Insentif/Kemudahan di Bidang Perpajakan I. Pajak Penghasilan Jenis Kemudahan Fasilitas yang diberikan Keterangan 1. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1994. Tentang Fasilitas Perpajakan atas penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah a. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat. b. Kompensasi kerugian mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan paling lama 10 tahun. c. Pengurangan Pajak Penghasilan atas laba setelah pajak. 2. Keputusan Presiden Nomor : 75 Tahun 1994. Tentang Fasilitas bagi ESSO Exploration And Production Natuna Inc. a. Tarif PPh : 30%. b. PPh atas sisa laba setelah dikurangi PPh dikenakan PPh Pasal 26 sebesar 5 %. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1994. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995. Tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, PPN dan PPnBM, serta PPh dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah dibiayai dengan hibah dan pinjaman luar negeri. a. Pembebasan Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan atas impor barang oleh kontraktor utama. b. Tidak dipungut PPN dan PPnBM atas impor Barang Kena Pajak oleh kontraktor utama. c. PPh yang terutang oleh kontraktor utama ditanggung oleh Pemerintah. a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 239/KMK.04/1996 Tanggal 1 April 1996. b. Surat Edaran Bersama DJP/DJA/DJBC Nomor : SE-64/A/71/0596, SE- 32/PJ./1996, SE-19/BC/1996 Tanggal 13 Mei 1996.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1996. Tentang PPh atas Penghasilan Wajib Pajak Badan untuk usaha industri PPh yang terutang oleh Wajib Pajak Badan dalam negeri yang baru didirikan untuk usaha industri tertentu ditanggung pemerintah paling lama 10 tahun. Pelaksanaannya ditetapkan oleh Presiden dari usul Tim Pengkajian Pemberian Fasilitas Perpajakan Usaha Industri Tertentu. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1996. Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 1994 tentang Pembayaran PPh bagi orang pribadi yang bertolak ke luar negeri. 6. : 633/KMK.04/1994. Tentang Imbalan dalam bentuk natura/kenikmatan di daerah tertentu (terpencil). 7. : 507/KMK.04/1996 tanggal 13 Agustus 1996. Tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap. Pengecualian dari kewajiban Pembayaran PPh bagi orang pribadi yang berolak ke luar negeri dalam kawasan kerja sama ekonomi sub regional ASEAN. Imbalan dalam bentuk natura/kenikmatan boleh dibiayakan bagi perusahaan dan bukan penghasilan bagi karyawan. a. Selisih penilaian kembali Aktiva Tetap dikenakan PPh sebesar 10%. b. Penyusutan menurut kelompok aktiva yang bersangkutan dan berdasarkan nilai setelah dilakukan penilaian kembali. a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 625/KMK.04/1996 Tanggal 31 Oktober 1996. b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-38/PJ.41/1996 Tanggal 1 Desember 1996. a. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-29/PJ.4/1995 tanggal 5 Juni 1995. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-30/PJ.42/1996 tanggal 14 Agustus 1996.
II. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Jenis Kemudahan Fasilitas yang diberikan Keterangan 1. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1996. Tentang Perlakuan Perpajakan Bagi PKP Berstatus EPTE dan Perusahaan Pengolahan di Kawasan Berikat (KB). a. Penangguhan PPN dan PPnBM aas impor barang modal, barang dan/atau bahan dari luar Daerah Pabean ke dalam EPTE/KB. b. PPN dan PPnBM tidak dipungut atas penyerahan BKP antar PKP EPTE dan perusahaan pengolahan di KB. c. Perlakuan Perpajakan yang sama terhadap barang yang diekspor atas penyerahan BKP oleh produsen dari Daerah Pabean Indonesia lainnya kepada perusahaan bestatus EPTE. a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 42/KMK.01/1996 Tanggal 25 Januari 1996. b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 43/KMK.01/1996 Tanggal 25 Januari 1996. 2. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1996. Tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1986 tentang PPN Yang Terutang Atas Impor dan Penyerahan BKP dan JKP Tertentu yang Ditanggung Pemerintah (DTP) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 1995. a. PPN DTP atas impor Barang Kena Pajak b. PPN DTP atas penyerahan Barang Kena Pajak c. PPN DTP atas penyerahan Jasa Kena Pajak 326/KMK.04/1996 Tanggal 7 Mei 1996.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995. Ket : Lihat pada angka L Pajak Penghasilan butir 3. 4. : 548/KMK.04/1994. Tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 47/KMK.01/1987 tanggal 26 Januari 1987 tentang Pelaksanaan Pemungutan PPN dan PPnBM atas Pengeluaran/ Pemasukan/ Penyerahan BKP atau JKP dari/ke/di KB Daerah Industri Pulau a. PPN dan PPnBM tidak terutang atas pemasukan BKP dari luar Daerah Pabean Indonesia ke dalam KB Pulau Batam. b. PPN dan PPnBM tidak terutang atas penyerahan BKP/JKP di KB Pulau Batam. c. PPN dan PPnBM tidak dipungut atas pemasukan/penyerahan BKP dari luar Daerah Pabean Indonesia ke dalam KB Pulau Batam. Batam dan Pulau-pulau di sekitarnya yang dinyatakan sebagai KB (Bonded Zone). 5. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1996. Tentang Tempat Penimbunan Berikat (TPB). a. PPN dan PPnBM tidak dipungut atas barang/bahan impor yang dimasukkan ke TPB dan atas penyerahan BKP dalam negeri ke TPB. b. PPN dan PPnBM tidak dipungut atas impor barang modal/peralatan untuk pembangunan/ konstruksi/ perluasan KB.
6. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 1991. Tentang Perlakuan PPh, PPN dan Pungutanpungutan Lainnya Terhadap Pelaksanaan Kuasa dan Ijin Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi Untuk Pembangkitan Energi/Listrik. Penundaan pembayaran PPN sampai dengan saat mulai berproduksi. 766/KMK.04/1992 Tanggal 13 Juli 1992. 7. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1989. Tentang Penundaan Pembayaran PPN Atas Penyerahan Jasa Pencarian Sumber-sumber dan Pemboran Minyak dan Gas Bumi Bagi Para Kontraktor Yang Belum Berproduksi. Penundaan Pembayaran PPN terhitung sejak tanggal 1 April 1989 sampai dengan saat mulai berproduksi kepada Kontraktor Production Sharing. 572/KMK.04/1989 Tanggal 25 Mei 1989. 8. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1989. Tentang Usaha Penyediaan Tenaga Listrik oleh Swasta. a. Pembebasan atas Bea Masuk. b. Tidak dipungut PPh Pasal 22. c. PPN dan PPnBM ditangguhkan. 128/KMK.00/1993 Tanggal 10 Pebruari 1993.
II. Pajak Bumi dan Bangunan Jenis Kemudahan Fasilitas yang diberikan Keterangan 1. Pengenaan PBB bagi investasi di wilayah Diberikan pengurangan sebesar 50% dari PBB terutang selama 8 (delapan) tahun, bagi : : 748/KMK.04/1990 tanggal 28 Juni 1990. - Wajib Pajak yang melakukan investasi baru dan perluasan di wilayah Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB, Tim-Tim, Maluku dan Irian Jaya. - Di bidang : Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Pertambangan, Kehutanan, Perindustrian, Real Estat/Industri Estat, Perhotelan/Kepariwisataan, Prasarana dan Sarana Ekonomi serta jasa angkutan darat, laut dan udara. 2. Pemberian pengurangan PBB a. Diberikan pengurangan setinggi-tingginya 75% dari PBB terutang bagi : : 158/KMK.04/1991 tanggal 13 Pebruari - Objek Pajak yang dimiliki/dikuasai atau dimanfaatkan oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah. 1991. b. Diberikan pengurangan setingg-tingginya 100% dari PBB terutang bagi : - Objek Pajak yang terkena bancana alam seperti gempa bumi, banjir, longsor, dsb.
3. Pemberian Pengurangan PBB secara Kolektif bagi Wajib Pajak Perseorangan sebelum SPPT diterbitkan. Bagi Wajib Pajak para pensiunan PNS/ABRI diberikan kemudahan mengajukan permohonan pengurangan secara kolektif melalui organisasi PWRI, LVRI dan PEPABRI sebelum SPPT diterbitkan. Surat Edaran Bersama Dirjen Pajak dan Dirjen PUOP Nomor : SE-48/PJ.6/1995, 973/2625/PIOD. Jakarta, Nopember 1996 Pjs. Direktur Peraturan Perpajakan ttd Moch. Soebakir NIP 060020875