BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. standar professional dan hukum (College of registered nurses of British. pasien, keluarga serta masyarakat (Aditama, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena tenaga keperawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan bagian integral dari seluruh sistem pelayanan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, baik rawat jalan, rawat inap. diselenggarakan oleh pemerintah, dan atau masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1945, yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pada kesembuhan pasien, dalam berkomunikasi dengan pasien. dokter dan perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis

BAB I PENDAHULUAN. Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit sekarang ini menjadi semakin penting dengan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan dalam. kemampuan manajemen menggunakan informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 24 jam, dimana dibutuhkan sistem kerja yang bergantian(shift) dalam

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan juga terus berubah. Untuk itu semua aspek termasuk sumber

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokus pada pasien (Patient

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang berpenghasilan rendah dan negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawat memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan pada

PROGRAM KERJA SUB KOMITE MUTU KEPERAWATAN RUMAH SAKIT LNG BADAK TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diperlukan pegawai yang profesional, bertanggung jawab, jujur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, karena itu tujuan pelayanan perawatan merupakan salah satu bagian dari tujuan utama rumah sakit. Sesuai dengan UU No 44 tahun 2009 bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Karena itu, perawat sebagai ujung tombak pemberi pelayanan di rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan professional sesuai dengan perkembangan IPTEK kesehatan serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata masyarakat. Menurut Al assaf (2009) mutu dapat dicapai jika layanan yang terjangkau dapat diberikan dengan cara yang pantas dan hemat biaya. Layanan yang bermutu adalah layanan yag berorientasi pada pelanggan, tersedia terjangkau dan mudah didapat. Untuk mencapai mutu pelayanan yang baik bagi pasien diperlukan motivasi kerja yang tinggi dari seorang perawat. Motivasi adalah sesuatu di dalam diri manusia yang memberi energi, aktifitas, dan gerakan yang mengarahkan perilaku, untuk mencapai usaha 1

tersebut sangat bergantung pada kemampuan seseorang untuk memuaskan berbagai kebutuhannya. Usaha merupakan ukuran intensitas kemauan seseorang. Apabila seseorang termotivasi yang bersangkutan akan berusaha keras meningkatkan penampilan kerja(bernard, Berebson,& A. Stieiner, Illyas, 2001). Motivasi seseorang akan timbul apabila diberi kesempatan untuk berusaha untuk mencapai hasil kerja yang baik dan mendapat umpan balik dari prestasi kerja yang telah dilakukan. Motivasi bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja bawahan dalam mencapai tujuan. Menurut Hasibuan (2005) pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang dapat menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai prestasi yang optimal. Menurut penelitian Andi (2008) tentang Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja perawat pelaksana di RSUD Blambangan 65,59% perawat pelaksana memiliki motivasi sedang. Faktorfaktor yang melatar belakanginya adalah 98,92% karena faktor instrinsik yaitu prestasi dan pengembangan diri, 67,74% dan faktor ekstrinsik yaitu sistim administrasi yang tidak efisien. Usaha yang keras dan hasil kerja optimal yang telah dicapai seseorang merupakan kunci dari sebuah motivasi dan kepuasan kerja seseorang Kepuasan kerja adalah suatu respon emosional seseorang terhadap berbagai segi pekerjaan ( Kreitner dan Kinicki 2005). Seseorang dapat merasa puas dengan salah satu pekerjaan dan merasa tidak puas dengan pekerjaan lain, tergantung dari kondisi tempat kerja dan hasil pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan. Kepuasan kerja tidak tampak secara 2

nyata tapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil pekerjaannya. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut penelitian Widodo(,2003): Kovner et al (2006); Zangaro & Soeken( 2007); Sayuni( 2009) ada tujuh faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu 1. Komunikasi yang baik dengan sesama perawat.2. Pemberian insentif yang sesuai dengan harapan.3. Lingkungan kerja yang nyaman.4. Dukungan manajemen yang baik. 5. Sifat kerja yang tidak monoton. 6. Pekerjaan yang sesuai dengan keahlian.7. Adanya peluang promosi. Karena itu kepuasan kerja perawat perlu mendapat perhatian serius dari pihak manajemen rumah sakit, karena perawat merupakan karyawan terbesar dalam melaksanakan pelayanan keperawatan. Dari hasil penelitian diatas komunikasi merupakan faktor yang mempengaruhi dalam pelayanan keperawatan Komunikasi adalah bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam pengaturan pelayanan keperawatan.komunikasi yang baik antar perawat dapat menjalin kerjasama yang baik dalam melakukan pelayanan keperawatan, misalnya dalam pergantian shift perawat yang disebut dengan operan perawat, yakni perawat secara lisan merangkum informasi tentang pasien yang menjadi tanggung jawabnya diakhir shift. Sistem operan perlu dibentuk dengan strategi komunikasi yang baik.menurut hasil penelitian Catherine (2008) di Denver Health Medical Center Kegagalan komunikasi perawat dalam melakukan operan antar shift 30% disebabkan karena kegagalan komunikasi secara langsung seperti: 1). Komunikasi yang terlambat.2). Kegagalan komunikasi dengan semua anggota tim 3

keperawatan.3). Isi komunikasi yang tidak jelas. Hal ini menyebabkan tujuan komunikasi yang diharapkan tidak tercapai, dan menyebabkan ketidakpuasan perawat dalam melakukan operan.karena operan merupakan sarana komunikasi perawat dalam menyampaikan dan menerima informasi secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan perawat serta perkembangan kesehatan pasien.tapi operan sering dilakukan hanya laporan di nurse station tanpa melihat keadaan pasien langsung dengan alasan kelelahan kerja perawat. Menurut Kuntoro (2010) Operan adalah teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan k e p e r a w a t a n dapat berjalan dengan sempurna. Tujuan operan disini adalah : 1). Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna. 2). Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.3). Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat.4). Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan. Operan perawat dulunya dilakukan dengan cara tradisonal yaitu: 1.dilakukan hanya di meja perawat. 2. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnyaan pertanyaan atau diskusi. 3.Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.4. Tidak ada kontirbusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status 4

kesehatannya tidak up todate. Operan tradisional hanya cukup di meja perawat tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien secara langsung. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan dari pasien dan perawat karena tidak ada komunikasi antara perawat dengan pasien yang nantinya bermanfaat bagi pelayanan yang dilakukan (Kassesan and Jagoo, dalam JCI, 2010) Operan perawat secara modern dengan teknik SBAR adalah dengan menggunakan format pendokumentasian teknik SBAR pada masing-masing pasien tiap shift, buku catatan operan, dan rekam medik pasien. Pertama menyampaikan keadaan pasien dan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan dan kemajuan keadaan pasien setelah tindakan dilakukan di nurse station. Setelah itu operan dilanjutkan dengan melihat keadaan pasien secara langsung dan menanyakan kepada pasien tentang kemajuan keadaan pasien dan keluhan yang masih dirasakan, dan pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga. Hal ini memungkinkan terjalin komunikasi yang efektif baik antara pasien dan perawat dan sesama perawat antar shift ( JCI, 2010) Manfaat dari operan adalah :1. Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh perawat pada shift berikutnya.2. Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan dengan keadaan klien yang sebenarnya. 3. Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada yang belum terungkap. Hal-hal yang perlu yang disampaikan dalam operan: 1 Identitas pasien dan diagnosa medis. 2. Masalah keperawatan yang masih muncul 3. Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (.secara umum). 4. Intervensi kolaboratif yang telah 5

dilaksanakan.5. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif, pemeriksaan laboratorik/pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk konsultasi atau terhadap prosedur yang tidak rutin dijalankan 6. Prosedur rutin yang biasa dilakukan pada perawatan pasien dan hal-hal yang perlu disampaikan perawat dalam perawatan pasien. Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Ini mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk memeriksa bahwa pesan telah diterima dengan benar. Meskipun digunakan setiap hari dalam situasi klinis, keterampilan komunikasi perlu dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua perawat sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat dalam lingkungan yang serba cepat dan menegangkan. Untuk itu diperlukan pendekatan sistematik untuk memperbaiki komunikasi tersebut salah satunya dengan cara komunikasi teknik SBAR. Komunikasi Situasion Background Assessment Recommendation (SBAR) dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari Kaiser Permanente Oakland California untuk membantu komunikasi antara dokter dan perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk kumunikasi dalam situasi beresiko tinggi antara perawat dan dokter, teknik SBAR juga dapat digunakan untuk berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan antara perawat. Di Kaiser tempat asalnya, teknik SBAR tidak hanya digunakan untuk operan tugas antara klinis tapi juga untuk berbagai laporan 6

oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan via email atau voice mail serta bagian IT untuk mengatasi masalah (JCI, 2010) Kesalahan dalam komunikasi adalah penyebab utama peristiwa yang dilaporkan ke Komisi Bersama Amerika Serikat antara 1995 dan 2006 yaitu dari 25000-30 000 kejadian buruk yang dapat dicegah menyebabkan cacat permanen,11% kejadian buruk ini adalah karena masalah komunikasi yang berbeda 6% dan juga karena tidak memadai tingkat keterampilannya (WHO, 2007). Sesuai dengan kasus diatas Asosiasi Rumah Sakit Arizona dan Kesehatan (AzHHA) Komite Patient Safety mempercayai komunikasi SBAR akan membuat dampak positif bagi profesi- profesi lain untuk mempermudah komunikasi dan keselamatan pasien, dengan keyakinan bahwa pengembangan komunikasi SBAR membantu mereka untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif untuk mengatasi kejadian buruk diatas Menurut laporan tahunan RSUP Dr. M. Djamil Padang khususnya Instalasi Non Bedah memiliki sumberdaya manusia yang memadai sebanyak 169 orang yang terdiri dari 20 orang tamatan SPK, 131 orang DIII Kep, 15 orang S1 Kep, 1 orang S2 Kep, 2 orang S2 Kes. Disini dapat kita lihat RSUP. Dr. M. Djamil Padang memiliki sumber daya yang bervariasi baik dari segi kualitas maupun kuantitas rasio tenaga perawat yang berpendidikan tinggi adalah 1:11. Dari hasil residensi pada bulan Februari 2012 didapatkan data 42,5% perawat pelaksana tidak mempunyai motivasi yang baik, masalah ini disebabkan oleh banyak hal salah satunya adalah tidak mendapat imbalan 7

sesuai dengan beban kerja, dan tidak ada data tentang perawat yang mendapat reward tahunan. Kurangnya motivasi perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan berdampak pada ketidakpuasan kerja perawat yang nantinya juga berpengaruh pada pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit. RSUP.Dr. M. Djamil Padang sebagai pusat rujukan untuk wilayah Sumatera Bagian Tengah juga memerlukan pelayanan keperawatan yang lebih baik terutama dalam hal komunikasi efektif antar shift atau operan. Pofesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan sistim operan dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan keefektivitasnya adalah saat operan. Karena komunikasi merupakan masalah yang sering menimbulkan ketidakpuasan kerja bagi perawat. Di Bangsal Non Bedah khususnya ruang Rawat Inap Flamboyan dari hasil observasi selama penelitian operan perawat dari shift malam ke pagi sudah dilakukan secara modern yaitu operan dilakukan tidak hanya di nurse station tapi sudah mencek langsung pada keadaan pasien dan menanyakan langsung ke pasien tentang keluhannya dan kemajuan perawatan yang telah dilakukan, tapi belum optimal karena belum ada acuan dalam melakukan operan hanya mengacu pada status rekam medik pasien. Sedangkan operan untuk shift pagi ke sore dan shift sore ke malam sering dilakukan secara tradisional yaitu operan hanya di nurse station tidak ada konfirmasi pada 8

masing-masing pasien. Ini menandakan kurangnya profesionalisme dan motivasi perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan secara mandiri. Bagaimana mengatasi hambatan komunikasi dan kurangnya motivasi kerja tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan misalnya dengan teknik komunikasi SBAR dalam melakukan operan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh teknik komunikasi SBAR terhadap motivasi dan kepuasan perawat dalam melakukan operan. B. Perumusan Masalah Operan merupakan sarana komunikasi antar perawat untuk berkoordinasi lebih lanjut dalam perawatan dan perkembangan pasien. Dibeberapa rumah sakit pelaksanaan operan umumnya masih menggunakan operan metode tradisional. Operan dengan metode tradisional hanya cukup di meja perawat atau di nurse station tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien secara langsung. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan baik dari pasien maupun bagi perawat karena tidak ada komunikasi antara perawat dengan pasien yang nantinya bermanfaat bagi pelayanan keperawatan yang dilakukan. Berdasarkan latar belakang masalah komunikasi merupakan masalah yang menyangkut profesionalisme perawat dan harus diperhatikan oleh manajemen keperawatan rumah sakit. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana pengaruh teknik komunikasi SBAR terhadap motivasi dan kepuasan perawat dalam melakukan operan di Ruang Rawat Inap RSUP. Dr. M. Djamil Padang. 9

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh teknik komunikasi SBAR terhadap motivasi dan kepuasan kerja perawat dalam melakukan operan di Ruang Rawat Inap RSUP Dr.M. Djamil Padang 2. Tujuan Khusus a. Teridentifikasi gambaran faktor karakteristik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol b. Teridentifikasi distribusi frekwensi motivasi dan kepuasan kerja perawat pelaksana sebelum perlakuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. c. Teridentifikasi distribusi frekwensi motivasi dan kepuasan kerja perawat pelaksana setelah perlakuan pada kelompok intervensi dan kontrol d. Teridentifikasi perbedaan motivasi dan kepuasan kerja perawat pelaksana pelaksana sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok Intervensi e. Teridentifikasi perbedaan motivasi dan kepuasan kerja perawat pelaksana sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok kontrol D. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi rumah sakit, perawat, atau penelitian selanjutnya 10

1. Manfaat Bagi Rumah Sakit a. Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini menghasilkan format komunikasi SBAR dalam melakukan operan yang disepakati. b. Perawat pelaksana mendapat masukan dalam penelitian ini untuk acuan dalam melakukan operan sehingga perawat lebih termotivasi 2. Manfaat Bagi Perawat a. Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan perawat tentang teknik komunikasi SBAR dalam melakukan operan. b. Temuan ini dapat meningkatkan profesionalisme dan motivasi perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan secara mandiri 3. Manfaat Bagi Peneliti Langkah awal untuk penelitian lebih lanjut pada peningkatan komunikasi antar perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit 11