WALIKOTA MATARAM PROVINS! NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR: 21, TAHUN 2015 TENT ANG

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG

dalam pemberdayaan dari Pemerintah Kabupaten Musi

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN BINTAN

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA MIKRO BUPATI SEMARANG,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR. NOMOR ft TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA MIKRO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 25 TAHUN 2015

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG

TENTANG. Izin Usaha Mikro dan Kecil serta Pasal 4 Peraturan NOMOR 25 TAHUN Menimbang: a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang

BUPATI TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN UNTUK USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 59 Tahun : 2015

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi

PEMBINAAN DAN FASILITASI LEGALITAS IUMK TAHUN 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pengumpulan sumbangan masyarakat adalah penghimpunan dan/atau

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2015

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN IZIN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PALANGKA RAYA

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-ktp) Secara Massal Tahun 2011; BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 35 TAHUN 2011

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA.

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMATTUHAN YANGMAHAESA WALIKOTATARAKAN, Menimbang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN PEMBUKAAN KANTOR CABANG, KANTOR CABANG PEMBANTU DAN KANTOR KAS KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KOTA SURABAYA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 13 WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA BATU

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 79 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

Transkripsi:

WALIKOTA MATARAM PROVINS! NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR: 21, TAHUN 2015 TENT ANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PELAKSANAAN IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL KEPADA CAMAT DI KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang a. bahwa dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota Mataram perlu melakukan pemberdayaan terhadap pelaku usaha mikro dan kecil; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan Untuk Usaha Mikro dan Kecil, dan ketentuan Pasal 23 Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, maka perlu diatur dalam Peraturan Walikota; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pendelegasian Kewenangan Pelaksanan Izin U saha Mikro dan Kecil Kepada Camat di Kota Mataram; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Mataram (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3531);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan Untuk Usaha Mikro dan Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 222); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri 83 Tahun 2014 ten tang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1814); 7. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Mataram {Lembaran Daerah Kota Mataram Tahun 2008 Nomor 3 Seri D) sebagamana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 8 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Mataram {Lembaran Daerah Kota Mataram Tahun 2013 Nomor 1 Seri D); 8. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah {Lembaran Daerah Kota Mataram Tahun 2014 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Mataram Nomor 3); MEMUTUSKAN : Menetapkan PENDELEGASIAN KEWENANGAN PELAKSANAAN IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL KEPADA CAMAT DI KOTA MATARAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan W alikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Mataram. 2

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Mataram. 3. Walikota adalah Walikota Mataram. 4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram. 6. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. 7. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan cabang perusahan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria usaha. 8. Izin Usaha Mikro dan Kecil yang selanjutnya disingkat dengan IUMK adalah tanda legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu dalam bentuk izin usaha mikro dan kecil dalam bentuk satu lembar. 9. Pelaku Usaha Mikro Kecil yang selanjutnya disingkat dengan PUMK adalah orang yang melakukan usaha mikro kecil di lokasi yang telah diterapkan. 10. Lokasi IUMK adalah tempat untuk menjalankan usaha mikro dan kecil yang berada dilokasi sesuai dengan domisili pelaku usaha. 11. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku usaha mikro, kecil, menengah dengan usaha besar. 12. Kecamatan adalah bagian wilayah dari daerah yang dipimpin oleh camat. 13. Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintah terendah langsung dibawah Camat dan tidak berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri. BAB II RUANG LINGKUP, PRINSIP DAN TUJUAN Pasal 2 Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Walikota mi meliputi pengaturan pemberian IUMK bagi PUMK. 3

Pasal 3 Prinsip pemberian izin usaha mikro dan kecil adalah: a. prosedur sederhana, mudah dan cepat; b. terbuka informasi bagi pelaku usaha mikro dan kecil; dan c. kepastian hukum serta kenyaman dalam usaha. Pasal 4 Tujuan pedoman pemberian IUMK adalah : a. mendapatkan kepastian dan perlindungan dalam berusaha dilokasi yang telah ditetapkan; b. mendapatkan pendampingan untuk pengembangan usaha; c. mendapatkan kemudahan dalam akses pembiayaan ke lembaga keuangan bank dan non bank; dan d. mendapatkan kemudahan dalam pemberdayaan dari pemerintah, pemerintah daerah dan/atau lembaga lainnya. BAB III PELAKSANAAN Pasal 5 (1) Pendataan PUMK dilakukan oleh Lurah setempat bekonsultasi dengan Camat dan Kepala Dinas, dengan cara : a. membuat jadwal kegiatan pelaksanaan pendataan; b. memetakan lokasi; dan c. melakukan validasi/ pemuktahiran data. (2) W alikota menetapkan lokasi atau kawasan sesuai peruntukannya sebagai lokasi terhadap PUMK atas usulan dari Camat dan/ atau Lurah setempat yang berkoordinasi dengan Dinas yang menangani tata ruang dan wilayah. (3) Pendataan PUMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan: a. identitas pelaku usaha mikro dan kecil; b. lokasi pelaku usaha mikro dan kecil yang berada di wilayah kecamatan; c. jenis tempat usaha; d. bidang usaha; dan e. besarnya modal usaha. (4) Penetapan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan kepentingan umum, sosial, budaya, estetika, ekonomi, keamanan, ketertiban, kesehatan dan kebersihan lingkungan, serta berpedoman pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) daerah. 4

Pasal 6 ( 1) PUMK melakukan pendaftaran IUMK kepada Camat. (2) PUMK harus melengkapi dan menyampaikan berkas pendaftaran kepada Camat. (3) Lingkup IUMK, meliputi : a. permohonan IUMK; b. pemeriksaan IUMK; c. pemberian IUMK; dan/ atau d. pencabutan dan tidak berlakunya IUMK. Pasal 7 (1) PUMK mengajukan permohonan IUMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a kepada Camat. (2) Permohonan IUMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus melampirkan berkas permohonan se bagai beriku t : a. surat pengantar dari RT atau RW terkait lokasi usaha; b. Kartu Tanda Penduduk; c. Kartu Keluarga; d. pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar; e. mengisi formulir yang memuat tentang: 1. nama; 2. nomor KTP; 3. nomor telepon: 4. alamat; 5. kegiatan usaha; 6. sarana usaha yang digunakan; dan 7. jumlah modal usaha. Pasal 8 ( 1) Camat melakukan pemeriksaan berkas pendaftaran IUMK. (2) Berkas pendaftaran IUMK yang telah memenuhi persyaratan menjadi dasar pemberian IUMK. (3) Dalam hal berkas pendaftaran IUMK tidak memenuhi persyaratan, Camat mengembalikan berkas agar dilengkapi. (4) Pengembalian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) disampaikan pada PUMK paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak tanggal penerimaan surat permohonan pendaftaran. Pasal 9 (1) Camat memberikan IUMK dalam bentuk naskah satu lembar. 5

(2) Pemberian IUMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pendelegasian kewenangan dari W alikota kepada Camat. (3) Pendelegasian kewenangan dari Walikota kepada Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat juga dilakukan kepada Lurah sesuai dengan karakteristik wilayah. (4) Pemberian IUMK oleh camat dapat dilimpahkan oleh W alikota kepada Lurah dengan memperhatikan karakteristik wilayah. (5) IUMK diterbitkan paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak tanggal penerimaan surat permohonan pendaftaran diterima, lengkap dan benar. (6) Pemberian IUMK kepada usaha mikro dan kecil tidak dikenakan biaya, retribusi, dan/ atau pungutan lainnya. Pasal 10 (1) Bentuk naskah satu lembar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) mencakup hal-hal sebagai berikut: a. kop surat; b. nama izm; c. nomor surat; d. dasar hukum. e. detail pemohon, terdiri dari : 1. nama; 2. nomor KTP; 3. nama usaha; 4. alamat; 5. nomor telepon; 6. NPWP; 7. bentuk usaha. f. stiker hologram anti pembajakan; g. barkode; h. tanda tangan Camat/ Lurah. (2) Naskah satu lembar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan perizinan secara elektronik. Pasal 11 (1) Karakteristik wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) dan ayat (4) adalah terkait : a. jumlah penduduk; b. luas wilayah; c. kearifan lokal. 6

(2) Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah jumlah manusia yang bertempat tinggal/berdomisili pada suatu wilayah atau daerah dan memiliki mata pencaharian tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. (3) Luas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah besaran ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/ a tau aspek fungsional. (4) Kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu daerah. Pasal 12 (1) Camat dapat melakukan pencabutan IUMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf d. (2) Pencabutan IUMK sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan apabila pemegang IUMK melanggar ketentuan perundang-undangan. Pasal 13 PUMK mempunyai hak antara lain: a. melakukan kegiatan usaha; b. mendapatkan informasi dan sosialisasi atau pemberitahuan terkait dengan kegiatan usaha; c. mendapatkan pembinaan dan kemudahan dalam pemberdayaan dari pemerintah, pemerintah daerah dan/ a tau lembaga lainnya; d. mendapatkan kenudahan dalam akses pembiayaan ke lembaga keuangan, bank dan non bank. Pasal 14 PUMK mempunyai kewajiban antara lain : a. mematuhi ketentuan perundang-undangan; b. mematuhi kegiatan usaha sesuai IUMK. Pasal 15 PUMK dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut: a. memperdagangkan barang dan/ a tau jasa ilegal; b. PUMK yang kegiatan usahanya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 7

BAB IV MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 16 { 1} Walikota melalui Dinas melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemberian IUMK di wilayahnya. (2) Camat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemberian IUMK oleh Lurah. (3) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan paling sedikit 2 (dua} kali dalam setahun dan/ atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. Pasal 17 (l} Lurah menyampaikan laporan pendataan PUMK dan laporan hasil pemberian hasil IUMK kepada Camat. (2) Camat menyampaikan laporan hasil pemberian IUMK kepada W alikota melalui Kepala Dinas. (3) Walikota menyampaikan laporan hasil pemberian IUMK kepada Gubernur. BABV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 18 (1) Walikota melalui Dinas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pemberian IUMK di wilayahnya. (2} Camat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemberian IUMK di wilayahnya Pasal 19 Pembinaan dan pengawasan meliputi: a. pendataan; b. fasilitasi akses permodalan; c. penguatan kelembagaan; d. pembinaan dan pendampingan bimbingan teknis; dan e. mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha. BAB VI PENDANAAN Pasal 20 Biaya pelaksanaan pemberian IUMK bersumber dari Anggaran Penclapatan clan Belanja Negara clan Anggaran Penclapatan clan Belanja Daerah. 8

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Peraturan W alikota 1n1 mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Mataram. Ditetapkan di Mataram pada tanggal 1 Okbc-bez- "'JJ..;i. _ t. Pj. WALIKOTA MATARAM,\.r4' f Diundangkan di Mataram pada tanggal ; O:ciiorer J-15 SEKRE RI DAERAH KOTA MATARAM, H. LA BERITA DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 NOMOR 2t;. Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, TTD MANSUR I SH. MH NIP.197012312002121035 9