BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa ini. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

Banyaknya fenomena penyimpangan perilaku yang bisa dilihat secara. setiap hari, membentuk keprihatinan bahwa bangsa ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, seorang anak

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat telah menyebabkan berbagai perubahan pada semua aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa maju pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Khoirsyah Riati, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2000), hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia cerdas pasti tidak ingin mengalami kegagalan dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh akhlak bangsa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam. 1

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia melakukan pembenahan diberbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Diawali dari perubahan kurikulum yang dipandang oleh banyak kalangan pendidik sebagai perubahan yang sangat drastis, di mana banyak mengalami perubahan, dari KBK, Kurikulum 2004 sampai Kurikulum 2006, yang operasionalnya dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Perlu dipahami bersama bahwa majunya suatu negara ditentukan oleh majunya pendidikan di negara tersebut. Dengan demikian, pembenahan pendidikan, termasuk kurikulum harus mendapat prioritas utama dalam pembangunan suatu negara. Pemberlakuan kurikulum baru yang kita hadapi saat ini juga merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki proses penyelenggaraan pendidikan agar tidak tertinggal jauh dari negara lain. Perubahan kurikulum merupakan sesuatu yang wajar dilakukan oleh negara manapun dalam rangka mengakomodasikan segala perubahan dan kemajuan di bidang IPTEK dan tuntutan masyarakat yang semakin modern. Sebagai bangsa yang berbudaya dan memiliki pandangan hidup yang diyakini kebenarannya sampai saat ini, pemerintah menyadari pentingnya akhlak mulia diutamakan dalam proses pendidikan. Bangsa Indonesia

2 menyadari hanya mereka yang memiliki iman dan taqwa serta akhlak mulia yang baik yang dapat dididik menjadi peserta didik yang mudah diarahkan dan berhasil sehingga akan terbentuk generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berkualitas akhlaknya sekaligus cerdas intelektualnya. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu pengembangannya bila diingat makin berkembangnya tawuran antar-pelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama di kota-kota besar, pemerasan/kekerasan ( bullying), kecendrungan dominasi senior terhadap yunior, fenomena suporter bonek, penggunaan narkoba, dan lain-lain. Bahkan yang paling memprihatinkan, keinginan untuk membangun sifat jujur pada anak-anak melalui kantin kejujuran di sejumlah sekolah, banyak yang gagal, banyak usaha kantin kejujuran yang bangkrut karena belum bangkitnya sifat jujur pada anak-anak. Kemudian Siswa di sekolah banyak yang selalu menyontek dan bergantung pada orang lain. Sementara itu, seperti dilansir Koran Tempo Interaktif tahun 2009 mengungkapkan informasi dari Badan Narkotika Nasional menyatakan ada 3,6 juta pecandu narkoba di Indonesia. 1 Sehubungan dengan hal tersebut, layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Bimbingan konseling, bahkan secara formal masuk dalam sistem pendidikan nasional mulai tahun 1975, yaitu pada saat diberlakukannya kurikulum 1975. Bimbingan konseling merupakan suatu profesi yang diharapkan akan dapat membantu dan mendukung mengembangkan seluruh kemampuan siswa sesuai 1 Mukhlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, h. 9.

3 dengan potensinya melalui layanan bimbingan dan konseling yang bersifat psiko-pedagogis. Dengan demikian, layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan untuk pencapaian tujuan pendidikan. 2 Dengan demikan, bimbingan dan konseling harus mengambil bagian dalam pendidikan karakter yang saat ini menjadi perhatian dan masuk dalam komponen pembelajaran. Konselor sebagai bagian tidak terpisahkan dari pendidikan nasional harus mengambil salah satu peran mensukseskan tugas tersebut. Dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan konseling hendaknya memasukkan nilai-nilai karakter agar terbentuk karakter peserta didik yang mulia. Penyelenggaraan pendidikan karakter memerlukan pendekatan personal, baik dalam arti guru pembimbing harus kompeten dan layak untuk dicontoh, disamping itu juga pada umumnya para siswa akan respek kepada mereka yang memiliki kedekatan secara pribadi sehingga memudahkan terjadinya penyampaian pesan-pesan atau informasi tentang pendidikan karakter. 3 Layanan konseling individual merupakan salah satu layanan dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan demikian, layanan ini dapat menjadi salah satu cara untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah. Cara tersebut antara lain adalah guru pembimbing menanamkan nilai-nilai 2 Agus Akhmadi, Peranan Layanan Bimbingan Konseling dalam Pendidikan Karakter (Kajian Materi Diklat Guru Bimbingan Konseling), diakses di http://himcyoo.files.wordpress.com/2012/04/peranan-layanan-bk-dalam-pendidikan-karakter.pdf pada tanggal 08 Juni 2013. 3 Ibid, h. 2

4 pendidikan karakter saat proses konseling individual berlangsung. Guru pembimbing dapat memancing agar siswa berkata jujur dan memiliki inisiatif untuk dapat mengambil keputusan sendiri. SMP Negeri 20 Pekanbaru merupakan salah satu sekolah yang telah melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Guru pembimbing melaksanakan konseling individual untuk mengentaskan masalah siswa. Guru pembimbing yang bertugas di sekolah ini semuanya berlatar belakang sarjana bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, seyogyanya guru pembimbing yang professional menerapkan pendidikan berkarakter dalam layanan bimbingan dan konseling termasuk dalam layanan konseling individual. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwasanya penerapan pendidikan karakter dalam layanan layanan konseling individual belum terlaksana secara penuh. Berdasarkan pengamatan awal, penulis menemukan gejala-gejala berikut: 1. Ada siswa yang belum bisa mengambil keputusan sendiri dalam konseling individual 2. Ada siswa yang tidak mau memberitahu suatu kebenaran dalam konseling individual 3. Masih ada sebagian siswa yang selalu meminta solusi kepada guru pembimbing dalam konseling individual 4. Ada siswa yang tidak mau mengakui kesalahannya

5 Berdasarkan gejala-gejala di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pendidikan Berkarakter dalam Konseling Individual di Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Pekanbaru B. Penegasan Istilah Agar penelitian ini dapat dipahami dengan jelas, maka beberapa istilah yang digunakan memerlukan penjelasan yang lebih jelas, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran istilah-istilah dalam penelitan ini, maka penulis menjelaskan arti dari istilah-istilah tersebut sebagai berikut: 1. Pendidikan karakter Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemaren, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun bangsa sehingga menjadi manusia insan kamil. 4 Jadi yang dimaksud pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai karakter yang dilakukan oleh guru pembimbing untuk membentuk karakter siswa. Dalam penelitian ini penulis berfokus pada 2 nilai karakter yaitu kejujuran dan kemandirian. 2. Konseling individual Konseling individual adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara 4 Mukhlas Samani dan Hariyanto, op.cit, h, 237.

6 tatap muka dengan guru pembimbing atau konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya. 5 Jadi yang dimaksud dengan pendidikan karakter dalam konseling individual adalah penanaman pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru pembimbing untuk membentuk karakter siswa dalam proses konseling individual. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa masalah berkenaan dengan pendidikan berkaraker dalam konseling individual SMP Negeri 20 Pekanbaru. Masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut: a. Latar belakang pendidikan guru pembimbing. b. Pengetahuan guru pembimbing tentang pendidikan berkarakter. c. Keterampilan guru pembimbing dalam menanamkan nilai karakter ke dalam proses konseling individual. d. Pendidikan karakter nilai kejujuran dan kemandirian dalam konseling individual. e. Pendidikan karakter nilai religius dalam konseling individual. f. Persepsi guru pembimbing terhadap pentingnya penerapan pendidikan karakter. 5 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008, h. 63.

7 g. Faktor yang mendukung dan menghambat penanaman pendidikan karakter dalam konseling individual. 2. Batasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan yang sudah diuraikan di atas, namun karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan kemampuan peneliti sehingga peneliti tidak membahas semua masalah tersebut. Oleh karena itu penulis membatasi permasalahan ini pada penanaman pendidikan karakter nilai kejujuran dan kemandirian dalam konseling individual serta faktor yang mendukung dan menghambat penanaman pendidikan karakter nilai kejujuran dan kemandirian dalam konseling individual. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah diatas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana penanaman pendidikan karakter nilai kejujuran dan kemandirian dalam konseling individual di SMP Negeri 20 Pekanbaru? b. Apa faktor yang mendukung dan menghambat penanaman pendidikan karakter nilai kejujuran dan kemandirian dalam konseling individual di SMP Negeri 20 Pekanbaru? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

8 a. Mengetahui penanaman pendidikan karakter nilai kejujuran dan kemandirian dalam konseling individual di SMP Negeri 20 Pekanbaru b. Mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat penanaman pendidikan karakter nilai kejujuran dan kemandirian dalam konseling individual di SMP Negeri 20 Pekanbaru 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memberikan sumbangan atau referensi ilmiah bagi jurusan bimbingan dan konseling, khususnya mengenai penanaman pendidikan berkarakter dalam konseling individual. b. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh: 1) Bagi peneliti pribadi, sebagai penambah wawasan pengetahuan tentang fenomena yang terjadi dilapangan terkait dengan bimbingan dan konseling. 2) Bagi guru pembimbing, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan profesionalisme kerja. 3) Bagi Jurusan Kependidikan Islam Konsentrasi Bimbingan dan Konseling, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai informasi

9 tentang penanaman pendidikan berkarakter dalam konseling individual serta hambatan yang dihadapi. 4) Bagi lokasi penelitian, SMP Negeri 20 Pekanbaru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam menentukan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan keprofesionalan guru pembimbing. 5) Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi jika ingin mengadakan penelitian yang berhubungan dengan pendidikan berkarakter