KEEFEKTIFAN PAKET TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN

SINERGISME Heterorhabditis sp. DENGAN PENYARUNGAN BUAH DALAM MENGENDALIKAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella

Afrizon dan Herlena Bidi Astuti

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

Kajian keefektifan agen hayati Beauveria bassiana dan penyarungan buah dalam pengendalian hama PBK di Kalimantan Timur

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGENDALIAN HAMA PBK PADA PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG ABSTRAK PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in

LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (PKPP 2012)

KAJIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI DALAM MENGENDALIKAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI KECAMATAN BIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG

SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR

EVALUASI DAN ANALISIS KEHILANGAN HASIL AKIBAT SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO, Conopomorpha cramerella (SNELLEN) DI SUBAK ABIAN TUNAS MEKAR

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan

ANCAMAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI WILAYAH JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS Oleh; Effendi WIbowo, SP dan Fitri Yuniarti, SP

PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

Volume 6, Nomor 1, Juli 2010

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

APLIKASI PUPUK ORGANIK MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KAKAO (POD) PADA KEBUN KAKAO DI KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA

ENVIRONMENTALLY FRIENDLY TECHNOLOGY CONTROL OF COCOA POD BORERS (Conopomorpha cramerella Snell.)

KAJI TINDAK PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen) DENGAN PESTISIDA NABATI

JURNAL. KERUSAKAN BIJI KAKAO OLEH HAMA PENGGEREK BUAH (Conopomorpha cramerella Snellen) PADA PERTANAMAN KAKAO DI DESA MUNTOI DAN SOLIMANDUNGAN

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

PENGARUH TEKNIK PENYELUBUNGAN BUAH KAKAO DENGAN PLASTIK TERHADAP SERANGAN HAMA Helopeltis sp.

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

II. TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

KARAKTERISTIK FENOTIPE BUAH KAKAO RENTAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen)

INFESTASI PENGGEREK BUAH KAKAO KEDALAM PERKEBUNAN KAKAO DI KAWASAN KERKAP, BENGKULU UTARA DAN PENGENDALIANNYA

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI KABUPATEN KEPAHIANG BENGKULU

[ nama lembaga ] 2012

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

PENGARUH TEKNOLOGI FERMENTASI TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS BIJI DAN PENDAPATAN PETANI KAKAO

PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

Kajian adaptasi beberapa klon sebagai bahan sambung samping kakao di Sulawesi Tengah

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

(PBK) Conopomorpha cramerella Snell.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PENGETAHUAN PETANI TERHADAP PENGENDALIAH HAMA PBK: Kasus Di Subak-abian Asagan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

Nurjanani, Ramlan, dan Muh. Asaad Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

FAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH

Ringkasan. ) sebesar 8 x spora/ml. Waktu yang diperlukan untuk mematikan separuh dari populasi semut hitam di laboratorium (LT 50

Budi Daya Kakao pada Kebun Campur

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO UNTUK MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI GORONTALO

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Analisis Faktor-faktor Adopsi Metode PsPSP pada Penanggulangan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Pekon Kuripan

MADE SUKARATA POPT Madya Dinas Perkebunan Provinsi Bali ABSTRAK

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten

Efikasi biopestisida ekstrak Andropogon nardus dalam menekan serangan hama dan penyakit utama buah Kakao di Sumatera Barat

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

MAKALAH SEMINAR UMUM. SIFAT JARINGAN KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) TAHAN HAMA PENGGEREK BUAH

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

PENINGKATAN KELIMPAHAN POPULASI PREDATOR DOMINAN PENGGEREK BUAH KAKAO,

Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 1 Februari 2017 ISSN

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI INTEGRASI KAKAO DAN KAMBING DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA SULAWESI TENGAH

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

IDENTIFIKASI FAKTOR KETAHANAN ALAMI TANAMAN KAKAO KLON TAHAN DAN PEKA HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TESIS MAGISTER PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aplikasi biokaolin untuk perlindungan buah kakao dari serangan PBK, Helopeltis spp. dan Phytophthora palmivora

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

EFEKTIVITAS ISOLAT DAN METODE PAPARAN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin TERHADAP MORTALITAS DAN MIKOSIS Spodoptera litura Fabricius

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009)

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

PENINGKATAN KELIMPAHAN POPULASI PREDATOR DOMINAN

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

e-j. Agrotekbis 2 (3) : , Juni 2014 ISSN :

PENDAHULUAN Latar Belakang

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013

Transkripsi:

Keefektifan Paket Teknologi Pengendalian Penggerek Buah Kakao (PBK) di Provinsi Bali (Gusti Indriati, Samsudin, dan Rubiyo) KEEFEKTIFAN PAKET TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BALI THE EFFECTIVENESS OF COCOA POD BORER (CPB) CONTROL TECHNOLOGY PACKAGES IN BALI PROVINCE * Gusti Indriati, Samsudin, dan Rubiyo Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Jalan Raya Pakuwon km 2 Parungkuda, Sukabumi Indonesia 43357 * gindriati@yahoo.co.id (Tanggal diterima: 22 Desember 2012, direvisi: 24 Januari 2013, disetujui terbit: 26 Februari 2013) ABSTRAK Hama penggerek buah kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella Snell.) merupakan hama utama yang menyerang hampir seluruh perkebunan kakao di Indonesia, termasuk Bali. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi yang efektif untuk mengendalikan PBK. Penelitian dilakukan pada areal kakao di kelompok Subak Abian Puncaksari, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali dari tahun 2006 sampai 2009. Paket teknologi pengendalian PBK yang diuji ialah: P0 (teknologi petani), P1 (panen sering + penyarungan buah muda + pemangkasan), P2 (panen sering + pemangkasan + Beauveria bassiana), dan P3 (panen sering + pemangkasan + penyarungan buah muda + Beauveria basiana) dengan 5 ulangan. Setiap paket diintroduksikan kepada masing-masing 5 petani pada lahan 0,5 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paket teknologi P1 dan P3 merupakan paket teknologi pengendalian PBK yang efektif menurunkan tingkat dan intensitas serangan PBK dan menekan kehilangan hasil sampai 0%. Kata Kunci: Kakao, Conopomorpha cramerella (Snell.), pengendalian ABSTRACT The cocoa pod borer (CPB) caused by Conopomorpha cramerella (Snell.) is one of major pests having attacked almost all cocoa plantations in Indonesian, including Bali. The aim of this research was to find out of CPB control technology in Tabanan Regency, the province of Bali. The study was conducted at the group of Subak Abian Puncaksari, province of Bali during 2006 until 2009. The CPB control technology packages tested are P0 (farmer s technologies), P1 (frequent harvesting + pods sleeving + pruning), P2 (frequent harvesting + pruning + Beauveria bassiana), P3 (frequent harvesting + pruning + pods sleeving + B. bassiana. Each package was applied to cocoa plantations of 5 farmers having of 0.5 ha each. The results indicated that P1 and P3 packages can reduce the rate and intensity of CPB attack and reduce losses 0 percent. Keywords: Cocoa, Conopomorpha cramerella (Snell.), controlling PENDAHULUAN Provinsi Bali merupakan salah satu wilayah penghasil kakao di Indonesia. Daerah pengembangannya meliputi Kabupaten Tabanan, Jembrana (Negara), Buleleng (Singaraja), Gianyar, Bangli, Karangasem, dan Badung (Putra et al., 2011), dengan produktivitas yang masih rendah, yaitu rata-rata 658 kg/ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011). Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kakao di Bali disebabkan serangan hama penggerek buah kakao (PBK), Conopomorpha cramerella. Menurut Depparaba (2002) larva PBK yang menggerek buah kakao akan merusak plasenta buah sehingga aliran makanan menuju buah terhenti, akibatnya perkembangan biji dalam buah terhambat dengan biji akan saling melekat satu sama lain. 65

Buletin RISTRI 4 (1): 65-70 Maret, 2013 Berbagai metode pengendalian PBK yang sudah pernah diterapkan antara lain sistem pangkas eradikasi (SPE), yaitu dengan perompesan buah dan panen pada saat masak awal yang diikuti pembenaman dan pengarungan kulit buah. Teknik pengendalian ini memberikan hasil yang positif karena hama kehilangan tempat bertelur. Namun teknik ini mempunyai kelemahan yaitu peluang kehilangan hasil panen dalam jumlah cukup besar (Lala et al., 2005) sehingga tingkat adopsi teknologi ini di tingkat petani sangat rendah. Sementara itu pengendalian biologi dengan musuh alami parasitoid Trichogramma bactrae fumata dan entompatogen Beauveria bassiana ternyata belum efektif (Mustafa, 2005). Teknik pengendalian dengan penyarungan buah muda (pentil) memberikan harapan positif untuk mengendalikan PBK. Hasil penelitian Mustafa (2005) menunjukkan bahwa penyarungan buah muda sangat efektif melindungi buah, menghasilkan biji besar tidak menghambat perkembangan buah, bahkan dapat melindungi dari penyakit busuk buah. Sementara itu hasil penelitian Suwitra, et al. (2010) menunjukkan bahwa intensitas serangan PBK dapat dikurangi dengan metode penyarungan buah pada saat ukurannya 5-8 cm. Teknik pengendalian lainnya yang terbukti efektif mengendalikan PBK adalah penggunaan insektisida berbahan aktif ganda sipermetrin dan klorpirifos yang mampu mematikan 56,27-71,47% larva dan menekan kehilangan hasil sebesar 75,9-88,9% dibandingkan dengan kontrol pada buah kakao panjang < 9 cm (Sulistyowati et al., 2007). Akan tetapi pengendalian PBK dengan menggunakan pestisida kimia sintetik telah terbukti dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain: meninggalkan residu berbahaya pada hasil, pencemaran lingkungan dan ketidakseimbangan ekosistem di lahan pertanaman. Sementara itu dalam sistem perdagangan dunia yang tanpa batas dewasa ini, maka perdagangan produk-produk konsumsi seperti kakao ini akan sangat menekankan pada persyaratan mutu, keamanan pangan, sanitary and phytosanitary (SPS) serta jaminan kegiatan produksi yang dilakukan secara ramah lingkungan. Strategi pengendalian PBK di Indonesia yang sedang dikembangkan saat ini berpedoman pada konsep pengendalian hama terpadu (PHT) yang memadukan antara komponen bahan tanam unggul tahan PBK, agens hayati, dan manajemen lingkungan. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi pengendalian yang efektif mengendalikan hama PBK di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di kelompok Subak Abian Puncaksari, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali selama 3 tahun mulai dari tahun 2006 sampai 2009. Teknologi pengendalian PBK yang diuji terdiri dari 4 paket, yaitu: (P0) Teknologi petani; (P1) Panen sering + penyarungan buah muda + pemangkasan; (P2) Panen sering + pemangkasan + Beauveria bassiana; (P3) Panen sering + pemangkasan + penyarungan buah muda + B. bassiana. Penelitian melibatkan 20 orang petani di kelompok Subak Abian Puncaksari. Setiap paket teknologi diintroduksikan pada masing-masing 5 orang petani sebagai ulangan dan masing-masing petani hanya menerapkan satu paket teknologi pada lahan masing-masing 0,5 hektar. Penelitian diaplikasikan pada kebun seluas 10 hektar. Panen buah kakao yang sudah masak dilakukan setiap 7 hari sekali. Penyarungan buah dilakukan pada buah muda berumur sekitar 3 bulan dengan ukuran panjang 5-8 cm. Sedangkan penyemprotan B. bassiana dilakukan 3 kali dimulai pada saat buah berumur 2 bulan dengan interval 2 minggu. Seluruh kulit buah dan buah yang terserang PBK dikubur dalam lubang berukuran 0,5x0,5x0,5 meter kemudian ditutup. Pengambilan data dari setiap ulangan dilakukan sebanyak 5 kali dengan interval 2 minggu pada semua buah kakao yang dipanen. Parameter yang diamati meliputi: persentase serangan, tingkat kerusakan, kehilangan hasil, dan intensitas serangan. Data yang dikumpulkan adalah biji rusak sebelum perlakuan (%), biji rusak setelah perlakuan (%), bobot biji basah, bobot biji kering, bobot per satu biji kering, rendemen, dan nilai buah (pod value). Tingkat serangan didasarkan pada persentase biji lengket yang dinyatakan pada 4 kategori serangan seperti pada Tabel 1 (Deptan, 66

Keefektifan Paket Teknologi Pengendalian Penggerek Buah Kakao (PBK) di Provinsi Bali (Gusti Indriati, Samsudin, dan Rubiyo) 2006). Setiap kategori kerusakan buah diberi nilai pembobot, yaitu buah sehat (Sh = 0), serangan ringan (R = 1), sedang (S = 3) dan berat (B = 9). Intensitas serangan (SI) dihitung berdasarkan rumus: SI = (0*Sh + 1*R + 3*S + 9*B) x 100% Jumlah buah diamati Persentase kehilangan hasil dihitung berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Wardani et al. (1997), sebagai berikut: Y = - 0,0210 + 0,1005X Dimana: Y = kehilangan hasil X = skor intensitas serangan Tabel 1. Skala tingkat serangan PBK Table 1. Scale of attack rate of CPB Skala Tingkat Serangan Keterangan 0 Bersih (Free) Tidak ada biji lengket. 1 Ringan (Low) Terdapat biji lengket < 10% tetapi semua biji masih dapat dikeluarkan dari kulit buah. 3 Sedang (Medium) Terdapat biji lengket antara 10 50%, sebagian besar biji masih dapat dikeluarkan dari kulit buah. 4 Berat (High) Terdapat biji lengket > 50%, dan sebagian besar biji tidak dapat dikeluarkan dari kulit buah. Sumber/Source: Deptan (2006) Uji beda rata-rata dilakukan dengan uji F yang dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf nyata 5% jika terdapat perbedaan antar perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan terhadap serangan PBK sebelum dilakukan pengujian di kebun petani yang menjadi lokasi penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat serangan PBK mencapai 24,96 %, dengan tingkat kerusakan biji pada skala tingkat serangan sedang (medium) (Tabel 2). Tingkat serangan seperti ini mengindikasikan bahwa serangan PBK di lokasi penelitian sudah berada pada tingkat yang merugikan secara ekonomi. Menurut Sjafaruddin et al. (2000) pada tingkat serangan sedang, biji hanya dapat diolah dengan cara dikeringkan sehingga menghasilkan biji dengan kualitas rendah dan kotor. Berdasarkan data hasil panen yang dikumpulkan selama 3 tahun (2006 sampai 2009), rata-rata produktivitas kakao di lokasi yang digunakan untuk penelitian hanya mencapai 546,47 kg/ha/tahun, jauh di bawah potensi produksi kakao yang dapat mencapai 2 ton biji kering/ha/tahun. Hal ini juga menunjukkan bahwa serangan PBK selama ini telah secara signifikan menurunkan produktivitas kakao. Intensitas serangan PBK sebelum introduksi paket teknologi di lokasi penelitian pada skala tingkat sedang dengan rata-rata 26,4% dan terjadi secara merata di seluruh kebun milik petani. Sementara itu kehilangan hasil mencapai rata-rata 0,23 atau 23% dari total potensi hasil. Tingginya tingkat dan intensitas serangan PBK di lahan kebun petani disebabkan kebun milik petani rata-rata kurang dipelihara dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya pembersihan gulma di bawah tanaman kakao dan pemangkasan tanaman, serta tidak dilakukannya pemupukan yang memadai. Upaya pengendalian PBK yang dilakukan oleh petani dengan menggunakan insektisida kimia tidak efektif, karena dilakukan pada buah yang sudah tua. Menurut Azhar (2000) infestasi PBK pada buah terjadi saat buah berumur sekitar 3 bulan dan infestasi jarang ditemukan pada buah yang sudah masak atau yang masih terlalu muda. Tabel 2. Tingkat serangan, intensitas serangan dan kehilangan hasil akibat serangan PBK sebelum penerapan paket teknologi pengendalian Table 2. Attack rate, attack intensity and yield loss before application of CPB control technology packages Lokasi Perlakuan Tingkat serangan Skala tingkat kerusakan biji Intensitas serangan Kehilangan hasil (%) (%) P0 32,38 a Sedang 35,0 a 0,33 a P1 24,50 a Sedang 20,0 a 0,18 a P2 21,09 a Sedang 20,8 a 0,19 a P3 21,89 a Sedang 22,6 a 0,21 a Rata-rata 24,96 Sedang 26,4 0,23 67

Buletin RISTRI 4 (1): 65-70 Maret, 2013 (%) 35.00 30.00 Tingkat serangan PBK 25.00 20.00 15.00 10.00 P0 P1 P2 P3 5.00 0.00 M0 M2 M4 M6 M8 Minggu ke- Gambar 1. Tingkat serangan PBK pada 0 8 minggu setelah perlakuan Figure 1. CPB attack rate at 0-8 weeks after application 45.00 Intensitas 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 M0 M2 M4 M6 M8 Minggu ke- Gambar 2. Intensitas serangan PBK pada 0 8 minggu Figure 2. CPB attack intensity at 0-8 week after application P0 P1 P2 P3 Hasil penelitian selama 3 tahun berturutturut terhadap tingkat dan intensitas serangan PBK menunjukkan bahwa semua paket teknologi pengendalian PBK yang diintroduksi mampu menurunkan tingkat dan intensitas serangan PBK dibandingkan dengan perlakuan petani (P0). Hasil pengambilan data pada panen ke-2 (M2) dari kebun yang menerapkan paket teknologi (P1) dan (P3) sudah tidak ada sama sekali serangan PBK pada semua lokasi. Sementara itu paket teknologi (P2) meskipun secara nyata mampu menurunkan tingkat dan intensitas serangan PBK dibandingkan teknologi petani (P0), akan tetapi sampai pengambilan data panen ke-4 (M4) tingkat dan intensitas serangan PBK masih di atas 10%. Terjadinya penurunan tingkat dan intensitas serangan pada semua lokasi kebun yang digunakan dalam penelitian ini mulai panen ke-4 diduga karena populasi PBK di lahan perkebunan setempat berkurang (Gambar 1 dan 2). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa paket teknologi yang salah satu komponen teknologinya berisi teknologi penyarungan buah muda (pentil) efektif melindungi buah kakao dari serangan PBK secara penuh. Sedangkan paket teknologi yang berisi tindakan panen sering dan 68

Keefektifan Paket Teknologi Pengendalian Penggerek Buah Kakao (PBK) di Provinsi Bali (Gusti Indriati, Samsudin, dan Rubiyo) pemangkasan meskipun mampu menurunkan tingkat serangan PBK, tetapi belum dapat melindungi buah kakao secara penuh. Sementara itu pengaruh pemanfaatan agens hayati Beauveria bassiana dalam menurunkan tingkat dan intensitas serangan PBK pada paket teknologi yang diuji dalam penelitian ini belum terlihat secara nyata. Hasil penelitian Yuliasmara et al. (2010) menunjukkan bahwa perlakuan penyarungan buah kakao efektif menurunkan persentase buah terserang PBK menjadi 33,8% dibandingkan tanpa penyarungan yang mencapai 84,7%. Hasil penelitian Rosmana et al. (2010) juga menunjukkan bahwa penyarungan buah kakao dengan plastik menyebabkan penurunan kerusakan menjadi 8,4% dibandingkan kontrol 62,3%. Hasil pengamatan terhadap kehilangan hasil menunjukkan bahwa semua paket teknologi pengendalian PBK mampu menurunkan kehilangan hasil secara nyata dibandingkan dengan paket teknologi petani (P0). Bahkan pada saat panen ke-2 (M2) paket teknologi pengendalian P1 dan P3 mampu menyelamatkan buah kakao 100% di semua kebun yang dijadikan lokasi penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa paket teknologi pengendalian PBK yang diintroduksikan mampu menurunkan tingkat dan intensitas serangan PBK dan mampu menekan kehilangan hasil. Paket teknologi P1 (panen sering + penyarungan buah muda + pemangkasan) dan P3 (panen sering + pemangkasan + penyarungan buah muda + B. basiana) efektif menekan tingkat dan intensitas serangan PBK dan mampu menyelamatkan hasil sampai 100%. Di antara teknologi yang diintroduksikan dalam bentuk paket tersebut, teknologi penyarungan diduga secara signifikan efektif melindungi buah kakao dari serangan PBK (Gambar 3). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maya et al. (2006) di wilayah Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Maluku yang menunjukkan bahwa penyarungan buah dapat menekan serangan PBK hampir 80%. Demikian pula yang dilaporkan oleh Senewe dan Wagiman (2010) bahwa penyarungan buah muda mampu melindungi buah kakao dari serangan hama PBK sampai 97,38 %. Kehilangan hasil 0.450 0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000 M0 M2 M4 M6 M8 Minggu ke- P0 P1 P2 P3 Gambar 3. Tingkat kehilangan hasil akibat PBK pada 0 8 minggu Figure 3. Yield losses caused CPB attack at 0-8 week after application 69

Buletin RISTRI 4 (1): 65-70 Maret, 2013 KESIMPULAN Paket teknologi P1 dan P3 efektif menurunkan tingkat dan intensitas serangan PBK dan mampu menekan kehilangan hasil akibat serangan PBK sampai 0%. Diantara teknologi pengendalian yang diintroduksikan dalam bentuk paket tersebut, teknologi penyarungan buah muda merupakan teknologi yang secara nyata mampu melindungi buah kakao dari serangan PBK. DAFTAR PUSTAKA Azhar, I. 2000. Measuring ovipositional preference of the cocoa pod borer, Conopomorpha cramerella (Lepidoptera:Gracillariidae) to various cocoa clones In C.L. Bong, C.H. Lee & F.S. Shari (Eds.) Procceding of Incoped 3 rd International Seminar, Malaysian Cocoa Bord. p. 57-59. Departemen Pertanian, 2006. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kakao. Edisi Kedua. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. Direktorat Perlindungan perkebunan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta. Depparaba, F. 2002. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella Snell.) dan penanggulangannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21 (2): 69-74. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Komoditas Kakao Tahun 2010-2011. Kementerian Pertanian. Lala, F., M. Syukur, dan A. H. Talanca. 2005. Kajian kelayakan rakitan teknologi pengendalian penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella Snell di daerah Tidore Kepulauan. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel. 178-186. Maya, D. I. T., B. Priyono, Ruzelfin, dan K. Abiyoso. 2006. Pedoman Teknis Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Tanaman Kakao. Dirjen Perkebunan. Departemen Pertanian. Mustafa, B. 2005. Kajian penyarungan buah muda kakao sebagai suatu metode pengendalian penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella Snellen (Lepidoptera: Gracillariidae). Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel. Hlm. 23-35. Putra, I. G. A. P., N. L. Watiniasih, dan N. M. Suartini. 2011. Inventarisasi serangga pada perkebunan kakao (Theobroma cocoa) Laboratorium Unit Perlindungan Tanaman Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Jurnal Biologi XIV (1): 19-24. Rosmana, A., M. Shepard, P. Hebbar, dan A. Mustari. 2010. Control of cocoa pod borer and Phytopthora pod rot using degradable plastic pod sleeves and a nematode, Steinernema carpocapsae. Indonesian Journal of Agricultural Science 11 (2): 41-47. Senewe, R. E. and F. X. Wagiman. 2010. The position and wrapping of cocoa fruits to prevent pest attack of Conopomorpha cramerella. Jurnal Budidaya Pertanian 6: 21-24. Sjafarudin, M., G. Kartono, R. Djamaluddin, Rubiyo, E. Sutisna, dan D. Sahara. 2000. Status dan upaya pengendalian hama penggerek buah kakao di Sulawesi Tenggara. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 2 (2): 122-129. Sulistyowati, E., E. Mufrihati, dan S. Wardani. 2007. Potensi insektisida berbahan aktif ganda sipermetrin plus klorpirifos dalam mengendalikan penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella Snell. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 23 (3): 159-167. Suwitra, I. K., D. Mamesah, dan Ahdar. 2010. Pengendalian hama penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella dengan metode sarungisasi pada ukuran buah kakao yang berbeda. Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung program Pertanian Propinsi Sulawesi Utara. Hlm. 165-174. Wardani, S., H. Winarno dan E. Sulistyowati. 1997. Model pendugaan kehilangan hasil akibat serangan hama penggerek buah kakao. Pelita Perkebunan 13: 33-39. Yuliasmara, F, F. Firdaus, E. Sulistyowati, dan A. A. Prawoto. 2010. Keefektifan beberapa formula pelapis nabati untuk melindungi buah kakao dari serangan hama penggerek buah kakao. Pelita Perkebunan 26 (3): 142-155. 70