BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

PENDAHULUAN BAB I. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan dirumuskan sesuai dengan Undang-Undang No. 20. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan setiap individu menjadi warga negara yang berkepribadian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat semakin meningkatkan tuntutan hidup masyarakat di segala bidang, termasuk dalam bidang pendidikan. Oleh sebab itu, sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat ini. Upaya meningkatkan mutu pendidikan merupakan bagian dari usaha meningkatkan sumber daya manusia baik dari segi kemampuan, kepribadian dan tanggung jawab sebagai masyarakat dan warga negara. Salah satu hal yang paling pokok dan mendasar dalam pendidikan adalah belajar. Slameto (2003: 2) mengemukakan bahwa, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar bukan merupakan pemupukan pengetahuan melainkan suatu proses yang jauh lebih kompleks yang berhubungan dengan nilai sikap, keterampilan, dan pemahaman. Upaya meningkatkan mutu pendidikan juga tidak terlepas dari sebuah kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat suatu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan siswa. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam 1

proses pembelajaran harus terjalin interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun interaksi siswa dengan sumber belajar. Melalui interaksi tersebut siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif dan dapat termotivasi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan. Guru mempunyai peran untuk membimbing siswa sedemikian rupa, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Potensi yang dikembangkan siswa melalui bimbingan guru tidak hanya pada kecerdasan intelektual saja, namun juga pada sikap dan keterampilan. Selain itu, guru harus pandai dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan saat proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih oleh guru diharapkan dapat melibatkan semua siswa secara aktif saat mengikuti pembelajaran, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang nyaman bagi siswa. Hal tersebut seperti yang dijabarkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pembelajaran yang dilaksanakan mempunyai tujuan untuk mengembangkan semua aspek baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Melalui cara seperti itu, siswa tidak hanya pandai dalam bidang akademik namun juga pandai dalam bidang non akademik. Proses pembelajaran yang 2

diselenggarakan di sekolah dasar diharapkan dapat mengembangkan tiga aspek tersebut. Hal tersebut perlu diperhatikan oleh seorang guru khususnya guru sekolah dasar dalam melaksanakan pembelajaran, seperti yang telah dirumuskan oleh pemerintah tentang tujuan pendidikan nasional, yang dijabarkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan studi pendahuluan di kelas V SD Negeri Klegung 1 Tempel yang dilakukan pada tanggal 11 Januari sampai dengan 14 Januari 2012, terdapat beberapa informasi yang dapat mendukung penelitian. SD Negeri Klegung 1 merupakan sekolah dasar yang mempunyai siswa paling banyak di Kecamatan Tempel. Siswa yang berada di sekolah ini berasal dari beberapa wilayah desa yang ada di Kecamatan Tempel yang memiliki latar belakang dan pengetahuan yang berbeda. Salah satu kelas tinggi yang memiliki perbedaan latar belakang dan pengetahuan yaitu siswa kelas V. Guru kelas V pada mata pelajaran PKn di SD ini jarang menggunakan media pembelajaran. Pada saat observasi guru sedang menyampaikan materi tentang organisasi di lingkungan masyarakat. Untuk materi ini, hendaknya guru dapat membawa beberapa gambar berwarna contoh kegiatan organisasi di lingkungan masyarakat. Akan tetapi, guru hanya berpegang satu buku paket mata pelajaran PKn dari BSE sebagai sumber belajar, sehingga proses 3

pembelajaran berlangsung kurang interaktif dan hanya terbangun komunikasi satu arah, tanpa menggunakan media pembelajaran. Gagne dan Briggs 1975 (Azhar Arsyad, 2011: 4) mengemukakan bahwa, media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari tape recorder, kaset, film gambar bingkai (slide), foto, gambar, grafik dan televisi. Media berfungsi sebagai penunjang dalam proses pembelajaran agar berjalan lebih efektif dan interaktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan sumber belajar. Mata pelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang membutuhkan media pembelajaran guna mempermudah siswa dalam menerima materi. Media juga dapat mempermudah siswa dalam menerapkan nilai-nilai yang terkandung pada materi ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, tujuan mata pelajaran PKn akan tercapai. Fathurrohman & Wuri Wuryandani (2010: 9) mengemukakan bahwa, tujuan mata pelajaran PKn diantaranya untuk memberikan kompetensi-kompetensi berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Selain itu, siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Melihat tujuan PKn tersebut, maka mata pelajaran PKn sangat penting disampaikan di sekolah dasar. Salah satunya sebagai dasar membentuk kepribadian dan moral pada diri siswa agar menjadi manusia yang bertanggung jawab bagi dirinya, nusa, bangsa, dan negara. 4

Proses pembelajaran yang dilakukan guru kelas V pada mata pelajaran PKn di SD ini juga masih menggunakan model pembelajaran konvensional berupa ceramah dan dengan tanya jawab namun, dijawab sendiri oleh guru. Pernyataan tersebut didasarkan pada hasil pengamatan proses pembelajaran PKn. Menurut B. Suryosubroto (2002: 165) mengemukakan bahwa, metode ceramah merupakan sebuah metode dengan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Guru menggunakan metode ceramah, mengharapkan agar siswa duduk, diam, mendengarkan, serta mencatat pokok-pokok yang dikemukakan oleh guru. Dengan sistem pembelajaran konvensional ini, siswa dipaksa untuk bekerja secara individu tanpa banyak kesempatan untuk aktif berinteraksi dan bekerjasama dengan yang lain. Suasana belajar yang penuh pengisolasian seperti ini dapat membentuk sikap dan hubungan yang negatif dapat memadamkan semangat siswa. Ketika dilakukan observasi untuk studi pendahuluan. Terlihat beberapa siswa kelas V di SD ini yang mengantuk, asyik bercanda dengan temannya, dan menggambar di buku ketika proses pembelajaran PKn berlangsung di dalam kelas. Pernyataan tersebut didasarkan pada hasil pengamatan proses pembelajaran PKn yang berlangsung di dalam kelas. Hal ini berakibat, siswa belum secara maksimal mengembangkan kemampuan berpikir, bersikap, dan berketerampilan. Mayoritas siswa kelas V masih pasif, kurang memperhatikan guru, dan kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam standar proses yang dijabarkan dalam Undang-undang 5

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa, proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas V di SD ini saat dilakukan studi pendahuluan, siswa masih menganggap hanya dengan menghafal catatan materi PKn, sudah dapat menguasai suatu konsep untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Ketika proses pembelajaran PKn berlangsung siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatat materi pokok yang di sampaikan guru, sehingga siswa belajar hanya dengan catatan dan menghafalnya tanpa mengetahui konsep yang sebenarnya. Materi PKn di kelas V yang cukup banyak, menjadikan guru merasa tergesa-gesa dalam menyampaikan materi, sedangkan alokasi waktu yang tersedia terbatas yaitu, 2 x 35 menit setiap minggunya. Hal ini berdampak pada hasil belajar PKn yang diperoleh saat Tes Kendali Mutu (TKM) semester 1 dengan nilai yang belum mencapai KKM. Nilai rata-rata masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 67. Berikut nilai rata-rata lima mata pelajaran TKM semester 1 kelas V SD Negeri Klegung 1 Tempel. 6

Tabel 1. Nilai Rata-rata Tes Kendali Mutu (TKM) Semester 1 Siswa Kelas V SD Negeri Klegung 1 Tempel No. Mata Pelajaran Nilai Rata-rata Nilai Rata-rata Kelas VA Kelas VB 1. Pendidikan Kewarganegaraan 52,3 57,8 2. Bahasa Indonesia 59,08 69,3 3. Matematika 36, 5 44,1 4. IPA 56,17 62,7 5. IPS 48,7 53,2 Sumber: Dokumen Guru Kelas V SD Negeri Klegung 1 Melihat rata-rata hasil belajar TKM siswa kelas V SD Negeri Klegung 1 pada lima mata pelajaran tersebut, nilai rata-rata mata pelajaran PKn bukan merupakan nilai yang paling rendah, masih terdapat dua mata pelajaran yang nilai rata-ratanya lebih rendah dari PKn yaitu Matematika dan IPS, namun yang difokuskan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Alasan pemilihan mata pelajaran tersebut karena, tujuan PKn di antaranya yaitu, memberikan kompetensi-kompetensi berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Selain itu, siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Tujuan tersebut menunjukkan adanya dua ranah yang harus diperhatikan yaitu ranah kognitif dan afektif. Berdasarkan hasil observasi tujuan pembelajaran PKn seperti yang telah diuraikan di atas belum dapat tercapai di kelas V SD Negeri Klegung 1 Tempel. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V di SD ini didapatkan informasi bahwa, guru masih jarang melakukan penilaian hasil belajar pada ranah afektif, guru lebih 7

menekankan pada penilaian ranah kognitif. Hal tersebut dikarenakan guru belum paham dan masih merasa kesulitan dalam menentukan indikator afektif yang dijadikan acuan dalam penilaian hasil belajar ranah afektif. Selain itu, guru juga belum paham cara yang harus digunakan untuk melakukan penilaian hasil belajar ranah afektif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, hendaknya dalam proses pembelajaran guru dapat mengedepankan penilaian hasil belajar ranah afektif. Seperti yang dikemukakan oleh H. Sujati (2010: 15-16), penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru, dalam menilai hasil belajar guru lebih banyak mengukur siswa dalam penguasaan aspek kognitif. PKn salah satu mata pelajaran yang sangat membutuhkan penilaian hasil belajar selain dari ranah kognitif, namun juga dari ranah afektif. Sekalipun bahan pembelajaran berisi ranah kognitif, namun ranah afektif harus tampak dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Penilaian afektif sangat penting dilakukan dalam proses pembelajaran salah satunya pada mata pelajaran PKn, dengan dilakukan penilaian afektif dapat mengukur perkembangan siswa dalam bersikap dan bertingkah laku. Untuk itu, dalam penelitian ini difokuskan pada hasil belajar ranah kognitif dan afektif mata pelajaran PKn kelas V SD Negeri Klegung 1 Tempel. Salah satu model pembelajaran yang saat ini banyak mendapat respon dalam dunia pendidikan yaitu model pembelajaran kooperatif. Di SD Negeri Klegung 1 Tempel model pembelajaran tersebut belum digunakan dalam proses pembelajaran PKn. Rusman (2010: 202) mengemukakan bahwa, 8

cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan siswa yang lain. Walaupun terdapat keberagaman antar siswa, namun akan terjadi persaingan yang positif dalam rangka untuk mencapai hasil belajar PKn yang maksimal, sedangkan guru dalam pembelajaran ini bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Salah satu model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural yang sesuai dengan materi bentuk-bentuk keputusan bersama dan mematuhi hasil keputusan bersama adalah Numbered Heads Together (NHT). Anita Lie (2004: 59) mengemukakan bahwa, Numbered Heads Together (NHT) merupakan suatu teknik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dalam model pembelajaran ini, kelas dibagi menjadi kelompokkelompok kecil secara heterogen yang terdiri dari 4-6 siswa yang bekerjasama dalam suatu perencanaan kegiatan. Selanjutnya, setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling bekerjasama dan bertanggung jawab. Proses pembelajaran dengan menggunakan tipe Numbered Heads Together (NHT) dilaksanakan dengan cara membagi siswa kelas V SD Negeri Klegung 1 menjadi kelompok-kelompok belajar heterogen. Harapannya, cara ini akan menjadikan siswa lebih berpartisipasi serta lebih interaktif. Sesuai 9

dengan karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan karakteristik siswa kelas rendah. Karakteristik siswa kelas V SD ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116-117) karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar diantaranya, gemar membentuk kelompok sebaya dan mempunyai rasa ingin mengetahui serta ingin belajar. Oleh karena, itu diasumsikan bahwa, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) diasumsikan dapat mempengaruhi hasil belajar PKn pada ranah kognitif dan afektif siswa kelas V SD Negeri Klegung 1 Tempel. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah yang terjadi ketika proses pembelajaran PKn kelas V SD Negeri Klegung 1 Tempel, adalah sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran kurang interaktif. 2. Mayoritas siswa masih pasif dan kurang berinteraksi. 3. Mayoritas siswa masih beranggapan dengan menghafal sudah dapat menguasai materi. 4. Nilai rata-rata hasil belajar siswa masih di bawah nilai KKM yaitu 67. 10

C. Batasan Masalah Terdapat beberapa masalah yang ditemukan oleh peneliti ketika observasi, maka peneliti membatasi pada satu permasalahan. Hal tersebut dikarenakan agar penelitian yang dilakukan lebih mendalam. Penelitian dibatasi pada masalah nilai rata-rata hasil belajar siswa masih di bawah nilai KKM yaitu 67. D. Rumusan Masalah 1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri Klegung 1 Tempel? 2. Bagaimana implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD N Klegung 1 Tempel? E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri Klegung 1 Tempel. 2. Mendeskripsikan implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD N Klegung 1 Tempel. 11

F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam pengajaran PKn terutama dalam penggunaan model pembelajaran. Selain itu, akan dapat melengkapi kajian mengenai teknik pelaksanaan, peran, dan manfaat model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan serta keterampilan, khususnya yang terkait dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). b. Bagi guru 1) Mendapat pengalaman menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 2) Mendapatkan motivasi untuk terus berkreasi dalam hal menginovasi model-model pembelajaran sebagai wujud profesionalisme. 3. Bagi siswa a. Siswa menjadi lebih menguasai materi, aktif, dan kreatif. b. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi lebih baik. 12