PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

dokumen-dokumen yang mirip
hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 TENTANG PERBURUAN SATWA BURU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

I. UMUM. Sejalan...

PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

4.Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

KEWENANGAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA.

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

URAIAN TUGAS BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KEPALA BALAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 06 TAHUN 2004

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1994 Tentang : Perburuan Satwa Buru

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI KSDA DAN PELESTARIAN ALAM

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ( 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

SMP NEGERI 3 MENGGALA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PELESTARIAN SATWA BURUNG DAN IKAN

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOM *)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. Perburuan satwa liar merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber

BENTUK-BENTUK DAN PERLINDUNGAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

Transkripsi:

xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami manfaat AMDAL bagi pemilik modal, masyarakat, ilmuwan dan peneliti. 2. Memahami AMDAL dalam pemanfaatan SDA. 3. Memahami identifikasi wilayah konservasi. 4. Memahami konservasi SDA dan lingkungan. 12. Manfaat AMDAL bagi Pemilik Modal Modal untuk pembangunan proyek umumnya dipinjam oleh pemilik proyek atau pengusaha dari bank nasional atau internasional. Apabila proyek berpotensi menimbulkan dampak negatif, setiap permintaan pinjaman harus disertai laporan AMDAL. Adapun manfaat AMDAL bagi pemilik modal adalah sebagai berikut. a. Menentukan prioritas peminjaman sesuai dengan misi. b. Melakukan pengaturan modal. c. Melakukan promosi dari berbagai sumber modal. d. Menghindari duplikasi dari proyek lain yang sama. e. Menjamin modal yang dipinjamkan sesuai dengan tujuan bank dalam membantu pembangunan. f. Menjamin modal yang dipinjamkan dapat dikemballian sesuai jangka waktu peminjaman.

13. Manfaat AMDAL bagi Masyarakat Manfaat AMDAL bagi masyarakat adalah sebagai berikut. a. Turut serta dalam pembangunan di daerahnya sejak awal. b. Mengetahui rencana pembangunan di daerah. c. Mengetahui perubahan lingkungan setelah proyek dibangun. d. Memahami tentang kondisi proyek secara jelas. e. Mengetahui hak dan kewajiban terhadap proyek tersebut. 14. Manfaat AMDAL bagi Ilmuwan dan Peneliti a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan. b. Untuk penelitian ilmiah. c. Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peneliti. 15. AMDAL dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam Sumber daya alam merupakan modal dasar pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun pembangunan dapat menimbulkan kerusakan dan kemerosotan sumber daya alam yang makin lama makin parah. Untuk menghindari hal tersebut, pembangunan harus berwawasan lingkungan atau berkelanjutan agar sumber daya alam membawa kesejahteraan sampai generasi mendatang, dan AMDAL, merupakan sarana untuk mencapai tujuan tersebut. AMDAL mengajak kita untuk senantiasa menghitung risiko dari setiap aktivitas pembangunan. AMDAL selalu menganalisis dampak dari setiap proyek karena AMDAL merupakan bagian dari proses yang mencakup: a. pengelolaan lingkungan, b. pemantauan proyek, c. pengelolaan proyek, d. pengambilan keputusan, e. dokumen yang penting. D. Identifikasi Wilayah Konservasi 1. Pengertian a. Konservasi berarti pelestarian, perlindungan, pemeliharaan. b. Wilayah konservasi adalah wilayah lingkungan alam (sumber daya alam hayati dan ekosistem) yang dilindungi oleh hukum dari pengrusakan atau perubahan. c. Usaha konservasi adalah usaha perlindungan sumber daya alam hayati dan ekosistem untuk mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistem. 2

2. Pembangunan Wilayah Konservasi Pembangunan wilayah konservasi berperan dalam hal-hal berikut. a. Melindungi daerah penyangga. b. Melestarikan keanekaragaman tumbuhan, hewan, dan ekosistem. c. Memanfaatkan sumber daya alam hayati dan ekosistem secara lestari. Pembangunan wilayah konservasi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang memerlukan partisipasi masyarakat secara aktif sehingga timbul hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan antara masyarakat dan lingkungan alam. 3. Ciri-Ciri Pembangunan Wilayah Konservasi Berikut adalah ciri-ciri pembangunan wilayah konservasi. a. Pembangunan wilayah konservasi harus berkelanjutan dengan memerhatikan kepentingan generasi mendatang. b. Pembangunan wilayah konservasi harus berperan melindungi lingkungan hidup dan menciptakan kegiatan pembangunan lain secara efektif dan optimal. c. Pembangunan wilayah konservasi harus dialokasikan secara nyata untuk kepentingan pelestarian alam. 4. Strategi Pembangunan Wilayah Konservasi Berikut adalah strategi pembangunan wilayah konservasi. a. Melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap wilayah konservasi sehingga mencerminkan keanekaragaman dan keunikan tumbuhan dan hewan. b. Agar wilayah konservasi mewakili berbagai ekosistem, dikembangkan wilayah konservasi baru, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. c. Meningkatkan pembinaan hewan liar melalui kegiatan inventarisasi populasi, penangkaran, pengawasan jual beli hewan, dan pembinaan habitat untuk menjamin kelestarian populasi. d. Meningkatkan pembinaan kawasan suaka alam. e. Membangun dan mengelola taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, dan taman nasional laut untuk pengembangan industri pariwisata alam. f. Memadukan pembangunan wilayah konservasi dengan pembangunan wilayah. g. Menerapkan AMDAL secara ketat bagi semua kegiatan pengelolaan hutan untuk menekan dampak negatif yang ditimbulkan. h. Memantapkan kegiatan perlindungan hutan melalui kegiatan operasi pengamanan 3

hutan terpadu, pembinaan cinta alam, kampanye pelestarian hutan, penyuluhan kehutanan serta peningkatan jumlah dan mutu polisi kehutanan (jagawana). i. Meningkatkan pengelolaan hutan lindung. E. Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan a. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem berasaskan pelestarian dan pemanfaatan secara serasi dan seimbang bertujuan melestarikan sumber daya alam hayati serta menjaga keseimbangan ekosistem dan dilakukan melalui kegiatan pokok sebagai berikut. 1. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan Sistem penyangga kehidupan adalah proses alami dari unsur hayati dan nonhayati yang menjamin kelangsungan kehidupan. Perlindungan sistem penyanga kehidupan bertujuan memelihara proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah menetapkan hal berikut. Wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan. Pengaturan cara pemanfaatan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan. Setiap pemegang hak atas tanah dan hak usaha perairan dalam wilayah sistem penyangga kehidupan wajib menjaga keberlangsungan fungsi wilayah tersebut. Pengaturan dan penertiban pengelolaan usaha perairan terletak dalam wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan. Rehabilitasi secara berkesinambungan terhadap wilayah sistem penyangga kehidupan yang mengalami kerusakan. 2. Pengawetan Jenis Hewan dan Tumbuhan Pelestarian jenis hewan dan tumbuhan dilakukan dengan menetapkan berbagai larangan sebagai berikut. Dilarang mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkat, dan memperjualbelikan tumbuhan yang dilindungi. Dilarang memindahkan tumbuhan yang dilindungi dari suatu tempat ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia. Dilarang menangkap, melukai, dan membunuh serta menyimpan, memiliki, 4

memelihara, mengangkut, dan memperjualbelikan hewan yang dilindungi dalam keadaan hidup atau mati. Dilarang mengeluarkan hewan yang dilindungi dari suatu tempat ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia. Dilarang memperjualbelikan, menyimpan, atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian tubuh hewan yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian tubuh hewan tersebut. Dilarang mengambil, merusak, memusnahkan, memperjualbelikan, menyimpan, atau memiliki telur dan/atau sarang hewan yang dilindungi. 5