BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

SETI YANINGSIH NIM : A

BAB I PENDAHULUAN. karena proses pendidikan tersebut telah dijadwalkan sesuai dengan waktu

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

BAB I PENDAHULUAN. materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dari hasil belajar, guru dapat

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor pendukung, di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia.

BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN. Kriteria utama untuk mengajar dengan efektif ialah apakah mengajar itu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, beberapa di. ini dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan pendidikan khususnya pendidikan di sekolah. Pembinaan

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

(Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan

yang sesuai standar, serta target pembelajaran dan deadline terpenuhi.

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. dengan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan harus melalui proses. pembelajaran. Syam, dkk (1988:2) mengemukakan:

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu materi yang dianggap penting. Bahkan di Perguruan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang dapat ditandai dengan perubahan perilaku

I. PENDAHULUAN. baik dan meningkatnya penguasaan konsep materi yang telah diajarkan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu sekolah formal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh siswa secara rata-rata masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kerangka berpikir. Tatakerja pendekatan sistem menelaah masalah

I. PENDAHULUAN. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan pendekatan kontekstual,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting upaya peningkatan mutu pendidikan matematika secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru harus menata kegiatan. sesuai dengan situasi dilingkungan siswa itu sendiri.

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dewasa ini memiliki kekurangan yang sering terjadi, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Guru menempati posisi dan peran penting dalam pendidikan, karena guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Hal ini disebabkan model pembelajaran yang mereka terima lebih menonjolkan tingkat hafalan materi tanpa diikuti pemahaman atau pengertian mendalam, yang dapat diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya (Muslich, 2007:40). Dalam bidang pendidikan, proses pembelajaran diidentikkan dengan proses penyampaian informasi atau komunikasi. Dalam hal ini media pembelajaran merupakan bagian yang tak terpisahkan pada lembaga pendidikan. Pemanfaatan media pembelajaran merupakan upaya kreatif dan sistematis untuk menciptakan pengalaman yang dapat membelajarkan siswa sehingga pada akhirnya lembaga pendidikan akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sesuai dengan pendapat Hamalik (2003:63) bahwa media pembelajaran merupakan unsur penunjang dalam proses belajar mengajar agar terlaksana dengan lancar dan efektif. Salah satu upaya peningkatan kualitas dan kuantitas program pendidikan adalah dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses terjadinya interaksi antara siswa dengan sumber belajar, 1

2 namun proses pembelajaran yang berlangsung kenyataannya sebagian besar masih berpusat pada pengajar, dimana proses pembelajaran yang berkualitas idealnya adalah pembelajaran yang dapat membantu dan memfasilitasi pembelajar untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal, serta mampu mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif, dengan berorientasi pada minat, kebutuhan, dan kemampuan pebelajar. Salah satu upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah adalah dengan merevisi kurikulum pembelajaran ke arah yang lebih bermutu, yaitu dengan mengeluarkan Kurikulum 2013. Kehadiran kurikulum 2013 tidak lepas dari kurikulum sebelumnya, yakni KTSP tahun 2006. Kurikulum 2013 sebagai hasil dari penjabaran Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah. Sebagaimana disebutkan Sudrajat (2013) bahwa kehadiran kurikulum 2013 menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini dalam melihat suatu fenomena. Dengan demikian, kurikulum 2013 lebih menargetkan pada capaian keberhasilan siswa dalam setiap proses belajarnya.

3 Dalam kurikukum 2013, Sejarah yang terdiri dari materi geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi yang disampaikan secara sistematis, terpadu dan komprehensif. Dengan banyaknya materi yang harus dikuasai oleh siswa dalam materi Sejarah dibandingkan dengan materi mata pelajaran lain yang hanya satu materi (misal PPKn), hal ini mengakibatkan 47% siswa yang mendapatkan hasil belajar yang tidak maksimal dan kurang dari KKM. Apalagi kalau guru dalam menyampaikan materi tidak pandai memanfaatkan media atau alat peraga dan menggunakan metode yang masih konvensional, bisa dipastikan kegiatan belajar mengajar di kelas akan membosankan dan konsep dasar yang akan disampaikan ke anak didik akan mengambang/ tidak mengena. Salah satu mata pelajaran dalam Sejarah adalah pembelajaran IPS-sejarah. Pembelajaran sejarah di sekolah saat ini masih merupakan salah satu topik yang menjadi fokus perhatian para ahli pendidikan sejarah. Hal ini dikarenakan masih banyak persoalan dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Banyaknya permasalahan itu antara lain adalah metode pembelajaran yang digunakan dipandang belum sesuai untuk diterapkan pada proses pembelajaran. Selain itu media yang digunakan dalam pembelajaran kurang mendukung proses pembelajaran atau kurang sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan. Hal tersebut yang tercermin di SMA PAB 8 Saentis, kegiatan pembelajaran Sejarah ditetapkan 2 jam pelajaran setiap minggunya. Dengan alokasi waktu yang hanya 2 jam dan jumlah materi yang harus dikuasai demikian luasnya, ditunjang dengan input siswa yang rendah menyebabkan

4 nilai yang dicapai sebagai hasil belajar masih rendah/ di bawah KKM. Hal ini disebabkan siswa kesulitan untuk memahami banyaknya materi pelajaran IPS- Sejarah yang harus dipahami, di samping itu guru dalam menyampaikan materi masih menggunakan metode yang konvensional yaitu ceramah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pertama pada Standar Kompetensi Menganalisis peradaban Indonesia dan dunia, nilai yang dicapai oleh siswa kelas X pada tahun pelajaran 2013/2014 yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya 15 siswa dari 32 siswa di kelas X atau 46,88%, batas ketuntasan untuk mata pelajaran IPS-Sejarah yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah adalah 60%, sehingga terdapat kesenjangan 13,12%. Pada ulangan remidi dari 15 anak yang belum tuntas, yang kemudian mencapai KKM hanya 8 anak, secara keseluruhan jumlah anak yang mencapai KKM 17 siswa dari 32 siswa atau 53,13% sehingga belum memenuhi ketuntasan secara klasikal. Fakta rendahnya hasil belajar IPS-Sejarah Terpadu ini harus menjadi perhatian guru mata pelajaran. Pada kenyataannya terkadang guru dalam memilih bahan ajar, media pembelajaran dan metode pembelajaran belumlah tepat, sehingga pembelajaran tidak dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Guru baru sebatas memanfaatkan metode ceramah bervariasi serta penugasan kepada siswa. Secara operasional, guru menjelaskan materi kepada siswa kemudian memberikan contoh-contoh dalam kehidupan nyata. Setelah selesai menerangkan materi, guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal yang terdapat dalam buku paket maupun LKS secara mandiri. Siswa kemudian

5 disuruh maju ke depan kelas satu per satu untuk memberikan jawaban setiap soal yang dikerjakan. Berdasarkan uraian di atas nampak adanya kesenjangan antara kondisi nyata dan harapan. Kesenjangan pokok dari subyek yakni pada kondisi awal hasil belajar Sejarah yang rendah sedangkan kondisi akhir yang diharapkan hasil belajar Sejarah meningkat. Dari dokumentasi nilai mata pelajaran Sejarah dari Tahun Pelajaran 2010/2011 sampai Tahun Pelajaran 2013/2014, seperti pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah Standar Kompetensi Menganalisis Peradaban Indonesia dan Dunia No Tahun Pelajaran Rentang Nilai / Siswa Jumlah 6,0 6,1 7,0 7,1 8,9 9,0 10 Siswa 1 2010 / 2011 10 50 50 10 120 2 2011 / 2012 16 53 43 10 122 3 2012 / 2013 19 48 44 14 125 4 2013 / 2014 14 55 43 10 124 Sumber: Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA PAB 8 Saentis, data diolah Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa cukup banyak siswa yang nilainya berada di bawah KKM, yaitu sebanyak 50 78 siswa setiap tahun pelajarannya. Adanya nilai siswa yang masih kurang memuaskan dalam mata pelajaran Sejarah ini merupakan masalah yang serius karena mata pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan. Dengan rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah di SMA PAB 8 Saentis, maka siswa dituntut untuk aktif dalam belajar. Dari informasi yang diberikan pengawas sekolah Dinas Pendidikan diperoleh kenyataan bahwa permasalahan dalam pembelajaran sejarah selama ini, guru masih menggunakan penyampaian secara lisan (ceramah) ataupun

6 diskusi tanpa menguraikan lebih mendalam materi yang dipelajari. Guru mengajar cenderung text-book oriented serta menggunakan media konvensional saja. Siswa kesulitan untuk memahami konsep akademik seperti yang diajarkan selama ini, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dengan metode ceramah. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti hanya mampu mengantarkan siswa mengingat-ingat materi pelajaran dalam waktu yang relatif pendek, tetapi seringkali anak tidak memahami dan mengetahui secara mendalam. Pengetahuan yang didapat hanya bersifat hafalan menyebabkan anak akan mudah lupa, sehingga gagal dalam membekali anak untuk memecahkan masalah dalam waktu yang lama Sebagai akibatnya muncul kebosanan dan kejenuhan dari siswa untuk belajar lebih baik. Kondisi ini akan membuat siswa semakin kurang memahami dan mengerti akan hakikat sejarah itu sendiri. Dalam pembelajaran di kelas, ketika guru kurang tepat menggunakan metode dan media dapat menyebabkan pembelajaran di kelas yang menoton dan membosankan. Selain itu, siswa dominan hanya mengikuti/ melihat dan mendengarkan penjelasan guru, sehingga siswa cenderung malas terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas. Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam keadaan tersebut di samping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain dan juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.

7 Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkahlangkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik. Di samping itu, peran media sebagai alat bantu mengajar juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa jika dirancang sedemikian rupa sehingga siswa benar-benar dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Dengan adanya media pembelajaran diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Selanjutnya untuk melatih keterampilan siswa untuk mengaitkan dan menerapkan konsep pada kehidupan sehari-hari maka dibutuhkan suatu kreativitas pendidik dalam mengembangkan multimedia interaktif dengan menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan keterampilan. Pendekatan pembelajaran yang dipandang tepat adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sardirman, 2007). Dengan menggunakan multimedia interaktif berbasis kontekstual maka siswa dapat diarahkan untuk dapat menjelaskan fenomena nyata dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan dibekali penguasaan konsep yang mereka bangun sendiri lewat pengamatan visual multimedia. Pada akhirnya multimedia interaktif berbasis kontekstual selain diharapkan menjadi lebih efektif, interaktif, menarik, tidak membosankan, dan lebih bermakna. Berdasarkan hal

8 tersebut maka perlu dilakukan pengembangan multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran sejarah standar kompetensi menganalisis peradaban Indonesia dan dunia pada siswa SMA PAB 8 Saenties. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dikemukakan identifikasi masalah yaitu: (1) Apakah siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran sejarah? (2) Apakah guru bidang studi kurang mampu menggunakan pembelajaran yang tersedia? (3) Apakah sulitnya mencari media yang efektif untuk mengembangkan materi pembelajaran sejarah di sekolah sehingga menimbulkan kebosanan pada siswa? (4) Apakah penggunaan media kurang bervariasi? dan (5) Apakah kegiatan pembelajaran hanya menggunakan buku teks. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlunya media interaktif untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti, maka pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif ini akan dibatasi pada ruang lingkup dari pengembagan ini adalah materi pelajaran yang akan dikembangkan meliputi: standar kompetensi: menganalisis peradaban Indonesia dan dunia. Kompetensi dasar: menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia: teori tentang proses munculnya kehidupan awal manusia dan masyarakat di kepulauan Indonesia, periodisasi perkembangan budaya masyarakat awal Indonesia, penemuan

9 manusia purba dan hasil budayanya, perkembangan kehidupan dari masyarakat berburu ke masyarakat pertanian. Media pembelajaran yang akan dikembangkan dalam bentuk media pembelajaran multimedia interaktif yang aplikasinya dibuat dengan software program Macromedia Flash 8.0 analisis kebutuhannya dilakukan pada siswa kelas X SMA PAB 8 Saentis Deli Serdang. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah media pembelajaran multimedia interaktif berbasis CTL pada mata pelajaran sejarah layak digunakan untuk siswa kelas X SMA PAB 8 Saentis Deli Serdang? 2. Apakah media pembelajaran multimedia interaktif berbasis CTL pada mata pelajaran sejarah efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA PAB 8 Saentis Deli Serdang? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang: 1. Mengembangkan media pembelajaran multimedia interaktif berbasis CTL pada mata pelajaran Sejarah layak digunakan dan mudah. 2. Untuk mengetahui keefektifan media pembelajaran multimedia interaktif berbasis CTL yang dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa kelas X SMA PAB 8 Saentis Deli Serdang.

10 F. Manfaat Pengembangan 1. Manfaat Praktis pengembangan ini adalah: a. Bagi siswa 1) Memudahkan siswa belajar secara efektif dan efisien serta dapat belajar secara mandiri 2) Dapat membantu siswa dalam pembelajaran sejarah untuk mendalami serta memahami materi sehingga menyenangkan bagi setiap siswa yang akhinya meningkatkan minat dan hasil belajar b. Bagi guru 1) Sebagai bahan masukan guru bidang studi sejarah untuk menggunakan media pembelajaran yang efektif dan efisien guna meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Dapat memberikan alternatif bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menambah wawasan dalam bidang teknologi yang bermanfaat bagi pendidikan, guru juga dapat menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning sebagai alternatif pembelajaran. c. Bagi sekolah Dapat mengembangan mutu dan kualitas yang dirasa selalu monoton, dapat memberikan suatu variasi atau inovasi didalam pembelajaran sejarah.

11 d. Bagi peneliti Peneliti dapat menerapkan teori-teori yang didapat dalam perkuliahan di tempat penelitian. Untuk peneliti lain yang sejenis, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi. 2. Manfaat Teoretis: a. Untuk membangkitkan motivasi untuk mengembangkan media pembelajaran alternatif yang mudah, menarik, dan menyenangkan. b. Diharapkan dengan menggunakan media pembelajaran interaktif menambah inovasi dalam pendidikan untuk meningkatkan hasil yang maksimal.