TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

TINJAUAN PUSTAKA. Sinbiotik

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG UBI JALAR MERAH DITAMBAH RAGI TAPE TERHADAP PERFORMA DAN ORGAN PENCERNAAN AYAM BROILER SKRIPSI DAFI ARISTA

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMALISASI PENAMBAHAN SINBIOTIK DARI TEPUNG UBI JALAR DENGAN RAGI TAPE PADA PERFORMA DAN KUALITAS PRODUKSI AYAM PEDAGING

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat tertentu dalam waktu relatif singkat (Rasyaf, 1994). Broiler umumnya

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih menjadi primadona karena memiliki daging yang enak serta rendah lemak.

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

Tabel 8. Pengaruh Tepung Kulit Pisang Uli terhadap Serat Kasar, Lemak Kasar, dan Beta-Karoten Ransum Perlakuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di

I. PENDAHULUAN. keseimbangan populasi mikroba usus (Anonim 1, 2008). Kata probiotik

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik Sinbiotik merupakan pengembangan ransum konvensional dengan penggabungan probiotik dan prebiotik (Winarno, 2003) yang diberikan secara bersamaan. Istilah sinbiotik digunakan pada produk yang mengandung probiotik dan prebiotik secara sekaligus dalam satu media. Mekanisme kerja probiotik dan prebiotik menurut Winarno (2004) dalam meningkatkan daya tahan usus antara lain : mengubah ph lingkungan saluran usus, berkompetisi dengan bakteri patogen dalam pemanfaatan nutrisi, merangsang enzim pencernaan pancreas di dalam usus halus, memproduksi zat antibakteri atau bakteriosin, dan berkompetisi dengan bakteri patogen untuk menempel pada vili-vili usus, sehingga mengurangi kesempatan bakteri patogen untuk berkembang biak. Prebiotik sendiri adalah nondigestible food ingredient yang mempunyai pengaruh baik terhadap host dengan memicu aktifitas, pertumbuhan selektif, atau keduanya terhadap satu jenis atau lebih mikroba penghuni kolon (Salminen dan Wright, 1998) Prebiotik sebagai makanan sulit dicerna oleh host (inang), namun bermanfaat bagi mikroba yang terdapat pada usus ternak, dengan cara meningkatkan pertumbuhan dan keaktifan satu atau lebih jenis mikroba positif yang berada di usus (Winarno, 2003). Nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba organ usus adalah polisakarida, pectin, selulosa, hemiselulosa dan oligosakarida yang bersifat tidak tercerna oleh host (inang), namun mampu dimanfaatkan oleh mikroba (Schmidl dan Labuza, 2000). Oligosakarida banyak terdapat pada tanaman umbi-umbian diantaranya rafinosa, maltose, maltotriosa yang terdapat pada ubi jalar dan berpotensi sebagai prebiotik, karena di dalam kolon ataupun usus senyawa tersebut tidak dapat diserap, sehingga mikrobalah yang mampu berperan dalam memecah oligosaarida tersebut. Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi besar di Indonesia, menurut BPS (2011) produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 2.172.437 ton di Indonesia, sedangkan terbesar di produksi provinsi Jawa Barat dengan total produksi 422.228 ton. Pemanfaatan ubi jalar masih terbatas untuk bahan pangan dan sedikit untuk bahan baku industri pakan ayam 14

broiler, serta masih cenderung pada impor jagung sebagai sumber energi untuk bahan baku pakan ayam broiler. Komposisi utama dari ubi jalar adalah pati, serat pangan (sellulosa, hemisellulosa dan pentose) dan beberapa jenis gula yang bersifat larut seperti maltose, sukrosa, fruktosa dan glukosa. Pati ubi jalar terdiri dari 60%-70% amilopektin dan sisanya 30%-40% adalah amilosa. Jenis oligosakarida yang terdapat di ubi jalar adalah rafinosa (Palmer, 1982). Senyawa ini masih ditemukan didalam ubi jalar yang telah dimasak dan bersifat tidak dapat diserap karena tidak dapat dicerna oleh tubuh (Marlis, 2008). Ubi jalar berpotensi menjadi ransum prebiotik karena mengandung oligosakarida yang dapat digunakan untuk pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL). Suryadjaya (2005) menyatakan bahwa pemberian ekstrak kasar oligosakarida ubi jalar segar sebanyak 14,82% dari total padatan terlarut selama 10 hari menurunkan E. coli sebesar 2,35 log CFU/g feses tikus.. Ubi jalar mempunyai keunggulan yaitu pada kandungan vitamin C-nya sebesar 23 mg/100 g selain itu, ubi jalar kaya akan mineral Ca (30 mg/100g) dan pada ubi jalar putih tersimpan 60 SI beta karoten, sedangkan dalam ubi jalar warna merah jingga 7700 SI beta karoten (Marlis, 2008). Makin pekat warna merahnya, makin tinggi kadar beta karotennya. Tabel 1. Komposisi Kimia Nilai Gizi Ubi Jalar Per 100 Gram Bahan Segar Tepung Ubi Jalar Komposisi Putih Merah....% As fed. Air 68,50 68,50 Karbohidrat 27,90 27,90 Protein 1,80 1,80 Lemak 0,70 0,70 Serat Kasar 0,90 1,20 Abu 0,4 0,2 Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1981) dalam Juanda dan Cahyono (2004) Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang dengan tujuan memperbaiki kesehatan dan perkembangan mikroflora 15

usus. Winarno (2004) menyatakan probiotik merupakan suatu preparat yang terdiri mikroba hidup, yang dimasukan secara oral kedalam tubuh manusia atau ternak, dengan tujuan memberikan pengaruh positif terhadap manusia atau ternak. Menurut Hoover (2000) menyatakan bahwa mikroba yang terdapat dalam produk probiotik berfungsi dalam meningkatkan kesehatan, oleh karena itu produk probiotik digolongkan sebagai makanan kesehatan (healthy food) dan makanan fungsional (functional food). Penggunaan mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik sendiri memiliki kriteria utama yang harus diperhatikan 1) mampu memfermentasi gugus gula oligosakarida dalam waktu yang relative cepat, 2) mampu menggandakan diri, 3) tahan terhadap suasana asam sehingga dapat bertahan didalam saluran pencernaan, 4) menghasilkan produk akhir yang dapat diterima oleh induk semang, 5) mempunyai stabilitas yang tinggi selama proses fermentasi (Holer, 1992). Keberhasilan suplementasi probiotik pada ransum ayam dipengaruhi oleh interaksi mikroorganisme yang terdapat di dalam usus. Kemampuan mikroba probiotik dirasakan manfaatnya bila manajemen pemeliharaan ayam broiler buruk, yang menyebabkan penampilan ayam rendah terutama ketika adanya cekaman (Fuller, 1992). Ragi Tape Ragi tape terdiri mikroba bibit atau disebut juga starter untuk membuat berbagai macam makanan fermentasi, seperti tape ketan atau singkong, tape ubi jalar, brem cair atau padat dan lainnya. Starter digunakan untuk pembuatan tape adalah ragi, yang umumnya berbentuk bulat pipih dengan diameter 4 6 cm dan ketebalan 0.5 cm tidak memerlukan peralatan kusus untuk pembuatan ragi, tetapi kerahasiaan dari formulasi ragi menjadi kerahasiaan setiap pengusaha ragi (Hidayat et al., 2006). Ragi tape terdiri dari kapang (Rhizopus oryzae, Mucor), khamir (Sacharomyces cerevisiae, Sacharomyces verdomanni, Candida) dan bakteri cita rasa tape yang dihasilkan dari fermentasi, tergantung dari mikroorganisme yang aktif di dalam ragi tersebut. Ragi yang mengandung mikroflora seperti kapang, khamir, dan bakteri berfungsi sebagai starter fermentasi. Analisa mikrobiologi ragi menunjukan bahwa semua ragi mempunyai populasi kapang Amylolitik sekitar 10 4 hingga 10 5. Kapang- 16

kapang yang terdapat dalam ragi terutama jenis Amylomyces sp, Mucor sp, dan Rhizopus sp. Ragi tape tidak mengandung Aspergilus sp atau Penicillium sp, peranan kapang dalam proses fermentasi adalah sebagai produsen enzim amylase yaitu enzim yang menghidrolisis pati menjadi glukosa (Fardiaz, 1992). Sebagian besar ragi mempunyai kandungan khamir Fillamentous yang sangat tinggi yaitu 10 7 hingga 10 8, khamir umumnya adalah Candida sp dan Endomycopsis sp. Sebagian besar beberapa ragi mempunyai bakteri Amylolitik bacillus sp (Winarno, 2010) Sacharomyces cerevisiae Khamir diklasifikasikan berdasarkan sifat fisiologisnya, dan tidak berdasarkan morfologinya seperti pada kapang S. cerevisiae masuk kedalam kelas Ascomycetes, subkelas Hemiascomycetes, ordo Endomycetes, Famili Sacharomycetaceae dan subfamily Sacharomycoideae (Fardiaz, 1992). Menurut Dawson (1993) dalam Dutta (2009) Sacharomyces cereviseae adalah feed supplement yang kaya vitamin, enzim-enzim, zat makanan lain seperti karbohidrat dan protein. Beberapa peneliti melaporkan perkembangan, bahwa pada dinding sel S. cereviseae terdapat Mannan Oligo-Sacharida (MOS) yang berfungsi mengikat mycotoxin. Bahan pangan merupakan media terbaik bagi perkembangan mikroorganisme positif ataupun negative. Bahan pangan umum yang banyak digunakan adalah bahan pangan yang banyak mengandung sumber karbohidrat dan protein (Fardiaz, 1992). Proses fermentasi dapat berlangsung karena adanya aktifitas mikroorganisme seperti bakteri, khamir, dan kapang (Winarno, 2010). Jika diinokulasikan mikroorganisme tersebut ke organ saluran pencernaan makhluk hidup dapat membantu proses pencernaan inang. Ayam Broiler Ayam broiler adalah jenis ras unggulan yang hasil persilangan galur ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memhasilkan daging ayam (Amrullah, 2004). Karakteristik dari ayam broiler modern adalah pertumbuhan yang cepat, banyak penimbunan daging atau otot pada bagian dada. Disamping itu relatif lebih rendah aktifitasnya bila dibandingkan dengan jenis ayam yang digunakan untuk produksi telur (Pond et al., 1995). Persyaratan mutu bibit ayam broiler atau Day Old 17

Chick (DOC) menurut SNI (2005), yaitu bobot DOC perekor minimal 37 g dengan kondisi fisik sehat, kaki normal, berdiri tegak, tampak segar dan bergerak aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik, sekitar pusar dan duburnya kering, warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondis bulu kering dan berkembang, serta jaminan kematian DOC maksimal 2%. Strain merupakan sekumpulan unggas dalam varietas yang di dalamnya telah dikembangkan sifat khusus diantaranya, memiliki daya produksi tinggi, tahan terhadap penyakit dan lain-lain. Perbedaan strain ayam berpengaruh terhadap kebutuhan nutrisinya (Ensminger et al., 1992). Performa Ayam Broiler Konsumsi Ransum Konsumsi ransum ataupun konsumsi ransum diperhitungkan sebagai jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak. Ransum dengan kesesuaian jumlah dan proporsinya yang tepat dapat memenuhi kebutuhan ayam broile, dan sebaliknya jika kekurangan atau berlebih dapat menjadi beban fisiologis ternak (Amrullah, 2004). Menurut North dan Bell (1990) konsumsi ransum setiap ternak berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh bobot badan, strain, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktifitas ternak, mortalitas, kandungan energi dalam ransum dan suhu lingkungan sekitar. Konsumsi ransum pada unggas, pada dasarnya digunakan untuk memenuhi energi metabolis. Tingkat energi ini menentukan banyaknya ransum yang akan dikonsumsi yaitu, semakin tinggi energi ransum akan menurunkan konsumsi. Ransum yang tinggi kandungan energinya, perlu diimbangi dengan protein, vitamin, dan mineral yang seimbang agar ternak tidak mengalami kekurangan zat-zat makanan tersebut. Sebagian besar energi yang masuk ke tubuh ternak digunakan untuk mempertahankan hidup, pertumbuhan dan produksi ternak (Wahju, 1985). Konsumsi Air Minum Air merupakan nutrien yang penting dalam proses metabolisme di tubuh ternak, tanpa air proses metabolisme tersebut akan terhambat, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ternak. Menurut Shaw et al. (2006) konsumsi air meningkat seiring meningkatnya konsumsi ransum, serta komposisi dari penyusun 18

ransum yang diberikan. Sebagian besar tubuh ternak tanpa lemak dari berbagai spesies memiliki kadar air antara 40%-70% (Anggorodi, 1985). Jumlah kandungan air tubuh ternak berubah-ubah tergantung pada umur dan derjat kegemukannya. Air merupakan nutrien fundamental bagi ternak unggas dalam proses perkembangan tubuh ternak, jika konsumsi air terbatas maka tingkat pertumbuhan dan produksi tersebut akan terhambat. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan dalam mengukur perkembangan suatu ternak. Perkembangan merupakan penambahan bentuk dan bobot jaringan-jaringan pembentuk seperti urat daging, tulang, otak, jantung, dan semua jaringan tubuh lainnya serta alat-alat tubuh (Anggorodi, 1985). Amrullah (2004) menyatakan bahwa dalam kurun waktu kurang lebih enam hingga tujuh minggu ayam akan mencapai pertumbuhan 40-50 kali dari bobot badan awal. Pertumbuhan ayam boiler sebagian besar ditentukan oleh kualitas maupun kuantitas ransum yang diberikan, temperatur lingkungan, dan manajemen pemeliharaan. Sianturi (2002), menyatakan bahwa probiotik yang diberikan keternak dapat meningkatkan keseimbangan mikroorganisme didalam saluran pencernaan, dan selanjutnya mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim-enzim pencernaan, serta produk metabolisme (vitamin dan asam amino) yang bermanfaat secara maksimal untuk membentuk atau menambah ukuran jaringan baru. Hasil pertumbuhan dan perkembangan jaringan berpengaruh terhadap keanaikan bobot ayam broiler. Koversi Ransum Konversi ransum merupakan perbandingan antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan tiap minggunya dalam satu periode produksinya (Anggorodi, 1985), menurut Amrullah (2004) angka konversi ransum dipengaruhi sedikitnya oleh tiga faktor yaitu kualitas ransum, cara pemberian ransum, dan mortalitas. Menurut Lacy dan Vest (2000), terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi konversi ransum ke ternak diantaranya adalah genetik, kualitas ransum, penyakit, sanitasi kandang, ventilasi, temperatur, pengobatan, dan 19

manajemen kandang. Semakin tinggi konversi ransum menunjukkan semakain banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan persatuan berat. Mortalitas Angka mortalitas merupakan angka yang menunjukan jumlah ayam yang mati dalam keseluruhan ayam yang dipelihara (Lacy dan Vest, 2004). Tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang, ditambah lagi dengan serangan penyakit (North dan Bell, 1990). Menurut Lacy dan Vest (2004), tingkat mortalitas yang terjadi pada ayam broiler pada umumnya 4%. Organ Pencernaan Unggas Rempela (Gizzard) Rempela merupakan serabut otot yang tebal dan kuat, bagian depan rempela berhubungan dengan perut kelenjar dan bagian yang lainnya berhubungan dengan usus halus. Menurut North dan Bell (1990) rempela mempunyai dua pasang otot yang kuat dengan sebuah mukosa. Kontraksi otot rempela akan terjadi saat ransum masuk ke dalam rempela. Bagian rempela terjadi proses mastikasi makanan, yaitu proses pencernaan makanan secara mekanis, bahan makanan yang masuk dicerna hingga menjadi makanan halus (Amrullah, 2004). Putnam (1991) menyatakan bobot rempela normal kisaran 1,6%-2,3% bobot hidup. Usus Halus Usus halus memiliki beberapa bagian yang dimulai dari duodenum (depan), jejunum (tengah) dan berakhir di ileum (belakang). Usus halus merupakan tempat terjadinya pencernaan enzimatis dan penyerapan ransum. Selaput lendir usus halus mempunyai jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari. Fungsi usus halus selain sebagai penggerak aliran ransum dalam usus juga untuk meningkatkan penyerapan sari makanan.panjang usus bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh, tipe makanan dan faktor-faktor lainnya. Enzim amilase, lipase dan tripsin dihasilkan oleh kelenjar pankreas di dalam usus halus yang membantu pencernaan karbohidrat, protein dan lemak (Amrullah, 2004). 20

Usus Besar Usus besar yaitu lanjutan dari usus halus yang mempunyai ukuran yang lebih pendek dan cenderung memiliki fungsi sebagai penyerap air dan mineral, tidak berliku-liku dan dindingnya lebih tebal dibandingkan dinding usus halus. Fungsi dari usus besar adalah untuk menyalurkan sisa makanan, mengatur dan menjaga keseimbangan kandungan cairan sel di dalam tubuh (Amrullah, 2004). Air asal urin diserap kembali di usus besar untuk ikut mengatur kandungan air sel-sel tubuh dan keseimbangan air. Panjang usus besar yang dimiliki ayam dewasa berkisar dari 8-10 cm, sedangkan diameter usus besar dua kali diameter dari usus halus. Sekum Sekum atau usus buntu ayam ada dua buah (seka) dan terletak pada persimpangan antara usus halus dan usus besar. Fungsi dari sekum pada unggas adalah membantu penyerapan air serta mencerna karbohidrat dan protein dengan bantuan bakteri yang ada pada sekum. Dalam sekum pada umumnya terdapat bahan makan yang lunak yang tidak dicerna dan akan dibuang (Nort and Bell, 1990). Menurut Pond et al. (1995) sebagian serat dapat dicerna dalam sekum yang disebabkan adanya bakteri fermentasi tetapi jumlahnya sangat rendah dibandingkan pada sebagian spesies mamalia. 21