NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BAGI HASIL AKAD MUZARA AH DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. berbuat dan bertingkah laku yang baik agar dapat bermuamalah dan mencari

NASKAH PUBLIKASI Dibuat Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (muamalah) (S.Sy) Program Studi Syariah (Muamalah)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PELAKSANAAN AKAD PENGELOLAAN LAHAN TAMBAK UDANG VANNAMEI

pengetahuan yang kurang, oleh Karena itu untuk mendorong terciptanya

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM RETURN DI TOKO BATIK TIGA NEGERI PEKALONGAN NASKAH PUBLIKASI

fiqih muamalah "MusaQoh"

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai


BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan sebagai berikut (1) Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah

PELAKSANAAN ADOPSI ANAK MELALUI PENGADILAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA KARANGANYAR) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi baik. Sistem perilaku tersebut dalam Islam disebut istilah muamalah. 1

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. oleh sektor hukum, yakni dilandasi dengan keluarnya peraturan perundangundangan

BAB IV ANALISIS DATA. kepustakaan baik yang diperoleh langsung dari kitab-kitab aslinya atau kitabkitab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan akhirat yang kekal abadi. Namun demikian, nasib seseorang di akhirat nanti

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Al-Mushlih, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, Darul Haq, Jakarta, 2004, hlm.90.

BAB I PENDAHULUAN. dalam judul skripsi makelar mobil dalam perspektif hukum islam (Studi di

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan bidang penting dalam sebuah negara. Hasil-hasil

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai ajaran rahmatan lil alamin, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka, 1976), hlm ), hlm 6

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris. Hal itu didasarkan pada luasnya

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu penelitian, yang merupakan cara-cara dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Islam sebagai Agama yang lengkap dan sempurna telah

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD JUAL BELI IKAN NELAYAN (STUDI KASUS DI DESA PANGKALAN KECAMATAN SLUKE KABUPATEN REMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB IV. dijadikan obyek dari penelitian ini adalah tanah ladang, dengan tujuan di ambil

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1976, hlm Jakarta, 1997, hlm. 5. Utama, Jakarta, 2011, hlm. 1496

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, manusia melakukan usaha sesuai bidang

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

Sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Umar ra :

BAB I PENDAHULUAN. yang Allah SWT perintahkan untuk saling tolong menolong, bahu-membahu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGELOLAAN REKSA DANA MELATI US DOLLAR

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل اهلل واذكروا اهلل كثيرا لعلكم تفلحون

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB IV ANALISIS DATA

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PERJANJIAN SEWA RUMAH DI DESA RANDUSARI TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB IX MUZARA AH. Bagian Pertama Rukun dan Syarat Muzara ah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB I PENDAHULUAN. akal manusia untuk menganalisa hukum-hukum syara, meneliti. perkembangan dengan pedoman pada nash-nash yang telah ada, supaya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia memperlihatkan bahwa pembangunan sektor pertanian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL) DI INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. islam memiliki kekuatan hukum, peraturan, perundang-undangan, dan tata

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas syarak tidak secara rinci memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika kehidupan manusia.

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti memilih tempat strategis yang menjadi objek

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil bila petunjuk kehidupan yang lengkap ini dipisah-pisahkan antara

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN PERSENAN TANAH PERSILAN OLEH POLISI HUTAN DI DESA TENGGIRING KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB V PENUTUP. harta milik tidak sempurna di Veeva Rent Car n Motor Malang maka peneliti

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

Transkripsi:

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGGARAPAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan kepada Program Studi Muamalat (Syari ah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S.Sy) Oleh: Wahyu Hidayanto NIM: I 000 100 016 NIRM: 10/X/02.1.2/T/0532 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Wahyu Hidayanto NIM / NIRM : I000100016 / 10/X/02.1.2/T/0532 Fakultas : Agama Islam Program Studi : Muamalat (Syari ah) Jenis : Skripsi Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGGARAPAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk: 1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana semestinya. Surakarta, 20 Maret 2014 Yang Menyatakan, (Wahyu Hidayanto)

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan di bawah ini Pembimbing Skripsi: Nama Sebagai : Drs. Syarafuddin HZ, M.Ag : Pembimbing I Nama Sebagai : Nurul Huda, M.Ag : Pembimbing II Telah membaca dan mencermati Naskah Artikel Publikasi Ilmiah yang merupakan ringkasan Skripsi dari mahasiswa: Nama : Wahyu Hidayanto NIM : I000100016 Program Studi : Muamalat (Syari ah) Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGGARAPAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI Naskah Artikel tersebut layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya. Surakarta, 20 Maret 2014

1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGGARAPAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI Wahyu Hidayanto (I000100016) Fakultas Agama Islam ABSTRAK Praktik penggarapan kebun kelapa sawit di kecamatan Geragai bisa dikatakan cukup unik. Di tempat lain pada umumnya ketika mengadakan kerjasama penggarapan yang dibagi hanya hasil panen dari tanamannya saja, berbeda dengan yang terjadi di kecamatan Geragai, dalam praktik penggarapannya yang dibagi adalah tanaman sekaligus tanah garapannya. Sehingga hal ini menjadi sebuah peluang bagi peneliti untuk dijadikan sebagai objek kajian penelitian dan diharapkan mampu memberikan konstribusi pemikiran dalam bidang penggarapan perkebunan, khususnya sistem bagi tanaman sekaligus tanah penggarapan kebun kelapa sawit antara pemilik tanah dan petani penggarap. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui praktik penggarapan kebun kelapa sawit di kecamatan Geragai (2) Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik penggarapan kebun kelapa sawit antara pemilik tanah dan penggarap di kecamatan Geragai. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif, pendekatan yuridis dan pendekatan sosiologis. Metode pengumpulan datanya dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, praktik penggarapan kebun kelapa sawit yang dilakukan masyarakat kecamatan Geragai adalah kerjasama yang sah, walaupun mayoritas ulama tidak membolehkan akad mugharasah, tapi peneliti menyimpulkan bahwa akad mugharasah tersebut sah dan tidak bertentangan dengan hukum Islam. Dasar hukumnya adalah istihsan bi al- urf, yaitu istihsan yang berdasarkan pada adat kebiasaan yang berlaku umum. Karena akad perjanjian penggarapan kebun kelapa sawit yang membagi tanaman sekaligus tanahnya sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Geragai dan sudah berlangsung sejak lama. Selain itu pembagian tanaman sekaligus tanahnya dilaksanakan secara adil sesuai dengan kesepakatan awal tidak ada unsur penipuan dan tidak ada yang merasa dirugikan dan terzalimi, maka muamalah itu sah dan dibolehkan. Kata Kunci: Penggarapan, Kelapa Sawit, mugharasah.

2 A. Pendahuluan Dalam hal bercocok tanam, manusia harus saling tolong-menolong satu dengan lainnya. Tidak semua orang memiliki tanah untuk bercocok tanam. Tidak semua pemilik tanah mempunyai kesempatan untuk mengolah tanahnya sendiri. Begitu pula sebaliknya, tidak semua petani yang punya kemauan untuk bercocok tanam memiliki tanah sendiri. Karena itu untuk memenuhi kebutuhan masingmasing, maka diperlukan kerjasama dibidang pertanian. Kerjasama dibidang pertanian (perkebunan) dapat diwujudkan dalam bentuk penggarapan tanah dan dapat juga dilakukan melalui pemeliharaan tanaman. 1 Dalam kontrak syariah, akad kerjasama dibidang pertanian untuk pemeliharaan tanaman disebut musaqoh. Sedangkan penggarapan tanah pertanian (perkebunan) dikenal dengan istilah muzara ah (jika bibit berasal dari pemilik tanah) dan mukhabarah (jika bibit berasal dari penggarap). 2 Selain ketiga akad kerjasama tersebut ada juga yang disebut dangan mugharasah, yaitu perjanjian yang dilakukan antara pemilik tanah garapan untuk mengolah dan menanami lahan garapan yang belum ditanami (tanah kosong) dengan ketentuan mereka secara bersama-sama memiliki hasil dari tanah tersebut sesuai dengan kesepakatan yang dibuat bersama. 3 Salah satu contoh dari adanya kerjasama lahan perkebunan ini banyak terjadi di masyarakat kecamatan Geragai, yaitu praktik perjanjian penggarapan kebun kelapa sawit. Tradisi yang dilakukan adalah ketika pemilik tanah tidak mampu mengelola lahannya, maka lahan tersebut akan diserahkan kepada seseorang yang sanggup dan mampu untuk mengelolanya. Inisiatifnya dapat datang dari pemilik tanah yang minta kesediaan seseorang untuk menggarap tanahnya, atau sebaliknya dari petani penggarap yang meminta agar boleh menggarap tanah milik orang lain yang masih kosong. Setelah kedua belah pihak 1 Burhanuddin S, Hukum Kontrak Syariah, edisi pertama (Yogyakarta: BPFE-Yogyak arta, 2009) hlm. 119. 2 Ibid, hlm. 119. 3 M. Ali Hasan, Berbgai macam Transaksi dalam Islam (fiqih muamala),(jakarta:pt. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 284.

3 bertemu, maka pada saat itu terjadi kesepakatan tentang tata cara penggarapan lahan perkebunan kelapa sawit tersebut. 4 Praktik penggarapan kebun kelapa sawit di kecamatan Geragai bisa dikatakan cukup unik. Di tempat lain pada umumnya ketika mengadakan kerjasama penggarapan yang dibagi hanya hasil panen dari tanamannya saja, berbeda dengan yang terjadi di kecamatan Geragai, dalam praktik penggarapannya yang dibagi adalah tanaman sekaligus tanah garapannya. Pembagiannya ada yang dibagi 2, yaitu ½ untuk penggarap dan ½ untuk pemilik tanah, selain itu ada juga yang dibagi 3, yaitu 1/3 untuk penggarap dan 2/3 untuk pemilik tanah sesuai dengan kesepatan awal dari kedua belah pihak. Adapun rumusan masalah yang peneliti angkat sebagai pokok bahasan adalah bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap akad perjanjian penggarapan kebun kelapa sawit di kecamatan Geragai kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui praktik penggarapan kebun kelapa sawit di kecamatan Geragai kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. 2) Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik penggarapan kebun kelapa sawit antara pemilik tanah dan penggarap di kecamatan Geragai kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Untuk mendukung penyelesaian persoalan yang lebih mendalam terhadap permasalahan tersebut, maka peneliti berusaha melakukan penelusuran terhadap literatur yang relevan terhadap masalah yang menjadi objek yang berupa karya tulis yang telah ditulis oleh peneliti terdahulu. Epi Yuliana (2008), Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil Penggarapan Kebun Karet Di Desa Bukit Selabu Kabupaten Musi Banyuasin Sumatra Selatan. Berdasarkan penelitian skripsinya dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan bagi hasil yang dilakukan di Desa Bukit Selabu sudah sah menurut hukum Islam. Kerjasama tersebut termasuk dalam bidang musaqah, sawit, 11/01/2014 4 Hasil Wawancara dengan pak Muhtadi, salah satu pelaku penggarapan kebun kelapa

4 karena syarat dan rukun sudah terpenuhi, begitu juga dengan bagi hasilnya sudah memenuhi hukum Islam. Erwin Erwanto (2008), Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perjanjian Penggarapan Sawah Di Desa Lebak Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Berdasarkan penelitian skripsinya dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan perjanjian yang dilakukan di Desa Lebak dapat dikategorikan sebagai kerjasama yang sah, karena saling mengandung prinsip muamalah yaitu adanya unsur saling rela dan merupakan adat kebiasaan ( urf) yang tidak bertentangan dengan nash Al Quran dan Hadits serta tidak mengandung madlarat. Dan dilakukannya atas dasar kesepakatan dan kerelaan dari pemilik tanah dan penggarap sedangkan meraka sendiri ( aqid) menerima dengan lapang dada, maka muamalah itu sah dan dibolehkan. Anisatun Rohmatin (2008), Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Bagi Hasil Pengelolaan Lahan Tambak (Studi di Desa Tluwuh Kec. Wedarijaksa Kab. Pati). Dari penilitian skripsi tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan bagi hasil pengelolaan lahan tambak di Desa Tluwuk Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati sesuai dengan adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Dari hasil penelusuran terhadap skripsi hasil penelitian terdahulu, sepanjang pengamatan dan pengetahuan peneliti ternyata permasalahan yang berkaitan dengan penelitian yang akan peneliti angkat belum pernah dikaji oleh orang lain, oleh karena itu peneliti termotivasi untuk membahas permasalahan tentang praktik penggarapan kebun sawit. Dalam kaidah hukum muamalah, salah satu kaidah hukumnya menyebutkan bahwa hukum asal dalam perkara muamalah adalah boleh. Hal ini disepakati oleh empat imam madzhab, bahkan ada sebagian ulama yang meriwayatkan adanya ijma dalam masalah ini 5. Pada prinsipnya Islam membolehkan semua bentuk kerjasama, selama kerjasam tersebut saling mendatangkan maslahat yang baik terhadap dirinya dan masyarakat banyak. 5 Khalid bin Al-Musyaiqih, Buku Pintar Muamalah (Aktual & Mudah), terj Abu Zidna (Klaten: Wafa Press, 2012), hlm. 20.

5 Begitu halnya dengan sistem kerjasama penggarapan kebun kelapa sawit di kecamatan Geragai. Tanah merupakan faktor produksi penting bagi kehidupan manusia. Apabila seseorang memiliki tanah, sebaliknya tanah itu dikelola optimal sehingga memberikan manfaat kehidupan. Pengelolaan tanah dapat dilakukan sendiri atau menyerahkan kepada petani untuk menggarapnya. Dalam kontrak syariah, akad kerjasama dibidang pertanian untuk pemeliharaan tanaman disebut musaqoh. Sedangkan penggarapan tanah pertanian (perkebunan) dikenal dengan istilah muzara ah dan mukhabarah. 6 Muzara ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan sebagian persentase dari hasil panennya. 7 Mukhabarah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung orang yang mengerjakan. 8 Selain ketiga akad kerjasama tersebut, ada juga yang disebut dangan akad mugharasah, yaitu perjanjian yang dilakukan antara pemilik tanah garapan untuk mengolah dan menanami lahan garapan yang belum ditanami (tanah kosong) dengan ketentuan mereka secara bersama-sama memiliki hasil dari tanah tersebut sesuai dengan kesepakatan yang dibuat bersama. 9 Ulama Malikiyah membolehkan mugharasah apabila terpenuhi beberapa syarat sebagai berikut: 1) Tanaman yang akan ditanam adalah tanaman yang halal pohonnya (tanaman keras), tanaman produktif dengan menghasilkan buah (manfaat) yang dipetik dan bukan tanaman palawija. 2) Tananaman yang akan ditanam tidak jauh berbeda masa antara satu junis dengan tanaman yang lain. Apabila tanaman yang ditanam jauh masa berbuahnya berbeda dengan jenis yang 6 Burhanuddin S, Hukum Kontrak, hlm. 119 7 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syari ah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm. 99. 8 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap) (Bandung: PT Sinar Baru Algensido, 1994), hlm. 302. 9 M. Ali Hasan, Berbagai, hlm. 284.

6 lainnya, maka tidak boleh dilakukan perjanjian mughaarasah. 3) Penentuan masa mugharasah itu jangan terlalu lama, jika disyaratkan masa perjanjian sampai tanaman berbuah, maka perjanjian itu tidak dapat dibenarkan. 4) Penggarap mempunyai bagian tertentudsari garapannya, berupa tanah dan tanamannya. 5) Perjanjiaan mugharasah tersebut tidak terkait dengan hal yang dipersengketakan karena ada kemungkinan akan merugikan pihak penggarap. Karena ada kemungkinan tanah itu berpindah kepada pihak ketiga. Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa penyerahan tanah kosong kepada petani dalam waktu tertentu untuk ditanami pepohonan dengan ketentuan tanah dan pepohonan yang tumbuh di atasnya menjadi milik berdua antara pemilik tanah dengan petani penggarap, hukumnya tidak boleh. Ulama Syafi iyah juga tidak menganggap sah akad mugharsah, karena dalam akad ini makna mengupahkan tanah pertanian kepada seseorang yang upahnya diambilkan dari hasil pertanian itu, sedangkan pengelolaan mugharasah tidak sama dengan pengelolaan musaqah. Jika akad ini tetap dilangsungkan, menurut ulama Syafi iyah seluruh hasil diperoleh dari mugharasah ini menjadi milik petani penggarap, sedangkan pemilik tanah berhak sewa tanah sesuai dengan harga yang berlaku ketika itu. Ulama Hanabilah berpendirian bahwa jika pemilik tanah menyerahkan sebidang tanah kepada petani penggarap dengan ketentuan bahwa seluruh tanah dan pepohonan yang ada diatasnya menjadi milik berdua, maka akad seperti ini menjadi fasid (rusak). Sama halnya dengan penyerahan sebidang kebun tamar kepada seorang penggarap dengan perjanjian bahwa pohon dan hasilnya mereka bagi berdua. Dalam berbagai kasus di atas menurut mereka penggarap hanya berhak mendapatkan upah biasa. Penolakan ketiga mazhab fiqh di atas terhadap keabsahan akad mugharasah hanyalah untuk memelihara hak-hak pihak-pihak yang melukan transaksi mugharasah, karena banyaknya ketidakpastian dan kemungkinan yang akan terjadi selama menunggu pepohonan yang ditanam berbuah. Di bawah ini akan peneliti jabarkan beberapa sumber hukum Islam selain Al Quran dan Hadits. Dalam hal muamalah, Islam mengenal bahwa adat istiadat

7 ( urf) dapat dijadikan sebagai sumber hukum Islam, 10 adat kebiasaan ( urf) dapat dijadikan hukum apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a) Perbuatan yang dilakukan logis dan relevan dengan akal sehat yang menunjukkan bahwa adah tidak mungkin berkenaan dengan maksiat. b) Perbuatan maupun perkataan yang dilakukan berulang-ulang, berlaku dan berkembang dalam masyarakat. c) Tidak bertentangan dengan ketentuan nash al-qur an dan Hadits. d) Tidak mendatangkan kemadlaratan 11. Menggunakan urf masyarakat sebagai dasar hukum dalam bidang muamalah dimaksudkan untuk memelihara kemaslahatan masyarakat dan menghindarkan mereka dari kesempitan. 12 Selain urf, ada juga istihsan bi al-urf yang juga bisa dijadikan sumber hukum, istihsan bil urf artinya meninggalkan apa yang menjadi konsekuensi qiyas menuju hukum lain yang berbeda karena urf yang berlaku umum baik urf yang bersifat perkataan maupun perbuatan. 13 Sadd al-dzari ah diartikan sebagai upaya mujtahid untuk menetapkan larangan terhadap satu kasus hukum yang pada dasarnya mubah. Larangan itu dimaksudkan untuk menghindari perbuatan atau tindakan lain yang dilarang. Metode ini lebih bersifat preventif. 14 Maslahah mursalah adalah maslahah yang tidak diakui secara ekplisit oleh syara dan tidak pula ditolak dan dianggap batil oleh syara, tetapi masih sejalan secara substantif dengan kaidah-kaidah hukum yang universal. Mashlahah mursalah merupakan suatu metode ijtihad dalam rangka menggali hukum (istinbath) Islam, namun tidak berdasarkan pada nash tertentu, namun berdasarkan kepada pendekatan maksud diturunkannya hukum syara (maqashid as-syari ah). Kemaslahatan yang menjadi tujuan syara bukan kemaslahatan yang semata-mata berdasarkan keinginan dan hawa nafsu saja. Sebab tujuan pensyari atan hukum 10 Asnawi, Perbandingan Ushul Fiqh (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 161. 11 Sulaiman Abdullah, Sumber-sumber Hukum Islam, Permasalahan dan Fleksibilitasnya (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), hlm. 78. 12 Hasbi ash-shiddeqy, Filsafat Hukum (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 477. 13 Asnawi, perbandingan, hlm 110-112. 14 Ibid, hlm. 142.

8 tidak lain adalah untuk merealisasikan kemaslahatan manusia dalam segala aspek kehidupan dunia agar terhindar dari berbagai bentuk kerusakan. 15 B. Metode Penelitian Penelitian yang akan lakukan merupakan jenis penelitian lapangan (field research), yaitu meneliti langsung ke lapangan pada masalah yang akan diteliti. Penelitian lapangan yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 16 Penelitian ini akan dilaksanakan di kecamatan Geragai kabupaten Tanjung Jabung Timur provinsi Jambi. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang dilakukan secara utuh kepada subjek penelitian dimana terdapat sebuah peristiwa dimana peneliti menjadi instrumen kunci dalam penelitian, kemudian hasil pendekatan tersebut diuraikan dalam bentuk kata-kata yang tertulis data empiris yang telah diperoleh dan dalam pendekatan ini pun lebih menekankan makna daripada generalisasi. 2) Pendekatan yuridis, yaitu pendekatan secara hukum, jadi yang dimaksud dengan pendekatan yuridis adalah pendekatan penelitian yang melihat latar belakang kondisi sosial yang mempengaruhi pemikiran keagamaan dan perilaku masyarakat yang dikaitkan dengan hukum Islam dan muamalah Islam. Hukum yang dipakai umat Islam adalah hukum yang berdasarkan Al Quran, Al Hadits dan ijma para ulama. 3) Pendekatan Sosiologis, yaitu melihat suatu masalah berdasarkan keadaan sosial masyarakat, adat-istiadat yang berlaku dan dampak-dampak yang timbul pada pola kehidupan masyarakat. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut: 1) Metode Wawancara, yaitu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat hlm.3. 15 Ibid, hlm. 130. 16 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2000),

9 dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu. 17 Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang dipakai hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan 18. 2) Metode Observasi, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. 19 3) Metode Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data melalui peninggalan tertulis maupun tidak tertulis terutama berupa arsip-arsip berhubungan dengan masalah. 20 Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, yaitu menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut dan menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial itu. 21 Dalam cara pengambilan kesimpulan atas data kualitatif tersebut, penyusunan menggunakan metode induktif, yaitu memaparkan contoh-contoh kongkrit dan fakta-fakta terlebih dahulu, baru kemudian dirumuskan menjadi suatu kesimpulan. Metode induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. 22 C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Proses perjanjian penggarapan kebun kelapa sawit di kecamatan Geragai adalah sebagai berikut: a) Awalnya pemilik tanah menginformasikan bahwa sedang mencari petani yang bersedia menggarap tanah kosong miliknya. Setelah ada petani yang tertarik 17 Beni Ahmad Saebani dan Kadar Nurjaman, Manajemen Penelitian (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), hlm. 85. 18 Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 140 19 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 118. 20 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 191. 21 Burhan Bungin, Penelitian, hlm. 161. 22 Patrick Galugu, Mengenal Pendekatan Deduktif Dan Induktif, 2013. http://www.menginspirasi.com/2013/09/mengenal-pendekatan-deduktif-dan.html, diakses tanggal 21 Januari 2014.

10 dengan informasi yang diperoleh, kedua belah pihak mengadakan pertemuan baik itu atas inisiatif pemilik lahan maupun atas kehendak petani yang tujuannya mengadakan akad baik tertulis maupun lisan. Dalam kasus yang berbeda, adakalanya petani penggarap yang mencari tanah garapan, dengan menemui pemilik tanah yang memiliki banyak tanah yang belum tergarap. Setelah menemukan pemilik tanah yang mengizinkan tanahnya untuk digarap, maka kedua belah pihak mengadakan pertemuan untuk mengadakan akad perjanjian. Pada perjanjian kerjasama penggarapan kebun sawit di kecamatan Geragai kebanyakan kedua belah pihak melakukan akad dengan cara lisan. 23 b) Setelah kedua pihak melakukan akad, kedua belah pihak bermusyawarah menentukan cara penggarapan dan pembagian tanaman sekaligus tanahnya. Cara pembagian tanaman sekaligus tanahnya yang umumnya disepakati kedua belah pihak, yaitu: (1) Jika bibit berasal dari pemilik tanah, maka tanah dan tanamannya dibagi tiga, 1/3 untuk petani penggarap dan 2/3 untuk pemilik tanah. Misalnya tanah yang digarap ada 3 Ha, pembagiannya 1 Ha untuk petani penggarap dan 2 Ha untuk pemilik tanah. Untuk biaya penggarapan ada yang dibebankan kepada penggarap atau kepada kedua belah pihak. 24 Dari hasil wawancara peneliti terhadap 18 responden (14 petani penggarap dan 4 pemilik tanah), ada 4 orang yang model pembagiannya 1/3 : 2/3. (2) Jika bibit berasal dari petani penggarap, biaya penggarapan berasal dari petani penggarap dan pemilik tanah hanya menerima bersih, maka pembagian tanah dan tanamannya adalah dibagi 2. Misalnya tanah yang digarap ada 4 Ha, maka bagiannya 2 Ha untuk petani penggarap dan 2 Ha untuk pemilik tanah. Dari hasil wawancara peneliti terhadap 18 responden (14 petani penggarap dan 4 pemilik tanah), ada 14 orang yang model pembagiannya 1/2 : 1/2. (3) Jika bibit yang akan ditanam berasal dari pemilik tanah. Peralatan, tenaga, biaya perawatan, biaya penyemprotan gulma, biaya penanggulangan hama, biaya penggantian bibit jika tanaman dimakan hama berasal dari petani penggarap. Dalam bentuk ini sistem pembagiannya adalah tanaman sekaligus tanahnya dibagi 2, ½ bagian untuk pemilik tanah dan ½ bagian 23 Hasil wawancara denga pak Mulyadi, tanggal 10 Februari 2014 24 Hasil wawancara dengan pak Mulyadi, tanggal 10 Februari 2014

11 untuk petani penggarapan. Untuk yang ini sudah mulai jarang dilakukan, karena harga tanah sudah mulai tinggi. 25 c) Dari 3 cara pembagian tersebut, untuk semuanya sama dalam memberikan kewenangan kepada petani penggarap, yaitu petani penggarap melakukan penanaman dan mengolahnya sampai tanaman sekaligus tanahnya siap untuk dibagi sesuai dengan kesepakatan awal. Batas penggarapannya adalah sejak mulai penanaman sampai tanaman sekaligus tanahnya dibagi. Pada umumnya tanaman sekaligus tanahnya dibagi ketika tanaman kelapa sawit berumur rata-rata 3-4 tahun, ketika tanaman sawit sudah mulai buah pasir. Sebelum tanah dan tanamannya dibagi, petani penggarap berhak untuk mengambil hasil dari buah yang dijual. Petani juga diperbolehkan menanami tanah dengan tanaman palawija. Tetapi tidak boleh menanami tanaman tahunan. 26 d) Setelah pembagian tanaman sekaligus tanahnya selesai, maka masing-masing pihak membuat surat kepemilikan tanah dengan memisah mengganti dengan nama masing-masing. 27 Beberapa alasan yang menjadi sebab pemilik tanah menggarapkan tanahnya kepada orang lain adalah sebagai berikut: a) Karena kesibukan mereka pada pekerjaan lain 28. b) Karena keterbatasan modal 29. c) Karena semata-mata untuk tujuan monolong orang yang membutuhkan tanah 30. d) Karena pemilik tanah tidak memahami bagaimana caranya berkebun kelapa sawit. Sedangkan yang menjadi alasan petani penggarap bersedia menggarap tanah orang lain, diantaranya adalah sebagai berikut: a) Untuk mencari tanah 31. b) Untuntuk mencari tambahan tanah 32. c) Karena semata-mata untuk tujuan monolong pemilik tanah 33. 25 Hasil wawancara dengan pak Muhtadi, tanggal 10 Februari 2014 26 Hasil wawancara dengan pak M. Sukri, tanggal 09 Februari 2014 27 Hasil wawancara dengan pak Hadi Wasno, tanggal 06 Februari 2014 28 Hasil wawancara dengan pak Parman, tanggal 09 Februari 2014 29 Hasil wawancara dengan pak Muhtadi, tanggal 10 Februari 2014 30 Hasil wawancara dengan pak Mulyadi, tanggal 10 Februari 2014 31 Hasil wawancara dengan pak Rebo, tanggal 06 Februari 2014 32 Hasil wawancara dengan pak Suyanto, tanggal 06 Februari 2014 33 Hasil wawancara dengan pak Anton, tanggal 06 Februari 2014

12 Ada 2 macam cara akad perjanjian awal yang dilakukan antara pemilik tanah dan petani penggarap, yaitu: 1) Secara lisan, menurut beberapa narasumber yang peneliti wawancarai, setelah mendengar informasi ada pemilik tanah hendak menggarapkan tanahnya, petani penggarap menemui pemilik tanah. Setelah mereka bertemu, mereka mengadakan akad perjanjian secara lisan, ada yang disaksikan oleh banyak orang dan ada yang hanya pihak yang bersangkutan saja. mhal ini disebabkan mereka sudah saling percaya, dan tidak merasa takut untuk ditipu oleh salah satu pihak. 34 Dari hasil wawancara peneliti terhadap 18 responden (14 petani penggarap dan 4 pemilik tanah), hampir semuanya akad perjanjiannya secara lisan, yaitu 14 orang. 2) Secara tertulis, akad perjanjian secara tertulis terjadi karena kedua belah pihak masih khawatir akan terjadi sengketa atau tipu-menipu dikemudian hari, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, maka dibuatlah surat perjanjian bermaterai dengan membubuhkan tanda tangan kedua belah pihak dan para saksi. 35 Dari hasil wawancara peneliti terhadap 18 responden (14 petani penggarap dan 4 pemilik tanah), yang perjanjiannya secara tertulis hanya 4 orang. Mencermati proses perjanjian penggarapan kebun kelapa sawit di kecamatan Geragai, yaitu mengenai penyediaan tanah, penyediaan bibit dan perawatan tanaman, maka akadnya bisa dikategorikan dengan muzara ah atau mukharabah. Jika yang menyiadakan bibit adalah pemilik tanah, petani penggarap hanya menyediaan biaya penanaman dan biaya perawatan, maka akadnya disebut dengan muzara ah. Jika yang menyediakan bibit, biaya penanaman dan perawatan berasal dari petani penggarap, pemilik tanah hanya menyediakan tanah dan terima bersih, maka akad ini bisa disebut dengan mukhabarah. Dalam dua jenis akad tersebut yang bagi adalah hasilnya, yaitu hasil panen buahnya. Berbeda dengan praktik kerjasama penggarapan kebun kelapa sawit di kecamatan Geragai yang sistem pembagiannya yang dibagi adalah tanaman sekaligus tanahnya. Dalam kontrak syari ah, sistem tersebut masuk dalam kategori akad mugharasah. 34 Hasil wawancara dengan pak Sugiono, tanggal 06 Februari 2014 35 Hasil wawancara dengan pak Kardi, tanggal 04 Februari 2014

13 Analisis peneliti mengenai akad mugharasah yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan Geragai dalam kerjasama penggarapan kebun kelapa sawit tetap sah dan tidak bertentangan dengan hukum Islam, karena sudah terpenuhi syarat-syarat yang dikemukakan oleh ulama Malikiyah. Walaupun mayoritas ulama tidak membolehkan akad mugharasah, tapi peneliti menyimpulkan bahwa akad mugharasah tersebut sah dan tidak bertentangan dengan hukum Islam. Dasar hukumnya adalah istihsan bi al- urf. Istihsan adalah perbuatan adil terhadap suatu permasalahan hukum dengan memandang hukum yang lain, karena adanya suatu yang lebih kuat yang membutuhkan keadilan. Istihsan bi al- urf adalah istihsan yang berdasarkan pada adat kebiasaan yang berlaku umum. Karena akad perjanjian penggarapan kebun kelapa sawit yang membagi tanaman sekaligus tanahnya sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Geragai dan sudah berlangsung sejak lama. D. Kesimpulan dan Saran Dari beberapa uraian pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Praktik penggarapan kebun kelapa sawit yang dilakukan masyarakat kecamatan Geragai adalah kerjasama yang sah, walaupun mayoritas ulama tidak membolehkan akad mugharasah, tapi peneliti menyimpulkan bahwa akad mugharasah tersebut sah dan tidak bertentangan dengan hukum Islam. Dasar hukumnya adalah istihsan bi al- urf. Istihsan adalah perbuatan adil terhadap suatu permasalahan hukum dengan memandang hukum yang lain, karena adanya suatu yang lebih kuat yang membutuhkan keadilan. Istihsan bi al- urf adalah istihsan yang berdasarkan pada adat kebiasaan yang berlaku umum. Karena akad perjanjian penggarapan kebun kelapa sawit yang membagi tanaman sekaligus tanahnya sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Geragai dan sudah berlangsung sejak lama. Selain itu pembagian tanaman sekaligus tanahnya juga dilaksanakan secara adil sesuai dengan kesepakatan awal tidak ada unsur penipuan dan mereka tidak ada yang merasa dirugikan dan terzalimi, maka muamalah itu sah dan dibolehkan.

14 Adapun saran dari peneliti adalah sebagai berikut: 1) Kepada petani penggarap hendaknya menjalankan apa yang sudah menjadi kewajibannya dengan sungguh-sungguh, agar tidak mengecewakan pemilik tanah yang sudah mempercayakan tanahnya untuk digarap. 2) Kepada pemilik tanah hendaknya menepati apapun yang sudah menjadi kesepakatan awal, termasuk batas waktu pembagian tanaman sekaligus tanahnya. 3) Kepada peneliti lain, jika sekiranya peniliti lain akan menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya dan akan lebih mendalam membahas tentang mugharasah, diharapkan untuk untuk mencari referensi yang lebih banyak, dan akan lebih baik lagi mencari referensi kitab aslinya.

15 DAFTAR PUSTAKA Abdul Baqi, Muhammad Fuad. 2011. Al-Lu lu Wal Marjan Mutiara Hadits Sahih Bikhari dan Muslim terj Muhammamad Suhadi, dkk. Jakarta: Ummul Qura Abdullah, Sulaiman. 1995. Sumber-sumber Hukum Islam, Permasalahan dan Fleksibilitasnya. Jakarta: Sinar Grafika Antonio, Muhammad Syafi i. 2011. Bank Syari ah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Ashabul-Muslimin. 2011. Shahih Bukhari, file ebook. Bekasi Ash-Shiddeqy, Hasbi. 1975. Filsafat Hukum. Jakarta: Bulan Bintang Asnawi. 2011. Perbandingan Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Burhanuddin S. 2009. Hukum Kontrak Syariah, edisi pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Depag RI. 2007. Al Quran Terjemah dan Tema Penjelas Kandungan Ayat. Jakarta: CV Darus Sunnah Hasan, M.Ali. 2003. Berbagai Macan Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Khalid bin Al-Musyaiqih.2012. Buku Pintar Muamalah (Aktual & Mudah), terj Abu Zidna. Klaten: Wafa Press Koordinator Statistik Kecamatan Geragai. 2013. Geragai Dalam Angka 2013. Tanjung Jabung Timur: BPS Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syari ah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakaya Nata, Abuddin. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada Nazir, Muhammad. 1986. Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya Patrick Galugu. 2013. Mengenal Pendekatan Deduktif Dan Induktif, http://www.menginspirasi.com/2013/09/mengenal-pendekatan-deduktifdan.html, diakses tanggal 21 Januari 2014. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmuilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Saebani, Ahmad Beni. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia Saebani, Ahmad Beni dan Kadar Nurjaman. 2013. Manajemen Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia Sarwat, Ahmad. Seri Fiqih Kehidupan (7) : Muamalat, file ebook. Jakarta: DU Publising Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta Suhendi, Hendi. 2007. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Syafei, Rahmat. 2006. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia