat daur ulang yang akan digunakan dalam pembuatan beton pervious, maka agregat daur ulang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa gradasi sehingga sesuai dengan kebutuhan agregat kasar dalam pembuatan beton pervious. c. Hasil pengujian kuat tekan beton pervious menunjukkan bahwa bahwa beton pervious dengan substitusi agregat daur ulang mampu memikul beban maksimal yaitu 104 kn dan tegangan maksimalnya adalah 5,89 MPa yaitu pada gradasi 9,5 mm, dan memiliki kuat tekan minimal pada gradasi 50 mm sebesar 2,15 MPa, dan beton pervious substitusi agregat daur ulang tidak tergolong ke dalam Mutu Concrete Block untuk setiap mutu berdasarkan SNI 03-0691-1996. d. Jika dibandingkan dengan beton pervious pada umumnya, maka beton pervious dengan menggunakan agregat kasar daur ulang hanya memiliki kuat tekan sebesar 28% dari kuat tekan beton pervious pada umumnya. Adapun tabel kuat tekan silinder beton pervious hasil pengujian dari Laporan Tugas Akhir Mahasiswa Teknik Sipil pada tanggal 18 Juni 2016 yaitu sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton Pervious Umum No Sampel Tanggal Cor Tanggal Uji Umur (Hari) Gaya Tekan (KN) Kuat Tekan (Mpa) 1 N1 21-May-16 18-Jun-16 28 378 21.40 2 N2 21-May-16 18-Jun-16 28 340 19.25 3 N3 21-May-16 18-Jun-16 28 362 20.50 Rata - rata 20.38 48

e. Dari tabel hasil pengujian kecepatan infiltrasi air, didapat bahwa beton pervious bergradasi 50 mm adalah benda uji yang memiliki kecepatan infiltrasi terbesar dibandingkan gradasi lain yaitu sebesar 4,52 inc/hr, dan beton pervious bergradasi 9,5 mm adalah benda uji paling rendah nilai kecepatan infiltrasinya dibandingkan dengan benda uji bergradasi lainnya yaitu sebesar 2,068 inc/hr berdasarkan pada ASTM C 1701 infiltration. 60 50 50 40 37.5 30 20 10 0 19 9.5 4.75 5.28 2.31 3.59 2.07 2.5 2.85 2.43 2.94 4.52 2.25 1 2 3 4 5 Gradasi (mm) Kecepatan Infiltrasi rata-rata (Inc/Hr) Tegangan Rata-Rata (Mpa) Grafik 4.3. Hubungan antara Kecepatan Infiltrasi Plat Beton Pervious, Kuat Tekan Silinder Beton Pervious sesuai Diameter Agregatnya 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan halhal sebagai berikut : a. Berdasarkan SNI 03-2417-1991, agregat kasar daur ulang memiliki persentase keausan rata-rata sebesar 20,88% dan untuk pengujian visual dan ukuran pada beton pervious sudah sesuai dengan SNI 03-0691-1996 sehingga dapat dilakukan pengujian. b. Kuat tekan terbesar adalah pada beton pervious dengan agregat daur ulang bergradasi 9,5 mm yaitu sebesar 5,89 MPa, sedangkan kuat tekan terkecil pada gradasi 50 mm yaitu sebesar 2,15 MPa dan hanya memiliki kuat tekan sebesar 28% dari kuat tekan beton pervious pada umumnya, sehingga beton pervious dengan menggunakan agregat daur ulang tanpa pasir tidak memenuhi standar mutu paving block berdasarkan SNI 03-0691-1996. c. Kecepatan infiltrasi tercepat adalah pada gradasi 50 mm yaitu 4,52 inc/hr dan terlambat pada gradasi 9,5 mm yaitu sebesar 2,068 inc/hr. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan sebelumnya, maka disarankan sebagai beriku: a. Untuk memperoleh kualitas beton yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan, maka, perencanaan, metode pekerjaan, ketelitian, perawatan, alat dan bahan, haruslah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan panduan. 50

b. Ada banyak keterbatasan pada penelitian ini, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Menggunakan mesin khusus untuk memecah limbah-limbah beton menjadi agregat-agregat kasar yang digolongkan ke dalam gradasi-gradasi agregat kasar. 2. Mutu beton pervious sangat tergantung pada penyeleksian material, termasuk kuat tekan limbah-limbah beton yang digunakan. 51