BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)

dokumen-dokumen yang mirip
LATAR BELAKANG. Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda jaman tersebut sudah ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar kerja siswa (LKS) adalah media belajar yang dapat meningkatkan pemahaman

STRATEGI PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN PRAKTEK BUSANA

KAJIAN TEORETIS. lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Di

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

PENGINTEGRASIAN NILAI-NILAI KEMANUSIAAN (HUMAN VALUES) DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran

Oleh: Dr. Marzuki Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRACT. By (Ranti Febriani, M. Mona Adha, Holilulloh)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Karakter Melalui Sains

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Implementasi Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Formal

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

STRATEGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DISEKOLAH DASAR MELALUI PERAN SERTA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya menitik beratkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Saat ini Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam

JURNAL PENELITIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Klusterisasi Nilai-nilai Moral Universal Sebagai Landasan Pengembangan Model Pendidikan Karakter. Endang Poerwanti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

KELUARGA SEBAGAI SUMBER PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Nilai-nilai akhlak yang ditemukan dalam mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berkarakter dan berpijak dari karakter dasar manusia dari nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SEMINAR NASIONAL PEMAKALAH PENDAMPING

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME IBU PENDIDIK BANGSA Magelang, 29 Desember A. Pendahuluan

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

No. Statistik Sekolah : : Jl. Simomulyo No. 24 Surabaya. Kabupaten/kota Surabaya. Propinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

PENDAMPINGAN GURU-GURU SD MUHAMMADIYAH KECAMATAN COLOMADU KARANGANYAR DALAM PEMBELAJARAN BERKARAKTER DAN MENYENANGKAN

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PERAN GURU DI SEKOLAH

Agama & Sifat Manusia Kembali Pada Aslinya. 50 Tahun Praktik Terbaik Pendidikan Karakter Profetik di Yayasan Ponpes SPMAA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

II. KAJIAN PUSTAKA. individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan. martabat manusia, melalui proses yang panjang dan berlangsung

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Rakhman Firdaus, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

UPAYA ORANG TUA DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN NILAI NILAI KARAKTER ANAK USIA DINI DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

PEMBINAAN KEJUJURAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KITAB BAHR AL-ADAB

MENANAMKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH (SMA) oleh Iyep Candra Hermawan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah (Sudrajat, 2010). Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Hal ini dikemukakan oleh Lickona sebagai berikut: 1

2 Character as a reliable inner disposition to respond to situation in a morraly good way, character so conceived has three interelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior (Lickona, 1991). Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan karakter adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar dekolah) yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memerhatikan pertimbangan psikologis untuk pertimbangan pendidikan. Tujuan pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini juga digambarkan sebagai perilaku moral (Zuhdi, 2009: 39). Pendidikan karakter selama ini baru dilaksanakan pada jenjang pendidikan pra sekolah/madrasah (taman kanak-kanak atau raudhatul athfāl). Sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya kurikulum di Indonesia masih belum optimal dalam menyentuh aspek karakter ini, meskipun sudah ada materi pelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan (Muchsin, Sulthon, dan Wahid, 2010: 14). Padahal jika Indonesia ingin memperbaiki mutu sumber daya manusia dan segera bangkit dari ketinggalannya, maka Indonesia harus merombak sistem pendidikan yang ada, antara lain memperkuat pendidikan karakter. Di sisi lain pendidikan karakter pada anak usia dini, dewasa ini sangat di perlukan di karenakan saat ini Bangsa Indonesia sedang mengalami krisis

3 karakter dalam diri anak bangsa. Karakter di sini adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, bepikir, bersikap dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa Sejumlah nilai moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang lain, disiplin, mandiri, kerja keras, kreatif. Pendidikan karakter dinilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan yang seharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti yang luhur tersebut perlu diinternalisasikan sejak dini. Nilai ini adalah norma yang berfungsi sebagai penunjuk dalam mengidentifikasi apa yang diwajibkan, diperbolehkan dan dilarang. Jadi pendidikan adalah hubungan normatif antara individu dan nilai. Maka pengertian pendidikan menjadi semakin luas yang berarti setelah anak dewasa tetap masih dalam proses pendidikan. Akan tetapi sifat pendidikannya berbeda dengan sebelum mencapai kedewasaan. Batasan pendidikan yang dibuat para ahli tampak begitu beraneka ragam dan kandungannya juga berbeda antara yang satu dengan yang lain. Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogyanya

4 pendidikan itu dilaksanakan. Sedangan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori dan praktek itu seyogyanya tidak dipisahkan, siapa yang berkecimpung di bidang pendidikan sebaiknya menguasai kedua hal itu Sagala (2006: 6). Berangkat dari landasan tersebut, Indonesia Heritage Foundation (IHF) telah mengembangkan sebuah model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter yang memfokuskan pada pembentukan seluruh aspek dimensi manusia, sehingga dapat menjadi manusia yang berkarakter. Kurikulum Holistik Berbasis Karakter ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan Student Active Learning, Integrated Learning, Developmentally Appropriate Practices, Contextual Learning, Collaborative Learning, dan Multiple Intelligences yang semuanya dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan, serta dapat mengembangkan seluruh aspek dimensi manusia secara holistik. Model pendidikan holistik berbasis karakter ini telah dipakai oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam proyek pengembangan Model Penyelenggaraan BBE (Pendidikan Berorientasi Keterampilan Hidup) Melalui Pembelajaran Terpadu di TK dan SD Kelas Rendah (Depdiknas, 2006: 5). Model ini memfokuskan pada pembentukan 9 pilar karakter kepada para siswa yang dilakukan secara eksplisit, dan berkesinambungan. Selain itu, pendidikan karakter bukanlah sesuatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, akan tetapi berkaitan dengan seluruh aktivitas kehidupan. Karenanya program

5 pendidikan 9 Pilar Karakter dapat diintegrasikan ke dalam seluruh mata pelajaran akademis (mulai dari TK sampai Sekolah Dasar, kelas 1-6). Program yang menyeluruh ini bertujuan untuk menyeimbangkan antara hati, otak dan otot (Pendidikan Holistik). Diharapkan mereka akan menjadi anak-anak yang berfikir kreatif, bertanggung jawab dan memiliki pribadi yang mandiri (manusia holistik). Kesembilan karakter tersebut antara lain adalah: 1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya (love Allah, trust, reverence, loyalty); 2) Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness); 3) Kejujuran/Amanah dan Arif (trustworthines, honesty, and tactful); 4) Hormat dan Santun (respect, courtesy, obedience); 5) Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation); 6) Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm); 7) Kepemimpinan dan Keadilan (justice, fairness, mercy, leadership); 8) Baik dan Rendah Hati (kindness, friendliness, humility, modesty); dan 9) Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity). Salah satu mata pelajaran yang dapat dijadikan sebagai wahana pembentukan karakter adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini dikarenakan bahwa tujuan dari pembelajaran IPS itu sendiri adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam

6 kehidupannya di masyarakat. Waterworth secara tegas mengatakan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah "to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society" (Lasmawan, 2008: 2). Tujuan lain dari IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya. Menurut NCSS tujuan pembelajaran IPS didefinisikan sebagai berikut "We also think that the social studies should be more concerned with helping student make the most rational decicisions that they can in their own personal lives." (Lasmawan, 2008: 3). Salah satu Sekolah Dasar yang sudah mulai melaksanakan pembelajaran berbasis karakter adalah SD Negeri Bowan II Delanggu di Kabupaten Klaten. Pembelajaran IPS di SD Negeri Bowan II Delanggu Kabupaten Klaten sudah dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan karakter ke dalam materi pembelajaran. Hal ini didukung dengan adanya sumber daya manusia berupa guru yang sudah mengikuti Diklat Pendidikan Karakter yang mampu melaksanakannya dengan baik. Pengelolaan pembelajaran berbasis karakter yang dilakukan di sekolah tersebut bukannya tanpa kendala. Keterbatasan alokasi waktu yang tersedia dan keterbatasan pemahaman siswa dalam mengembangkan karakter ke dalam kehidupan sehari-hari menjadi kendala yang harus dihadapi guru di sekolah tersebut dalam pengelolaan pembelajaran berbasis karakter.

7 Pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter yang dilakukan di sekolah tersebut dapat dijadikan percontohan bagi sekolah lain. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran berbasis karakter tersebut, perilaku guru juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan. Perilaku guru akan diteladani oleh siswa sehingga bagaimanapun baiknya proses pembelajaran tanpa diikuti dengan perilaku guru yang dapat dicontoh akan menjadi sia-sia adanya. Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengelolaan pembelajaran berbasis karakter yang dilakukan di SD Negeri Bowan II Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah Pengelolaan Pembelajaran IPS Berbasis Karakter (Studi Situs di SD Negeri Bowan II Delanggu). B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini pengelolaan pembelajaran IPS berbasis karakter di SD Negeri Bowan II Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. Rumusan masalah tersebut selanjutnya dapat dijabarkan ke dalam dua pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik pengelolaan pembelajaran IPS berbasis karakter di SD Negeri Bowan II Delanggu?

8 2. Bagaimana karakteristik faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengelolaan pembelajaran IPS berbasis karakter SD Negeri Bowan II Delanggu? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan. 1. karakteristik pengelolaan pembelajaran IPS berbasis karakter di SD Negeri Bowan II Delanggu 2. karakteristik faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan pembelajaran IPS berbasis karakter di SD Negeri Bowan II Delanggu. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini memiliki sumbangan teoritis dalam khasanah pengetahuan dalam bidang manajemen pendidikan khususnya sebagai prinsip pengelolaan pembelajaran IPS berbasis karakter di pendidikan dasar 2. Manfaat Praktis a. Bagi kepala sekolah Bahan informasi mengenai pentingnya pengelolaan Pembelajaran IPS berbasis karakter dalam membentuk karakter anak bangsa sehingga kepala sekolah dapat mengoptimalkan manajemen

9 pengelolaan pembelajaran baik melalui penataan administrasi pembelajaran, sarana prasarana lingkungan, guru, siswa dll. b. Bagi wali murid Bahan informasi dalam rangka melakukan pembinaan terhadap orang tua serta siswa tentang pengelolaan pembelajaran sebagai wujud penerapan dalam pembelajaran IPS berbasis karakter. c. Bagi peneliti yang akan datang Bahan referensi bagi penelitian sejenis sekaligus dasar untuk mengkaji secara lebih dalam mengenai kegiatan pembelajaran IPS berbasis karakter di sekolah-sekolah dengan karakteristik unik pada masing-masing sekolah tersebut.