BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat terutama di wilayah perkotaan menimbulkan dampak yang sangat serius terhadap penurunan daya dukung lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam pengelolaan air limbah, oleh karena kenaikan jumlah penduduk akan meningkatkan konsumsi pemakaian air minum/ bersih yang berdampak pada peningkatan jumlah air limbah. Salah satu konsekuensi dari peningkatan jumlah air limbah adalah semakin besarnya volume air limbah domestik yang harus diolah dan dibuang ke badan air. Air limbah, terutama yang mengandung ekskreta manusia dapat mengandung patogen yang berbahaya dan oleh karena itu harus dikelola dan diolah dengan baik. Pengelolaan dan pembuangan air limbah yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, dan mortalitas (Dalengkade, 2012). Proses yang umum dipakai untuk pengolahan air limbah dari keluarga rumah tangga adalah septic tank yang merupakan kombinasi antara proses anaerobik dan peresapan. Proses septic tank adalah proses yang sederhana serta murah dan sesuai untuk daerah kurang padat, apabila dipakai di daerah padat perkotaan akan mengakibatkan pencemaran air bawah tanah. Septic tank biasanya hanya mengolah air limbah dari WC saja. Air limbah lain seperti air limbah cucian, dapur dan kamar mandi langsung dibuang tanpa diolah, sehingga 1
2 mengakibatkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, proses pengolahan air limbah secara komunal adalah opsi yang penting dan realistis untuk mengolah air limbah domestik. Sesuai dengan amanat UU 32/2004, bahwa sektor sanitasi menjadi urusan wajib Pemerintah Kabupaten/ Kota. Hal ini menimbulkan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah Kabupaten/ Kota untuk mampu merancang kebijakan dan strategi di bidang sanitasi. Dalam tahap pelaksanaannya Pemerintah Kabupaten/ Kota idealnya mampu menyiapkan perencanaan sanitasi jangka menengah yang komprehensif dan bersifat strategis. Perencanaan tersebut dapat mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten/ Kota, dokumen Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Pekerjaan Umum, Provinsi dan Nasional. Selain itu juga mengacu kepada target-target Millenium Development Goals (MDGs) maupun peraturan dan perundangan yang berlaku di tingkat nasional maupun provinsi (Pokja AMPL, 2012). Guna menghasilkan strategi sanitasi kota yang dapat diimplementasikan sesuai dengan arah kebijakan kota, maka diperlukan suatu konsep pendekatan terpadu yang dilandasi dengan pendekatan pemberdayaan untuk meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan yang melandasi penanganan masalah pengelolaan sanitasi. Hal ini berarti penanganan masalah sanitasi haruslah dilakukan secara sinergis dan selaras antara kegiatan penanganan fisik lingkungan, penanganan kapasitas SDM dan kelembagaan.
3 Salah satu problem sanitasi yang dihadapi masyarakat saat ini adalah penurunan kualitas air. Menurut Effendi (dalam Siradz dkk., 2008) kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu, sehingga kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Kualitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan yang terkandung dalam air dan kaitannya untuk menunjang kehidupan ekosistem yang ada di dalamnya. Sistem sanitasi/ sistem pembuangan limbah rumah tangga penduduk merupakan hal yang penting dalam menjaga kualitas air tanah karena sistem pembuangan limbah yang tidak baik akan menyebabkan kontaminasi terhadap kualitas air tanah. Kondisi sistem pembuangan limbah yang buruk ini dapat menyebabkan tingginya kontaminasi dan pengaruh terhadap kualitas air sumur serta dapat menyebabkan tingginya jumlah bakteri E. coli (Aji, 2007 dalam Dalengkade dkk., 2012). Dalam rangka mendukung upaya pencapaian salah satu target Millennium Development Goals pada tahun 2015, yaitu menurunkan sebesar 50% dari jumlah penduduk yang belum memiliki akses air minum dan sanitasi dasar juga penyehatan lingkungan, maka pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum melalui Dirjen Cipta Karya mendorong Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat yang merupakan kegiatan pendukung percepatan pencapaian MDG s. Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SPBM) merupakan salah satu komponen Program Urban Sanitation and Rural Infrastructure (USRI) yang diselenggarakan sebagai salah satu Program Pendukung PNPM Mandiri. Program
4 tersebut dikenal sebagai pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. Dalam penyelenggaraannya, kegiatan ini menekankan pada keterlibatan masyarakat secara utuh dalam hal peningkatan kualitas prasarana dan sarana sanitasi di perkotaan (Kusuma, 2013). Dengan adanya IPAL komunal tersebut maka berbagai limbah dari kamar mandi, dapur dan cucian baju dapat diamankan kandungannya sebelum dibuang ke sungai. IPAL tersebut juga sebagai pengantisipasi pencemaran tanah oleh septic tank yang tidak memenuhi syarat/ bahkan bocor (Kantor Lingkungan Hidup Kota Pekalongan, 2012). Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur dengan air khususnya pada air tanah dangkal. Mikroba yang paling berbahaya adalah mikroba yang berasal dari tinja yaitu bakteri Coli, mikroba yang datang dari tinja tidak baik bagi kesehatan apabila digunakan untuk kepentingan kehidupan manusia terutama kebutuhan rumah tangga (Wahyuni, ). Hal ini terjadi di daerah penelitian Desa Jambidan Banguntapan Bantul yang keadaan sanitasinya belum tertata dengan baik dikarenakan jarak antar rumah satu dengan lainnya sangat berdekatan, sehingga dikawatirkan air tanah akan tercemar oleh limbah rumah tangga juga air resapan dari septic tank yang dimiliki warga setempat berpotensi untuk merembes ke sumur warga. Oleh karena itu, masyarakat di desa tersebut berinisiatif melakukan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal. Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal (IPAL Komunal) merupakan bangunan yang digunakan untuk memproses air limbah buangan penduduk yang
5 difungsikan secara komunal (digunakan oleh sejumlah rumah tangga) agar lebih aman pada saat dibuang ke lingkungan atau sesuai dengan baku mutu lingkungan. Pembangunan IPAL tersebut diprioritaskan di permukiman padat pinggir sungai. Pembangunan IPAL Komunal ada yang langsung ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten dan ada pula pembangunanya diusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Bantul. Proses pembangunan sepenuhnya diserahkan kepada warga melalui LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) masing-masing kelurahan, sedangkan pemerintah Kabupaten dalam pembangunan ini berperan dalam pendanaan, pendampingan dan pengawasan. Pembangunan IPAL Komunal tersebut juga bertujuan untuk menggali partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan perawatan. Adanya kebijakan pemerintah tentang pembangunan IPAL yang ada di Kabupaten Bantul yang dilaksanakan oleh warga setempat, dimaksudkan agar seluruh masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas lingkungan. Selain itu masyarakat juga ikut terlibat dalam pemeliharaan dan pemanfaatan terhadap sarana ini. Berdasarkan latar belakang di atas, kiranya perlu untuk melakukan penelitian dengan judul Partisipasi Masyarakat dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Desa Jambidan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembangunan IPAL Komunal yang ada di desa Jambidan merupakan yang diusulkan kepada Pemerintah Kabupaten bantul, dalam pelaksanaan pembangunan IPAL Komunal ini masyarakat Desa jambidan tidak hanya mendapatkan dana
6 untuk pembangunan sepenuhnya dari pemerintah tetapi dari swadaya masyarakat setempat. Dalam program pembangunan IPAL Komunal di Desa Jambidan masyarakat setempat dilibatkan sebagai peran utama dalam proses pembangunan bukan dari pihak ketiga atau kontraktor yang terlibat, sehingga dalam penelitian ini peran serta masyarakat menjadi kunci keberlajutan dalam program. Berdasarkan mata pencaharian penduduk setempat yang berbeda-beda sehingga mereka mempunyai sistem nilai yang berbeda juga dalam pengambilan keputusan proses pengelolaan limbah. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah air yang dibuang ke badan sungai di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul sudah sesuai dengan baku mutu? (2) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam Program Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul? 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam Program Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal sebelumnya sudah banyak dilakukan seperti disajikan pada Tabel 1.1.
7 Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No Nama Judul Metode Hasil Tujuan 1 Yusdi Vari Afandi dkk. (2013) Pengelolaan Air Limbah Domestik Komunal Berbasis Masyarakat di Kota Probolinggo 2 Indriana Puspita Widyasari (2008) 3 Silvia Utami (2010) 4 Meria Fifiani (2012) Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Limbah di Kelurahan Jomblang Kota Semarang Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Buangan Terdesentralisasi (IPAL Komunal) di Kota Yogyakarta Perencanaan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Di Kota Yogyakarta Metode kuantitatif dan kualitatif berdasarkan wawancara mendalam terhadap informan dan wawancara terstruktur terhadap 107 responden kemudian dianalisis secara deskriptif Metode analisis deskriptif kuantitatif didukung dengan kualitatif serta metode tabulasi silang. Studi literatur dari data sekunder yang merupakan kompilasi data dan analisis dari studi IPAL komunal yang telah diteliti oleh mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia serta data-data lain yang diambil dari beberapa Instansi Pemerintah Metode survei, yaitu observasi, kuesioner di Kelurahan Ngampilan (sudah terlayani sistem air limbah terpusat) dan Kelurahan Sorosutan (belum terlayani sistem air limbah terpusat). Memberikan masukan/ kebijakan terhadap kelembagaan pengelolaan air limbah. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat di Kelurahan Jomblang dalam pengelolaan limbah, yakni peningkatan SDM dan kesadaran masyarakat. Memberikan informasi tentang manfaata pembangunan IPAL di Kota Yogyakarta serta berbagai permasalahan terkait IPAL di Kota Yogyakarta. Memberikan masukan terhadap keberhasilan perencanaan peningkatan pengelolaan air limbah di Kota Yogyakarta. Menganalisis sistem pengelolaan air limbah komunal berbasis masyarakat berdasarkan aspek teknis, partisipasi masyarakat dan kelembagaan Mengkaji peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah di Sungai Bajak Mengvaluasi IPAL Komunal yang telah dibangun khususnya terhadap aspek sosialekonomi, teknis, kesehatan serta identifikasi permasalahan yang terjadi pada IPAL. Mengetahui perencanaan peningkatan pengelolaan air limbah di Kota Yogyakarta.
8 Rencana penelitian ini diharapkan menghasilkan hal-hal yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu ruang lingkup penelitian, yang mengkaji proses Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Desa Jambidan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul serta partisipasi masyarakat dalam Program Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul serta mengkaji apakah air yang dibuang ke badan sungai sudah Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul sesuai dengan baku mutu. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kualitas air buangan proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. (2) Mengevaluasi tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. (3) Menyusun strategi pengelolaan lingkungan dalam rangka untuk pelestarian lingkungan 1.5. Faedah Penelitian (1) Bahan masukan kepada pemerintah Kabupaten Bantul sebagai pihak yang mengambil kebijakan dalam pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. (2) Bahan masukan bagi Dinkes Bantul dalam menjalankan kebijakan program penyehatan masyarakat pada pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal.
9 (3) Bahan masukan bagi masyarakat dan badan pengelola air di Kabupaten Bantul tentang permasalahan dalam pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal serta partisipasi masyarakat dalam program tersebut. (4) Memberikan masukan untuk pengembangan metode penelitian Partisipasi Masyarakat pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal 1.6. Batasan Istilah Untuk kepentingan penelitian batasan-batasan istilah yang menjadi acuan dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Limbah cair adalah air kotor yang membawa sampah dari tempat tinggal, bangunan perdagangan, dan industri berupa campuran air dan bahan padat terlarut atau bahan tersuspensi (Wilgooso,1979 dalam Safitri,2009). (2) Partisipasi masyarakat adalah masyarakat ikut serta dan berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, termasuk dalam proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan. (3) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dibangun untuk mengelola air limbah rumah tangga dengan tujuan untuk mencegah pencemaran air tanah dari bakteri Eschercia coli akibat pembuangan limbah rumah tangga yang kurang memadai.