IMPLEMENTASI ASAS DROIT DE PREFERENCE TERHADAP JAMINAN HAK TANGGUNGAN OLEH PIHAK PERBANKAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

SKRIPSI Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Program Reguler Mandiri Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN SUKINO Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI UPAYA PENGAMANAN PIHAK BANK PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH CABANG KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. provisi ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

PRINSIP PRINSIP JAMINAN DALAM UNDANG UNDANG HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

MELKI SUHERY SIMAMORA ABSTRACT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie.

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN KREDIT. dikembalikan oleh yang berutang. Begitu juga halnya dalam dunia perbankan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Pembebanan Jaminan Fidusia

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi sebagai bagian

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR TERHADAP KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) SEWU KABUPATEN TABANAN MELALUI BALAI LELANG BALI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian untuk mewujudkan perekonomian nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB III AKIBAT HUKUM DILAKUKAN ADDENDUM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN AL-MUSYARAKAH. 1. Keberadaan Addendum Terhadap Akad Pembiayaan Al-Musyarakah

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK. MANDIRI (PERSERO) Tbk. BANDAR LAMPUNG. Disusun Oleh : Fika Mafda Mutiara, SH.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

Jurnal Repertorium, ISSN: , Volume II No. 2 Juli - Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

HJ-3 MACAM-MACAM JAMINAN. Oleh Herlindah, SH, M.Kn

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN TERHADAP TANAH YANG DIATASNYA ADA BANGUNAN MILIK ORANG LAIN

PROBLEMATIKA PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DENGAN OBJEK TANAH YANG BELUM BERSERTIPIKAT

Transkripsi:

Implementasi Asas Droit De Preference... ( Lila Kurniawati Khisni) IMPLEMENTASI ASAS DROIT DE PREFERENCE TERHADAP JAMINAN HAK TANGGUNGAN OLEH PIHAK PERBANKAN DALAM PERJANJIAN KREDIT Lila Kurniawati Khisni *, Lathifah Hanim ** * ** Mahasiswa Program Magister (S2) Kenotariatan Fakultas Hukum UNISSULA, Semarang, e-mail: lilakurniawati83@gmail.com Dosen Fakultas Hukum UNISSULA, Semarang email: lathifah@unissula.ac.id ABSTRACT This study entitled Implementation of the principle of droit de preference to the guarantee of mortgage rights by the banks in the credit agreement. This study discusses the implementation of the principle of droit de preference on the guarantee of mortgage rights by the banks in credit agreements, the constraints found in the implementation of the principle of droit de preference on the guarantee of mortgage rights by the banks in credit agreements and how to overcome these obstacles. Implementation of the principle of droit de preference on the guarantee of mortgage by PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk in credit agreement Number 122 Credit Agreement in which to guarantee payment of all amount owed and obliged to be paid by debtor to bank either arising based on credit agreement and or Any change / renewal / renewal thereof then the debtor hereby deposits to the bank the guarantees which the transfer of ownership rights is evidenced by documents and agreements made in the form, amount and content satisfying the bank in the form of four plots of land. Constraints in the implementation of the principle of droit de preference on the guarantee of mortgage rights by the banks in the credit agreement include the difficulty of banks to conduct surveys on collateral pledged by debtors, difficulties in assessing the price of land and buildings by the bank other than that the debtor's academic ability in Understand all the contents of the agreement so that only give confidence to the bank to complete all the documentation related to the credit agreement process. The solution to overcome these obstacles is that the Bank checks to the Land Affairs Office because that is where the completeness of land documents, and the bank conducts field surveys after the credit agreement is implemented and by looking at the Land and Building Tax Payment Letters as the Value of Tax Objects and provide detailed explanation and Detailed on each article of the credit agreement so that the debtor will understand and understand each article of the credit agreement to be signed. Keywords: Droit de Preference Principle, Guarantee of Deposit Rights PENDAHULUAN Latar Belakang Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta, badanbadan usaha milik negara bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1 Pada hakekatnya lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat. Sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai usaha pokok berupa menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Fungsi untuk mencari dan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan 1 Hermansyah, 2014, Perbankan Nasional Indonesia, Cetakan ke-8,kencana Prenada Media, Jakarta, hal. 7 97

Vol. 4 No. 1 Maret 2017 : 97-102 memegang peranan penting terhadap pertumbuhan suatu bank, sebab volume dana yang berhasil dihimpun atau disimpan tentunya akan menentukan pula volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman dana yang menghasilkan misalnya dalam bentuk pemberian kredit. 2 Operasi bank di bidang pemberian fasilitas kredit adalah fungsi utama dari bisnis perbankan, yakni fungsi menyalurkan dana kepada mereka yang memerlukannya setelah menerima pengumpulan dana dari para deposan penyimpan dana. 3 Dalam Penjelasan Pasal 8 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, ditentukan bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko dan untuk mengurangi risiko tersebut bank harus mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan dari debitor untuk melunasi utangnya Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank melakukan penilaian yang seksama terhadap Watak, Kemampuan, Modal, Agunan/jaminan dan Prospek usaha Bentuk lembaga jaminan sebagian besar mempunyai ciri-ciri internasional yang dikenal hampir di semua negara dan perundang-undangan modern yaitu bersifat menunjang perkembangan ekonomi dan perkreditan serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan fasilitas modal 4. Oleh karena itu, dalam pengajuan kredit calon debitur diwajibkan untuk menjaminkan harta kekayaannya sebagai agunan seperti benda bergerak atau benda tidak bergerak. Salah satunya adalah hak milik atas tanah di mana di dalam proses kreditnya kemudian hak milik atas tanah tersebut akan dilakukan pembebanan hak tanggungan selama kredit belum selesai. Istilah hak tanggungan dicantumkan dalam Pasal 51 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria bahwa hak tanggungan yang dapat dibebankan kepada hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dalam Pasal 25, 33 dan 2 Ibid., hal. 43 3 Gunarto Suhardi, 2003, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hal. 75 4 Mariam Darus Badrulzaman,1983, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional. Alumni, Bandung, hal. 37. 309 diatur dengan Undang-undang. Namun dengan telah berlakunya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah maka diketahui bahwa tanah, bangunan dan tanaman yang ada merupakan suatu jaminan dalam peminjaman kredit karena sifatnya dapat dipindahtangankan dan dimungkinkan adanya suatu jaminan (security) bagi pihak yang meminjamkan uang maka istilah jaminan tanah sebagai agunan adalah Hak Tanggungan 5 Pasal 8 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menyatakan Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko dan untuk mengurangi risiko tersebut bank harus mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan dari debitor untuk melunasi utangnya Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank melakukan penilaian yang seksama terhadap Watak, Kemampuan, Modal, Agunan/ jaminan dan Prospek usaha Setelah lahirnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda-benda Lain yang berkaitan dengan Tanah (UUHT) maka dualisme dalam penggunaan hak tanggungan seperti yang diuraikan di atas tidak akan ada lagi, namun untuk hypotheek dan ketentuan-ketentuannya masih ada sebagai lembaga hak jaminan bagi kapal-kapal tertentu menurut ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Dagang Indonesia. Sehubungan dengan itu maka selanjutnya hak tanggungan merupakan satu-satunya hak jaminan atas tanah dan dengan demikian tentulah unifikasi Hukum Tanah Nasional yang merupakan salah satu tujuan utama UUPA. Pemberian hak tanggungan harus dituangkan dalam Notaris/Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah yang diatur dalam Pasal 10 ayat (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Bendabenda Lain yang berkaitan dengan Tanah (UUHT). Hak tanggungan sendiri memiliki ciri-ciri antara lain memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulukan pemegangnya atau yang dikenal 5 Rudi Indrajaya dan Ika Ikmasari, 2016, Kedudukan Akta Izin Roya Hak Tanggungan sebagai Pengganti Sertifikat Hak Tanggungan Yang Hilang, Visimedia Pustaka, Jakarta, hal. 29 98

Implementasi Asas Droit De Preference... ( Lila Kurniawati Khisni) dengan asas droit de preference Arti droit de preference sendiri dalam praktik perbankan adalah bahwa pada penguasaan hak atas tanah merupakan wewenang untuk menguasai hak atas tanah di mana penguasaan hak atas tanah oleh kreditur bukan untuk menguasai secara fisik, namun untuk diutamakan kepada kreditor menjualnya jika debitor cidera janji. Perbankan sebagai kreditor yang menguasai asas droit de deference ini diberikan keutamaan untuk menjual tanah jaminan hak tanggungan milik debitur apabila debitur wanprestasi atau mengalami kredit macet. Permasalahan dalam penulisan ini yaitu bagaimanakah implementasi asas droit de preference terhadap jaminan hak tanggungan oleh pihak perbankan dalam perjanjian kredit, apakah hambatanhambatan yang ditemukan dalam implementasi asas droit de preference terhadap jaminan hak tanggungan oleh pihak perbankan dalam perjanjian kredit dan bagaimana cara mengatasinya. PEMBAHASAN Jaminan umum yang di berikan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata tidak memuaskan bagi kreditur karena kurang menimbulkan rasa aman dan terjamin bagi kredit yang diberikan dengan tidak adanya kepastian akan pelunasan semua piutangnya akibat adanya kreditur lain, untuk itu kreditur memerlukan benda-benda tertentu milik debitur atau penjaminan dari orang lain atas hutang debitur yang ditunjuk secara khusus sebagai jaminan pelunasan hutangnya, dan ini hanya berlaku bagi si kreditur tersebut. Pengikatan benda tertentu milik debitur atau penjaminan seseorang atas hutang si debitur atas permintaan kreditur sebagai tambahan penjaminan untuk pelunasan hutang debitur dinamakan jaminan khusus. Jaminan khusus memberikan kepada kreditur kedudukan yang lebih baik dalam hal penagihan, lebih baik daripada kreditur konkuren yang tidak memegang hak jaminan khusus atau dengan kata lain ia relative lebih terjamin dalam pemenuhan tagihannya, kedudukan yang lebih baik diantara para kreditur yang mempunyai hak jaminan khusus tidak sama, bergantung dari macam hak jaminan yang dipunyainya. Kedudukan kreditur yang lebih baik dari kreditur lainnya disebut juga kreditur preference. Droit de preference dimiliki oleh para kreditur yang memiliki hak kebendaan, yang diperoleh dengan mengikat perjanjian jaminan kebendaan terhadap benda tertentu milik debitur, cara pengikatan mana bersifat mutlak atas benda tertentu yang diikat, sehingga apabila debitur melakukan wanprestasi atau cidera janji, maka kreditur mempunyai hak terhadap benda yang diikat tersebut untuk mendapat pelunasan terlebih dahulu daripada kreditur lainnya. Dalam praktek perbankan, adanya jaminan yang dikhususkan itu disyaratkan oleh suatu prinsip sebagaimana tercantum dalam Pasal 24 Undang- Undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967 yang melarang adanya pemberian kredit tanpa jaminan. Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang perbankan yaitu agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit Bentuk lembaga jaminan kebendaan yang dikenal dalam Undang-Undang, baik itu hak tanggungan untuk hak atas tanah dan gadai untuk benda bergerak, mensyaratkan penyerahan jaminan ke dalam kekuasaan kreditur,sementara itu disisi lain banyak masyarakat yang membutuhkan kredit, khususnya untuk benda bergerak berharap masih bisa menggunakan benda jaminan tersebut untuk keperluan usahanya. Jaminan kredit yang demikian tidak dapat ditampung dalam lembaga jaminan gadai, karena peraturan tentang gadai tidak memungkinkan benda jaminan tetap berada pada pihak yg menggadaikan, hal ini bertentangan dengan syarat inbezitstelling seperti yang tercantum dalam Pasal 1152 ayat 2 KUHPerdata yaitu adanya kewajiban melepaskan secara fisik benda-benda dari kekuasaan si pemberi gadai kepada pemegang gadai,yang disyaratkan dalam lembaga gadai. Karena kebutuhan tersebut timbullah dalam praktek apa yang disebut jual beli dengan hak membeli kembali yang digunakan untuk menutupi suatu perjanjian pinjam meminjam uang dengan suatu jaminan pelunasan hutang. Pihak penjual/ debitur menjual barang-barangnya kepada pembeli/ kreditur dengan ketentuan bahwa barang tersebut tetap dikuasai debitur namun hanya sebagai peminjam pakai dan bila saatnya tiba, jangka waktu perjanjian berakhir, debitur akan membeli kembali barang yang sudah menjadi milik kreditur tersebut, 99

Vol. 4 No. 1 Maret 2017 : 97-102 tetapi barang masih tetap dalam penguasaan debitur, yang dinamakan fidusia. Perjanjian jaminan merupakan perjanjian accessoir dari perjanjian kredit. Perjanjian jaminan hanya akan ada setelah adanya suatu perjanjian utang piutang atau perjanjian kredit. Perjanjian jaminan menimbulkan suatu hak bagi kreditor, dalam perjanjian jaminan kebendaan hak yang timbul adalah suatu hak kebendaan baru yang memberikan jaminan terhadap kreditor. Pada prinsipnya tidak semua benda dapat dijaminkan pada lembaga perbankan atau lembaga keuangan non bank, namun benda yang dapat dijaminkan adalah benda-benda yang memenuhi syarat syarat tertentu. Syarat- syarat benda Jaminan yang baik adalah dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya, tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya, memberikan kepastian kepada kreditor dalam arti bahwa benda jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, bila perlu mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya penerima (pengambil kredit ). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata telah memberikan sarana perlindungan bagi kreditur sebagaimana tercantum dalam pasal 1131 KUHPerdata dan pasal 1132 KUHPerdata : Pasal 1131 KUHPerdata : Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perorangan. Pasal 1132 KUH Perdata : Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan kepadanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi menurut keseimbangan yaitu menurut besar kecil piutang masing- masing kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan yang sah untuk didahulukan. Ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata ini merupakan jaminan secara umum atau jaminan yang timbul dari Undang-Undang. Menurut pasal tersebut Undang-Undang memberikan perlindungan bagi semua kreditur dalam kedudukan yang sama, dimana berlaku asas paritas creditorium yaitu kedudukan para kreditur adalah sama. Dengan demikian para kreditur hanya berkedudukan sebagai kreditur konkuren, kecuali bila ada alasan yang memberikan kedudukan yang lebih utama di bandingkan dengan kreditur lain ( droit de preference). Droit de preference dimiliki oleh para kreditur yang memiliki hak kebendaan, yang diperoleh dengan mengikat perjanjian jaminan kebendaan terhadap benda tertentu milik debitur, cara pengikatan mana bersifat hak mutlak atas benda tertentu yang diikat, sehingga apabila debitur melakukan wanprestasi, maka kreditur mempunyai hak terhadap benda yang diikat tersebut untuk mendapat pelunasan terlebih dahulu daripada kreditur lainnya. Jaminan kebendaan termasuk dalam hukum kebendaan, sehingga ciri-ciri hak kebendaan berlaku pula pada jaminan kebendaan yaitu Merupakan hak mutlak atas suatu benda, Kreditur mempunyai hubungan langsung dengan benda-benda tertentu milik debitur, Dapat dipertahankan terhadap tuntutan oleh siapapun, Selalu mengikuti bendanya ditangan siapapun benda itu berada (asas droit de suite), Mengandung asas prioritas yaitu hak kebendaan yang lebih dulu terjadi akan lebih diutamakan daripada yang terjadi kemudian (droit de preference), Dapat diperalihkan, Bersifat perjanjian tambahan ( accessoir). Perjanjian jaminan kebendaan ditandai dengan suatu pemisahan bagian dari kekayaan seseorang yang dipergunakan untuk menjamin dan menyediakannya bagi pemenuhan kewajiban seorang debitur kepada kreditur atas hutangnya. Hak jaminan kebendaan memberikan hak-hak kepada kreditur untuk didahulukan dalam pengambilan pelunasan dibandingkan kreditur-kreditur lain yang tidak memiliki hak jaminan kebendaan. Implementasi asas droit de preference terhadap jaminan hak tanggungan oleh pihak PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk dalam perjanjian kredit Perjanjian kredit di mana guna menjamin pembayaran semua jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh debitur kepada bank baik yang timbul berdasarkan perjanjian kredit dan atau setiap perubahan/ perpanjangan/ pembaharuannya kemudian maka debitur dengan ini menyerahkan kepada bank jaminan-jaminan yang pengalihan hak kepemilikannya dibuktikan dengan dokumen dan perjanjian-perjanjian yang dibuat dalam bentuk, jumlah dan isi yang memuaskan bank yaitu berupa empat bidang tanah. Berdasarkan hal tersebut maka 100

Implementasi Asas Droit De Preference... ( Lila Kurniawati Khisni) implementasi asas droit de preference terhadap jaminan hak tanggungan oleh pihak PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk dalam Perjanjian Kredit. Guna menjamin pembayaran semua jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh debitur kepada bank baik yang timbul berdasarkan perjanjian kredit dan atau setiap perubahan /perpanjangan/ pembaharuannya kemudian maka debitur dengan ini menyerahkan kepada bank jaminan-jaminan yang pengalihan hak kepemilikannya dibuktikan dengan dokumen dan perjanjian-perjanjian yang dibuat dalam bentuk, jumlah dan isi yang memuaskan bank yaitu berupa tanah. Hambatan di dalam implementasi asas droit de preference terhadap jaminan hak tanggungan oleh pihak PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk dalam Perjanjian Kredit terdiri dari hambatan dari pihak perbankan atau kreditur dan hambatan dari pihak nasabah atau debitur. Hambatan dari pihak perbankan antara lain kesulitan bank untuk melakukan survey atas jaminan yang diagunkan debitur karena jaminan yang diajukan debitur berupa tanah dan bangunan kadang berjumlah lebih dari satu bidang dan lokasinya terpisah-pisah, sedangkan pihak PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk harus mengecek sendiri ke lapangan kebenaran lokasi tanah tersebut. Hal ini diatasi dengan pihak bank melakukan pengecekan ke Kantor Pertanahan di Tegal karena di sanalah terdapat kelengkapan dokumen pertanahan Hambatan selanjutnya adalah kesulitan di dalam menaksir harga tanah dan bangunan oleh bank melihat perbandingan plafond pinjaman yang diajukan debitur sedangkan bidang tanah yang diajukan debitur belum tentu memiliki nilai nominal sebesar itu. Hal ini diatasi dengan Melakukan survey lapangan setelah perjanjian kredit dilaksanakan dan dengan melihat Surat Tanda Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Nilai Jual Obyek Pajak Sedangkan hambatan dari pihak debitur di dalam implementasi asas droit de preference terhadap jaminan hak tanggungan oleh pihak PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk dalam Perjanjian Kredit adalah debitur tidak mengetahui harga sebenarnya dari jaminan yakni bidang tanah dibandingkan dengan plafond kredit yang diajukan. Apalagi jika plafond kredit yang diajukan jumlahnya sangat besar hingga ratusan juta bahkan milyaran rupuah. Hal ini diatasi dengan Pihak bank melakukan penafsiran harga tanah, selanjutnya memberitahukan kepada debitur mengenai hasil taksiran tersebut apakah memenuhi nilai plafond kredit yang diajukan atau tidak. Debitur juga memiliki hambatan di dalam melakukan perjanjian kredit pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk karena kemampuan akademis debitur di dalam memahami semua isi perjanjian sehingga hanya memberikan kepercayaan kepada pihak bank untuk melengkapi segala dokumentasi yang berkaitan dengan proses perjanjian kredit. Hal ini diatasi dengan pihak bank memberikan penjelasan dengan secara detail dan rinci mengenai setiap pasal dari perjanjian kredit sehingga pihak debitur akan memahami dan mengerti akan setiap pasal dari perjanjian kredit yang akan ditandatanganinya. PENUTUP Implementasi asas droit de preference terhadap jaminan hak tanggungan oleh pihak PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk dalam Perjanjian Kredit di mana guna menjamin pembayaran semua jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh debitur kepada bank baik yang timbul berdasarkan perjanjian kredit dan atau setiap perubahan /perpanjangan/pembaharuannya kemudian maka debitur dengan ini menyerahkan kepada bank jaminanjaminan yang pengalihan hak kepemilikannya dibuktikan dengan dokumen dan perjanjian-perjanjian yang dibuat dalam bentuk, jumlah dan isi yang memuaskan bank yaitu berupa tiga bidang tanah. Hambatan-hambatan di dalam implementasi asas droit de preference terhadap jaminan hak tanggungan oleh pihak perbankan dalam perjanjian kredit adalah ambatan dari pihak perbankan antara lain kesulitan bank untuk melakukan survey atas jaminan yang diagunkan debitur, Hambatan selanjutnya adalah kesulitan di dalam menaksir harga tanah dan bangunan oleh bank melihat perbandingan plafond pinjaman yang diajukan debitur sedangkan bidang tanah yang diajukan debitur belum tentu memiliki nilai nominal sebesar jumlah kredit yang diajukan. Solusi untuk mengatasi hambatan implementasi asas droit de preference terhadap jaminan hak 101

Vol. 4 No. 1 Maret 2017 : 97-102 tanggungan oleh pihak perbankan dalam perjanjian kredit tersebut adalah bahwa PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk harus mengecek sendiri ke lapangan kebenaran lokasi tanah tersebut dapat diatasi dengan pihak bank melakukan pengecekan ke Kantor Badan Pertanahan di Kabupaten Tegal karena di sanalah terdapat kelengkapan dokumen pertanahan, kemudian bank dapat mengatasinya dengan melakukan survey lapangan setelah perjanjian kredit dilaksanakan dan dengan melihat Surat Tanda Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Nilai Jual Obyek Pajak. Hambatan selanjutnya dapat diatasi dengan pihak bank memberikan penjelasan dengan secara detail dan rinci mengenai setiap pasal dari perjanjian kredit sehingga pihak debitur akan memahami dan mengerti akan setiap pasal dari perjanjian kredit yang akan ditandatanganinya dan debitur di dalam memahami semua isi perjanjian sehingga hanya memberikan kepercayaan kepada pihak bank untuk melengkapi segala dokumentasi yang berkaitan dengan proses perjanjian kredit DAFTAR PUSTAKA Bayu Seto, Lex Mercataroia Baru dan Arah Pengembangan Hukum Kontrak Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas, Tinjauan Singkat tentang Kedudukan Hukum Perjanjian Nasional dan Prospek Pengembangannya dalam Konteks Harmoniasai Hukum Kontrak di Kawasan ASEAN, makalah dalam rangka Dies Natalis Fakultas Hukum Universitas Parahyangan Bandung, 15 September 2003 Gunarto Suhardi, 2003, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum, Kanisius, Yogyakarta Hermansyah, 2014, Perbankan Nasional Indonesia, Cetakan ke-8,kencana Prenada Media, Jakarta Ignatius Ridwan Widyadarma, 1996, Undang-undang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Bendabenda yang Berkaitan dengan Tanah,. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro, Semarang Kitab Undang-undang Hukum Perdata Lexi Moleong, 1990, Metodologi Penelitian Kualitatif, RemajaRosdakarya, Bandung Mariam Darus Badrulzaman,1983, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional. Alumni, Bandung Ronny Hanintijo Soemitro, 1991, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta Rudi Indrajaya dan Ika Ikmasari, 2016, Kedudukan Akta Izin Roya Hak Tanggungan sebagai Pengganti Sertifikat Hak Tanggungan Yang Hilang, Visimedia Pustaka, Jakarta Sahnan, 2016, Hukum Agraria Indonesia, Setara Press, Malang Sanapsiah Faisal, 1980, Penelitian Kualitatif, Dasardasar Aplikasi, YA3, Malang Singarimbun, 1989, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta Soerjono Soekanto, 1979, Pengantar Penelitian Hukum, Rajawali, Jakarta, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah Witanto, 2015, Hukum Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen, Bandung: Mandar Maju Zainuddin, 2014, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika 102