PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN MINUMAN BERALKOHOL

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN, PENGEDARAN DAN PENJUALAN, SERTA PERIZINAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 6 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PELARANGAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN, PENJUALAN DAN PENGGUNAAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KEBUPATEN TANA TORAJA NOMOR 6 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 12 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 10 TAHUN 2015 RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 35 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN, PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PELARANGAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI E NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BURU Dan BUPATI BURU MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PENGEDARAN, DAN PENJUALAN SERTA PERIZINAN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSIIZIN TEMPAT PENJUALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

BUPATI MALUKU TENGGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 25, T

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 1 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 1

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 09 TAHUN 2005 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN MINUMAN BERALKOHOL (SIUP MB)

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENGEDARAN MINUMAN BERALKOHOL

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 19 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGATURAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL KOTA BATAM

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 7 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 7

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR : 23 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pengendalian perdagangan, penjualan dan pemakaian minuman beralkohol sangat penting artinya dalam upaya menjaga ketentraman dan ketertiban kehidupan masyarakat; b. bahwa berkenaan dengan huruf a tersebut diatas dan dalam rangka tetap terpeliharanya ketentraman dan ketertiban umum, maka perlu adanya pembinaan, pengaturan, pengawasan kegiatan penjualan dan pengedaran minuman beralkohol dan pemberian izin; c. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, guna membiayai atau menutup biaya penyelenggaraan pemberian izin usaha perdagangan minuman beralkohol di daerah; d. bahwa memperhatikan ketentuan Pasal 24 ayat (1) Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka pungutan daerah dalam bentuk Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol; Mengingat : 1. Undang-Undang Gangguan (Hinder Ordonantie) Staatblad Tahun 1926 Nomor 226 yang diubah dan ditambah dengan Staatblad Tahun 1940 Nomor 14 dan Nomor 450; 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655 ); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barangbarang Dalam Pengawasan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2469 );

2 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427 ); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495 ); 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613 ); 7. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844 ); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139 ); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol; 13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43/M-DAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 4 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Daerah Tingkat II Badung; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 5 Tahun 2009 tentang Retribusi Surat Izin Usaha Perdagangan;

3 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BADUNG dan BUPATI BADUNG MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN MINUMAN BERALKOHOL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Badung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Badung. 4. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung. 5. Pejabat yang ditunjuk adalah Kepala Dinas. 6. Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung Ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak menambah bahan lain, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol. 7. Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa bagi umum, yang dikelola secara komersial, serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan di dalam Peraturan Daerah ini. 8. Usaha restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di bagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum. 9. Bar/ Pub/ Klub Malam adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatan ini menyediakan minuman keras minuman lainnya untuk umum ditempat usaha. 10. Perusahaan adalah perusahaan yang melakukan kegiatan dibidang usaha minuman beralkohol yang dapat berbentuk perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berkedudukan di wilayah Kabupaten Badung. 11. Pengecer minuman beralkohol adalah perusahaan yang melakukan penjualan minuman beralkohol kepada konsumen akhir dalam bentuk kemasan ditempat yang telah ditentukan.

4 12. Penjual langsung minuman beralkohol adalah perusahaan yang melakukan penjualan minuman beralkohol kepada konsumen akhir untuk diminum langsung ditempat yang telah ditentukan. 13. Penjual langsung dan/ atau pengecer minuman beralkohol untuk tujuan kesehatan adalah perusahaan yang melakukan penjualan minuman berlakohol yang mengandung rempah-rempah, jamu dan sejenisnya dengan kadar alkohol setinggi-tingginya 15 % (lima belas perseratus) kepada konsumen akhir untuk diminum langsung di tempat dan/ atau dalam bentuk kemasan ditempat yang telah ditentukan. 14. Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disebut SIUP adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan. 15. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol yang selanjutnya disingkat SIUP - MB adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan khusus minuman Beralkohol Golongan B dan/ atau Golongan C yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan. 16. Surat Permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman beralkohol yang selanjutya disingkat SP SIUP MB adalah formulir permohonan izin yang harus diisi oleh perusahaan, yang memuat data/ informasi perusahaan yang bersangkutan untuk memperoleh SIUP MB. 17. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 18. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroaan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya. BAB II PENGELOMPOKAN GOLONGAN MINUMAM BERALKOHOL Pasal 2 Minuman Beralkohol dikelompokan dalam golongan sebagai berikut : a. minuman beralkohol golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C 2 H 5 0H) diatas 0 % (nol perseratus) sampai dengan 5 % (lima perseratus); b. minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C 2 H 5 0H) lebih dari 5 % (lima perseratus) sampai dengan 20 % (dua puluh perseratus); c. minuman beralkohol golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C 2 H 5 0H) lebih dari 20 % (dua puluh perseratus) sampai dengan 55 % (lima puluh lima perseratus).

5 BAB III PERIZINAN Bagian Kesatu Kewenangan Pasal 3 Pemerintah Daerah berwenang sepenuhnya mengatur dan menetapkan : a. ketentuan mengenai pembinaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi pengedaran dan penjualan minuman beralkohol golongan A, golongan B dan/ atau golongan C serta minuman beralkohol yang mengandung rempah rempah, jamu, atau sejenisnya untuk tujuan kesehatan serta pemberian SIUP MB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku; b. minuman beralkohol yang dapat dijual/ diperdagangkan adalah minuman beralkohol golongan A, golongan B dan golongan C serta minuman beralkohol yang mengandung rempah rempah, jamu, atau sejenisnya untuk tujuan kesehatan. Pasal 4 Kepala Dinas atas nama Bupati menerbitkan SIUP - MB bagi : a. penjual langsung minuman beralkohol golongan B dan golongan C; b. pengecer minuman beralkohol ditempat lainnya golongan B dan golongan C; dan c. penjual langsung dan/ atau pengecer minuman beralkohol untuk tujuan kesehatan. Bagian Kedua Surat Izin Usaha Perdagangan - Minuman Beralkohol (SIUP MB) Pasal 5 Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan minuman beralkohol golongan A cukup memiliki SIUP dan tidak diwajibkan memiliki SIUP MB. Pasal 6 (1) Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan minuman beralkohol golongan B dan/ atau golongan C wajib memiliki SIUP - MB. (2) SIUP - MB diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan (domisili) perusahaan yang bersangkutan di daerah dan berlaku di wilayah daerah. (3) SIUP - MB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang selambat lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa berlakunya.

6 (4) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha minuman beralkohol yang mengalami perubahan data SIUP wajib mengganti SIUP - MB. Bagian Ketiga Tata Cara dan Persyaratan Permohonan SIUP MB Pasal 7 (1) Permohonan SIUP MB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) ditujukan kepada Bupati Up. Kepala Dinas. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan permohonan SIUP MB diatur dengan Peraturan Bupati. BAB IV PENGEDARAN DAN PENJUALAN Pasal 8 (1) Minuman beralkohol produksi import yang dapat diedarkan adalah minuman beralkohol yang telah dikemas, berpita cukai, dan berlabel edar. (2) Minuman beralkohol produksi dalam negeri yang dapat diedarkan adalah minuman beralkohol yang telah dikemas dan berlabel edar. Pasal 9 (1) Pengecer minuman beralkohol golongan B dan golongan C hanya diizinkan menjual minuman beralkohol secara eceran dalam kemasan. (2) Pengecer minuman beralkohol golongan B dan/ atau golongan C adalah penjual eceran dalam kemasan minuman beralkohol golongan B dan/ atau golongan C ditempat lainnya selain toko bebas bea (Duty Free Shop) ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (3) Penjual langsung untuk diminum minuman beralkohol golongan B dan/ atau golongan C hanya diizinkan menjual minuman beralkohol untuk diminum di tempat. (4) Penjual langsung untuk diminum minuman beralkohol golongan B dan/ atau golongan C untuk diminum ditempat hanya diizinkan di: a. hotel berbintang 3, 4, dan 5; b. restoran; c. bar termasuk pub dan klab malam. (5) Bupati dengan mempertimbangkan kegiatan wisatawan mancanegara di daerah, dapat menetapkan tempat tertentu lainnya selain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bagi penjualan langsung untuk diminum minuman beralkohol golongan B dan/ atau golongan C sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

7 (6) Bupati dapat menetapkan tempat lainnya penjualan langsung untuk diminum ditempat dan pengecer dalam kemasan minuman beralkohol golongan B mengandung rempah rempah, jamu, dan sejenisnya untuk tujuan kesehatan yang kadar alkoholnya setinggi tingginya 15 % (lima belas perseratus). BAB V LARANGAN Pasal 10 (1) Setiap orang dilarang menjual dan mengedarkan minuman beralkohol golongan B dan/ atau golongan C yang isi kemasannya kurang dari 180 (seratus delapan puluh) ml, kecuali diperbolehkan untuk diminum di kamar hotel dengan kemasan tidak lebih besar dari 187 (seratus delapan puluh tujuh) ml per kemasan. (2) SIUP - MB dilarang dipindah tangankan kepada pihak lain. (3) Penjual langsung minuman beralkohol dan pengecer minuman beralkohol, dilarang menjual minuman beralkohol golongan A, B dan C kecuali kepada Warga Negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk dan Warga Negara Asing yang telah dewasa. Pasal 11 Setiap orang dilarang menjual secara eceran minuman beralkohol golongan B dan/ atau golongan C dalam kemasan dan/ atau penjualan langsung untuk diminum ditempat, dilokasi : a. gelanggang remaja, kaki lima, terminal, stasiun, kios kios kecil, penginapan remaja, dan bumi perkemahan; b. tempat yang berdekatan dengan tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, dan pemukiman; c. tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati dengan memperhatikan kondisi daerah masing masing. BAB VI NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 12 (1) Dengan nama Retribusi SIUP - MB dipungut retribusi atas kegiatan pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan dan pengawasan guna melindungi kepentingan umum. (2) Obyek Retribusi adalah kegiatan pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin usaha perdagangan minuman beralkohol kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan dan pengawasan guna melindungi kepentingan umum terhadap dampak yang dapat ditimbulkan dari pengedaran dan penjualan minuman beralkohol.

8 (3) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin usaha perdagangan Minuman Beralkohol. BAB VII CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA / TARIF RETRIBUSI Pasal 13 Tingkat penggunaan jasa/ tarif Retribusi SIUP MB diukur berdasarkan tempat, cara dan tujuan pengedaran dan penjualan minuman beralkohol. BAB VIII PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF SERTA WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 14 (1) Prinsip dan sasaran penetapan tarif Retribusi SIUP MB didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau semua biaya penyelenggaraan penerbitan izin usaha perdagangan minuman beralkohol yang bersangkutan. (2) Retribusi SIUP MB dipungut di wilayah daerah. BAB IX GOLONGAN RETRIBUSI, STRUKTUR, DAN BESARNYA TARIF Pasal 15 (1) Retribusi SIUP MB termasuk golongan Retribusi Perizinan Tertentu. (2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol ditetapkan sebagai berikut: a. pengecer minuman beralkohol golongan B dan/ atau golongan C di tempat lainnya di luar Toko Bebas Bea (Duty Free Shop)... Rp.2.000.000,00 b. penjual minuman beralkohol golongan B dan/ atau golongan C untuk diminum langsung di tempat, meliputi : 1. hotel berbintang 3, 4, dan 5... Rp.1.500.000,00 2. Restoran, Bar termasuk Pub dan Klab Malam... Rp.1.000.000,00 c. penjual langsung untuk diminum di tempat dan/ atau pengecer dalam kemasan minuman beralkohol untuk tujuan kesehatan... Rp. 500.000,00

9 BAB X TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 16 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah ( SKRD ) atau dokumen lainnya yang sah. BAB XI TATA CARA PENAGIHAN Pasal 17 (1) Pengeluaran surat tegoran/ peringatan/ surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/ peringatan/ surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusinya yang terhutang. (3) Surat tegoran/ peringatan/ surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas. BAB XII KEDALUWARSA Pasal 18 (1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya Retribusi, kecuali Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang Retribusi. (2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkan surat teguran; atau b. ada pengakuan hutang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

10 BAB XIII PENGENDALIAN DAN PELAPORAN Bagian Kesatu Pengendalian Pasal 19 Bupati melaksanakan pengendalian dalam rangka pengawasan dilakukan terhadap : a. penjual langsung untuk diminum minuman beralkohol, pengecer minuman beralkohol golongan B dan golongan C serta penjual dan/ atau pengecer minuman beralkohol untuk tujuan kesehatan; b. perizinan, standar mutu, pelaksanaan pengedaran dan penjualan minuman beralkohol; c. tempat/ lokasi pengedaran dan penjualan minuman beralkohol. Bagian Kedua Pelaporan Pasal 20 (1) Penjual langsung untuk diminum minuman beralkohol golongan B dan golongan C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) dan ayat (4), serta pengecer minuman beralkohol golongan B dan golongan C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) wajib menyampaikan laporan realisasi pengadaan dan penjualan minuman beralkohol golongan B dan golongan C kepada Bupati Up. Kepala Dinas dengan tembusan kepada Gubernur Bali Up. Kepala Dinas terkait Provinsi Bali. (2) Penjual langsung untuk diminum dan / atau pengeceran minuman beralkohol untuk tujuan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6), wajib melaporkan realisasi pengadaan dan penjualan minuman beralkohol untuk tujuan kesehatan kepada Bupati Up. Kepala Dinas dengan tembusan kepada Gubernur Bali Up. Kepala Dinas terkait Provinsi Bali. (3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan setiap triwulan tahun kalender berjalan sebagai berikut : a. Triwulan I : 1 Januari sampai dengan 31 Maret; b. Triwulan II : 1 April sampai dengan 30 Juni; c. Triwulan III : 1 Juli sampai dengan 30 September; d. Triwulan IV : 1 Oktober sampai dengan 31 Desember. Pasal 21 Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Perusahaan wajib memberikan informasi mengenai kegiatan usahanya apabila sewaktu waktu diperlukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

11 BAB XIV SANKSI ADMINISTRASI Pasal 22 Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua per seratus ) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retibusi Daerah ( STRD ). Pasal 23 Dalam rangka pembinaan dan pengawasan peredaran dan penjualan minuman beralkohol di daerah, Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat mengenai sanksi administrasi berupa : a. peringatan tertulis; b. pemberhentian sementara SIUP - MB; dan c. pencabutan SIUP - MB. Pasal 24 (1) Perusahaan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dikenakan sanksi administrasi berupa peringatan tertulis dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali berturut turut dengan tenggang waktu 1 (satu) bulan. Pasal 25 (1) Perusahaan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) dikenakan sanksi administrasi berupa pemberhentian sementara SIUP - MB dengan terlebih dahulu diberikan sanksi administrasi berupa peringatan tertulis paling banyak 3 (tiga) kali berturut turut dengan tenggang waktu 1 (satu) bulan dari pejabat penerbit SIUP MB. (2) Selama kegiatan usaha perdagangan minuman beralkohol diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perusahaan yang bersangkutan dilarang melakukan kegiatan usaha peredaran/ penjualan minuman beralkohol. (3) SIUP - MB yang telah diberhentikan sementara dapat diberlakukan kembali apabila perusahaan yang bersangkutan telah mengindahkan peringatan dengan melakukan perbaikan dan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

12 Pasal 26 (1) Perusahaan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi administrasi berupa pemberhentian sementara SIUP - MB. (2) Apabila perusahaan tidak mengindahkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemberhentian sementara SIUP MB, dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan SIUP - MB. Pasal 27 (1) Perusahaan yang telah dicabut SIUP - MBnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau pajabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pencabutan. (2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan keberatan dapat menerima atau menolak permohonan dimaksud secara tertulis disertai alasan alasan. (3) Apabila permohonan keberatan diterima, SIUP - MB yang telah dicabut diterbitkan kembali. (4) Perusahaan yang telah dicabut SIUP - MBnya tidak dapat melakukan kegiatan usaha perdagangan minuman beralkohol selama 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal pencabutan. BAB XV KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 28 (1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung. (2) Wewenang penyidik atas pelanggaran Peraturan Daerah ini adalah : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah; b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan ditempat kejadian; c. melakukan penyitaan benda atau surat; d. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; e. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; f. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

13 g. mengadakan penghentian penyidikan setelah penyidik mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; h. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyedik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang - Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB XVI KETENTUAN PIDANA Pasal 29 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan ketentuan, Pasal 6 ayat (1) dan ayat (5), Pasal 10, Pasal 11, Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 21, diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelanggaran. BAB XVII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 30 (1) Perusahaan yang telah memiliki SIUP- MB sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa berlakunya dan wajib diperpanjang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini. (2) Perusahaan yang mengajukan permohonan SIUP MB golongan B dan/ atau golongan C yang sedang dalam proses penyelesaian sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, wajib mengajukan kembali permohonan baru kepada Bupati Up. Kepala Dinas untuk memperoleh SIUP MB sesuai ketentuan Peraturan Daerah ini. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Bupati Badung Nomor 35 Tahun 2006 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP MB) ( Berita Daerah Kabupaten Badung Tahun 2006 Nomor 28 ) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

14 Pasal 32 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Badung. Ditetapkan di Badung pada tanggal 5 Oktober 2009 BUPATI BADUNG, ttd. ANAK AGUNG GDE AGUNG Diundangkan di Badung pada tanggal 5 Oktober 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BADUNG, ttd. I WAYAN SUBAWA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2009 NOMOR 6

15 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN MINUMAN BERALKOHOL. I. UMUM Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota, menyatakan bahwa Pemerintahan Daerah berwenang melakukan pembinaan, pengawasan, monitoring, dan evaluasi penjualan dan peredaran minuman beralkohol golongan B dan golongan C serta minuman beralkohol yang mengadung rempah rempah, jamu, atau sejenisnya untuk tujuan kesehatan dan pemberian SIUP MB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Ketersediaan minuman beralkohol di Provinsi Bali khususnya di Kabupaten Badung diperlukan sebagai penunjang pemenuhan kebutuhan pariwisata dan instrumen dalam kegiatan adat istiadat. Agar penjualan dan peredaran minuman beralkohol dapat benar benar diarahkan untuk menunjang kegiatan dimaksud di daerah dan guna menghindari sekecil mungkin dikonsumsi oleh masyarakat umum secara bebas, maka peredaran dan penjualan minuman beralkohol perlu dikendalikan dengan membentuk Peraturan Daerah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8

Pasal 9 Pasal 10. Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20. Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 16

17 Pasal 31 Pasal 32 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6