KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI


BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2013 T E N T A N G

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG. PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 613/Kpts-II/1997 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERAIRAN

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

19 Oktober Ema Umilia

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 165 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

SMP NEGERI 3 MENGGALA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /296/ /2010

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daer

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dimanfaatkan untuk kepentingan nasional dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan; b. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser adalah wilayah yang secara alami terintegrasikan oleh faktor-faktor bentangan alam, karakteristik khas dari flora dan fauna, keseimbangan habitat dalam mendukung keseimbangan hidup keanekaragaman hayati, dan faktor-faktor khas lainnya sehingga membentuk satu kesatuan ekosistem tersendiri yang dikenal dengan sebutan Ekosistem Leuser; c. bahwa untuk mempertahankan, melestarikan, dan memulihkan fungsi Kawasan Ekosistem Leuser termasuk satwa dan tumbuhan didalamnya yang akhir-akhir ini semakin menurun karena berbagai kegiatan yang kurang memperhatikan aspek pelestarian alam, dipandang perlu menetapkan kebijakan pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser. 1

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2823); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3544); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3550). MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER Pasal 1 (1) Dalam rangka pelestarian dan pemulihan sumber daya alam hayati dan ekosistem Leuser, ditetapkan pembentukan Kawasan Ekosistem Leuser; 2

(2) Kawasan Ekosistem Leuser meliputi areal seluas kurang lebih 1.790.000 hektar, terletak pada wilayah yang dibatasi oleh titik-titk koordianat sebagaimana tergambar pada peta lampiran Keputusan Presiden ini; (3) Sesuai dengan fungsi pokoknya, bagian-bagian wilayah Kawasan Ekosistem Leuser ditetapkan sebagai Kawasan Suaka Alam dan atau Kawasan Pelestarian Alam sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; (4) Penentuan titik-titik koordinat dilapangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dengan memperhatikan pertimbangan Menteri yang bertanggung jawab dibidang pengeloaan lingkungan hidup dan di bidang pengelolaan Tata Ruang Nasional. Pasal 2 (1) Kawasan Ekosistem Leuser dikelola oleh Pemerintah; (2) Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser dilaksanakan berdasarkan Rencana Pengelolaan yang ditetapkan oleh Menteri kehutanan; (3) Rencana Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) memuat pula gambaran tentang penataan batas dan zona dalam Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Daerah Penyangga pada Kawasan Ekosistem Leuser. Pasal 3 (1) Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser, Pemerintah bekerjasama dengan Yayasan Leuser Internasional yang didirikan berdasarkan akte Notaris Chufran Hamal, SH, Nomor 75 tanggal 23 Juli 1994 dan menetapkan yayasan tersebut membantu Pemerintah sebagai pelaksana pengelolaan Kawasan; (2) Lingkup kerjasama pelaksanaan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mencakup upaya konservasi dan pengembangan Kawasan Ekosistem Leuser, yang meliputi : a. perlindungan dan pengamanan; 3

b. pengawetan; c. pemulihan fungsi kawasan ; dan d. pemanfaatan secara lestari. Pasal 4 (1) Persetujuan kerjasama pelaksanaan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dibuat oleh Menteri Kehutanan atas nama Pemerintah dengan Yayasan Leuser Internasional; (2) kerjasama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlangsung untuk jangka waktu 30 tahun terhitung mulai tanggal ditetapkannya Keputusan Presiden ini, dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan kelangsungan pelestarian sumber daya alam hayati danekosistem pada Kawasan Ekosistem Leuser. Pasal 5 Terhitung mulai tanggal berlakunya keputusan Presiden ini, perubahan susunan pendiri dan pengurus Yayasan Leuser Internasional menurut akte Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) hanya dapat dilakukan berdasarkan persetujuan Menteri Kehutanan. Pasal 6 Kerjasama pelaksanaan pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser yang diatur dalam Keputusan Presiden ini : a. tidak mencakup hak untuk menguasai atau memiliki atau apapun yang sejenis dengan itu, dalam bentuk dan sifat apapun, atas tanah dan kekayaan lain di atas dan di bawah tanah pada Kawasan Ekosistem Leuser; b. tidak mengurangi hak-hak yang terlebih dahulu telah diberikan Pemerintah untuk kegiatan tertentu pada Kawasan Ekosistem Leuser; c. tetap menghormati hak-hak adat atau perorangan yang telah ada berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4

Pasal 7 Dalam rangka pelestarian dan pemulihan sumber daya alam hayati dan ekosistem Leuser yang diatur dalam Keputusan Presiden ini, pemanfaatan hak-hak perorangan, hak-hak adat, dan hak-hak lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 wajib diselenggarakan dengan memperhatikan tujuan Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser. Pasal 8 (1) Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan, Yayasan Leuser Internasional dapat membentuk Badan Pelaksana untuk menyelenggarakan kegiatan pengusahaan kepariwisataan, rekreasi, dan wisata berburu, sebagai pendukung upaya konservasi dan pengembangan Kawasan Ekosistem Leuser; (2) Penyelenggaraan pengusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sepenuhnya tunduk pada ketentuan Peraturan Pemerintah nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru. Pasal 9 (1) Penyelenggaraan pengusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dilaksanakan berdasarkan Rencana Pengusahaan yang telah mendapat persetujuan Menteri Kehutanan; (2) rencana Pengusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser Pasal 10 (1) Dalam rangka kerjasama pelaksanaan pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser, Yayasan Leuser Internasional melaksanakan program penataan permukiman penduduk pemukim setempat, dengan sejauh mungkin tetap menjaga kelangsungan mata pencaharian mereka dengan memberi priorutas untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan pengusahaan yang dilakukan oleh yayasan 5

atau dengan menyediakan lapangan pekerjaan lain di luar kegiatan pengusahaan Yayasan; (2) Program penataan permukiman penduduk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I yang bersangkutan bekerjasama dengan Yayasan Leuser Internasional. Pasal 11 (1) Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan pengembangan Kawasan Ekosistem Leuser dibebankan kepada Yayasan Leuser Internasional; (2) Dalam hal ini pemerintah menyediakan dukungan pembiayaan atas pelaksanaan pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser, Menteri Keuangan menetapkan jumlah dan mekanisme pertanggungjawaban pembiayaan dimaksud; (3) Pertanggungjawaban dan mekanisme penyaluran dana yang bersumber dari luar negeri dalam rangka pembiayaan pelaksanaan pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser, dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 12 (1) Yayasan Leuser Internasional secara berkala dan teratur wajib menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser kepada Menteri Kehutanan sesuai dengan Rencana Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser; (2) Sesuai dengan tugas dan fungsinya Menteri yang bertanggungjawab dibidang pengelolaan lingkungan hidup melakukan pembinaan terhadap Yayasan Leuser Internasional dalam rangka pengendalian pengelolaan lingkungan hidup pada Kawasan Ekosistem Leuser. Pasal 13 Apabila atas dasar bukti-bukti yang cukup Pemerintah menilai bahwa pelaksanan pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser telah menyimpang dari Rencana Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser, atau telah mengakibatkan tergangunya fungsi Kawasan atau bagian-bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser, Menteri Kehutanan dengan persetujuan Presiden dapat menghentikan pemanfaatan dan 6

menutup Kawasan Ekosistem Leuser sebagian atau seluruhnya untuk selama waktu tertentu atau mengakhiri kerjasama untuk selama-lamanya. Pasal 14 (1) Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser, Yayasan Leuser Internasional dapat melakukan kegiatan penelitian terhadap kekayaan keanekaragaman hayati dan ekosistem pada Kawasan Ekosistem Leuser, baik secara sendiri maupun bekerjasama dengan lembaga penelitian lainnya; (2) Penelitian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak menutup kesempatan lembaga penelitian lain diluar Yayasan Leuser Internasional untuk melakukan penelitian pada Kawasan Ekosistem Leuser; (3) Pelaksanaan kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diselenggarakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 15 Kegiatan-kegiatan yang selama ini telah berlangsung dan unit-unit kerja yang telah dibentuk dalam rangka pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser, disesuaikan dengan maksud diterbitkannya Keputusan Presiden ini. Pasal 16 Dengan ditetapkannya Keputusan Presiden ini, semua peraturan perundangundangan yang mengatur pelaksanaan Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser, dinyatakan tidak berlaku. Pasal 17 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. 7

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 28 Pebruari 1998 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd SOEHARTO 8