BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perekonomian dan daya beli masyarakat yang masih cukup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. triliun, naik dibandingkan akhir 2013 yang mencapai Rp 1.661,05 triliun.

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola keuangan perusahaan dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. Peran industri-industri yang beroperasi di Indonesia memberikan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan industri manufaktur food and beverages

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk dapat. kegiatan operasional dan finansial perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

ANALISIS STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PHARMACEUTICALS YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI. Diajukan Oleh : ZAINUL ARIFIN / FE / EM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor perekonomian yang mendukung kelancaran aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain setiap perusahaan harus mengembangkan usahanya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. baik mengunakan hutang (debt financing) ataupun dengan mengeluarkan saham

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, perekonomian Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. hotel, pusat pusat perbelanjaan dan fasilitas fasilitas lainnya semakin

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. keputusan pendanaan yang baik untuk menentukan pertimbanganpertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi dan cara berpikir manusia yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk kredit. Bank menjual jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Competitiveness Index Sejak tahun 2005, daya saing Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Semua hasil kegiatan dari perusahaan diringkas. didalamnya. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB I PENDAHULUAN. dari tantangan-tantangan yang harus di hadapi, para pelaku bisnis property di

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pengembangan investasi di suatu negara. Dalam hal ini pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan manufaktur untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Manajer perusahaan memiliki peran utama dan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dilakukan seperti penetapan strategi, ide-ide baru, kepercayaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kreditur, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Selain itu pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. karya, yang sedikitnya menyerap 1,8 juta pekerja. Dari sisi tenaga kerja, tekstil adalah industri yang berorientasi ekspor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tambahan modal guna mendorong kinerja operasional

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan (Mardiyanto,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 36/1999 tentang telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Ditengah laju pertumbuhan ekonomi global yang semakin cepat, maka

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. hanya dapat dinilai berdasar dampaknya pada harga saham biasa perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki potensi pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER),

BAB I PENDAHULUAN. serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah penduduk Indonesia yang besar dan terus meningkat serta kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan kesehatan seiring dengan meningkatnya perekonomian dan daya beli masyarakat yang masih cukup kuat menjadi driver utama pertumbuhan industri farmasi nasional. Meningkatnya dukungan program pemerintah di bidang kesehatan sejalan dengan implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) melalui beroperasinya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan sistem asuransi kesehatan nasional per Januari 2014 diproyeksikan mendorong pertumbuhan industri farmasi lebih tinggi lagi beberapa tahun ke depan. Di samping itu, proporsi pengeluaran kesehatan terhadap GDP Indonesia masih relatif rendah sehingga potensi peningkatan masih cukup besar. Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp33 triliun untuk Kementerian Kesehatan pada 2013 dan meningkatkannya menjadi Rp45 triliun pada 2014. Pasar farmasi nasional diperkirakan tumbuh rata-rata 13% per tahun pada 2011-2015. Pasar farmasi nasional pada 2013 diperkirakan sebesar USD 5,88 miliar dan meningkat menjadi USD 6,61 miliar pada 2014. Obat resep (ethical) mendominasi sekitar 60% pasar farmasi nasional dan sisanya 40% adalah obat bebas (over the counter/otc). Potensi pertumbuhan obat resep 1

2 ke depan, khususnya obat generik, diperkirakan akan semakin tinggi seiring dengan implementasi SJSN. Studi IMS pada 2011 memprediksikan bahwa pada 2011-2015 pertumbuhan pasar farmasi di Asia Pacific sebesar 13%-16%. Dalam studinya, IMS menyatakan bahwa pasar farmasi global ke depan akan didorong oleh kelompok pharmerging market, yaitu negara-negara dengan pertumbuhan farmasi tinggi yang menawarkan prospek pertumbuhan yang sangat kuat, didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi, meningkatnya akses terhadap layanan kesehatan, dan di banyak kasus, membaiknya regulasi. Sementara beberapa faktor yang terus berkontribusi terhadap merosotnya pertumbuhan penjualan di pasar farmasi yang sudah matang, di antaranya yaitu tingginya tingkat produk yang habis masa paten, meningkatnya penetrasi pasar generik, kurangnya anggaran industri bioteknologi, perubahan reimbursement, batasan pemerintah yang kian ketat dalam hal pengeluaran dan keamanan produk, serta kondisi makroekonomi. Indonesia sendiri termasuk dalam tier ke-3 pharmerging market bersama beberapa negara lain. Struktur industri farmasi di Indonesia sangat terfragmentasi dimana saat ini terdapat sekitar 250 perusahaan farmasi yang beroperasi. Berdasarkan trend investasi sektor industri farmasi Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat pada tahun 2011 beberapa perusahaan industri farmasi memiliki pertumbuhan usaha, pendapatan dan harga saham tertinggi yaitu PT Tempo Scan Pasific Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Pyridam Farma Tbk dan PT Merck Tbk (Sormin, 2013). Dan berdasarkan

3 nilai pasarnya, Kalbe Group menguasai 13% pangsa pasar farmasi nasional. Sementara berdasarkan volumenya, 20 perusahaan farmasi menguasai 40% volume obat nasional. Persaingan dalam industri farmasi semakin ketat dimana diversifikasi produk semakin banyak dilakukan perusahaan farmasi besar (www.bankmandiri.co.id, 2013). Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tentu perusahaanperusahaan sektor industri farmasi perlu melakukan pengembangan usaha. Dalam perkembangannya perusahaan-perusahaan tersebut mengalami berbagai hambatan. Salah satunya adalah berhubungan dengan keputusan pendanaan. Sebagai bagian dari pasar modal Indonesia, Bursa Efek Indonesia dan emiten-emitennya (termasuk sektor industri farmasi) telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk mendapatkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan investor. Melalui kegiatan pasar modal, perusahaan dapat memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasional dan pengembangan perusahaan (Sormin, 2013). Sumber dana dapat dibedakan menjadi sumber dana perusahaan intern dan sumber dana perusahaan ekstern. Dana intern adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan yaitu laba yang ditahan dan akumulasi depresiasi. Dana ekstern adalah dana dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan. Metode pemenuhan kebutuhan akan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan dengan hutang (debt financing). Sedangkan dana dari pemilik, peserta pengambil bagian dalam perusahaan akan menjadi modal sendiri

4 perusahaan tersebut. Metode pemenuhan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan modal sendiri (equity financing) (Riyanto 2001; sebagaimana dikutip oleh Hapsari, 2010). Struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa (Horne dan Wachowicz, 1997; sebagaimana dikutip oleh Hapsari, 2010). Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan dari neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Jadi, struktur modal suatu perusahaan hanya sebagian dari struktur keuangannya (Weston dan Copeland, 1996; sebagaimana dikutip oleh Hapsari, 2010). Pengertian struktur modal menurut Riyanto (2001) adalah perimbangan atau perbandingan antar jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal di proxy dengan Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Sawir (2003) DER merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Dengan adanya proporsi hutang yang lebih besar, maka perusahaan yang mempunyai DER lebih dari satu akan memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yg memiliki DER kurang dari satu.

5 Dengan nilai DER yang berada di atas satu berarti perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri dan hal ini tidak sesuai dengan teori struktur modal yang optimal dimana seharusnya jumlah hutang perusahaan tidak boleh lebih besar daripada modal sendiri. Sementara itu kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan modalnya ke dalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai DER tertentu yang besarnya kurang dari satu, karena jika DER lebih besar dari satu berarti risiko yang ditanggung oleh investor menjadi meningkat. Ada beberapa faktor yang memengaruhi keputusan struktur modal perusahaan, antara lain: stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengawasan, sifat manajemen, sikap kreditur dan konsultan, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan (Brigham dan Houston, 2000; sebagaimana dikutip oleh Sarasati, 2013). Dalam penelitian ini tidak akan dibahas semua faktor yang memengaruhi keputusan struktur modal perusahaan, beberapa faktor yang akan diteliti adalah : 1. Rasio Profitabilitas di proxykan dengan Return On Asset (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003; sebagaimana dikutip oleh Rumapea,

6 2013). ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dengan tanpa mengindahkan dari sumber mana modal tersebut berasal atau keseluruhan modal (Setiana dan Rahayu, 2012). Semakin tinggi keuntungan perusahaan, berarti semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang), karena perusahaan cenderung untuk menggunakan sumber dana internal yaitu dalam bentuk laba ditahan, sehingga biaya hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih rendah. Laba ditahan merupakan bagian dari laba bersih setelah pajak yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan, atau laba bersih yang ditanamkan lagi dalam perusahaan (Hestuningrum, 2012). Oleh karena itu, dapat disebut pula dengan semakin tingginya ROA, maka besarnya laba yang digunakan sebagai modal akan meningkat, yang dapat mengurangi kebutuhan modal yang dipenuhi dari pihak eksternal yang berupa hutang. Penelitian yang mendukung adalah Sari (2014) yaitu bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER). Sedangkan, berdasarkan hasil penelitian Kadam (2014) diketahui bahwa nilai ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. 2. Rasio Aktivitas di proxykan dengan Total Asset Turnover (TATO) Total assets turnover (TATO) merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turnover (TATO) merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi

7 penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009; sebagaimana dikutip oleh Riadi, 2012). Semakin tinggi rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba, juga menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan (Riadi, 2012). Apabila perusahaan menghasilkan penjualan-penjualan yang sama dengan aset yang lebih sedikit, berarti perusahaan tersebut semakin efektif karena memerlukan tingkat investasi yang lebih rendah. Oleh karena itu, apabila TATO semakin tinggi, maka perusahaan akan cenderung menggunakan sumber dana internal dalam bentuk laba ditahan. Laba ditahan merupakan bagian dari laba bersih setelah pajak yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan, atau laba bersih yang ditanamkan lagi dalam perusahaan (Hestuningrum, 2012). Semakin tingginya TATO, maka besarnya laba yang digunakan sebagai modal akan meningkat, yang dapat mengurangi kebutuhan modal dari pihak eksternal yang berupa hutang, dan biaya hutang yaitu bunga yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih rendah. Dalam penelitian Gunawan (2011), menunjukkan bahwa TATO (Total Asset Turn Over) berpengaruh positif terhadap struktur modal. Ini sudah dibuktikan dalam jurnalnya yang menguji struktur modal optimal melalui pola hubungan antar variabel. Sedangkan, berdasarkan hasil regresi penelitian Purwanti (2005), total asset turnover berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal.

8 3. Rasio Pasar di proxykan dengan Price Book Value (PBV) Price to book value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya (Ang, 1997; sebagaimana dikutip oleh Hidayati, 2010). Semakin tinggi PBV, maka menunjukkan semakin besar kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan tersebut (Syamsuddin, 2007; sebagaimana dikutip oleh Kadam, 2014). Menurut Signaling Theory, pihak perusahaan mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Perusahaan bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai sinyal yang lebih credible. Investor diharapkan akan menangkap sinyal tersebut, sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik (Kadam, 2014). Untuk menentukan posisi saham menggunakan metode Price Book Value tidak mencari nilai intrinsik dari saham yang diteliti, melainkan menghitung nilai PBV kemudian mengukur harga saham mahal atau murah dengan cut off 1 yang berarti jika nilai PBV diatas 1 menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya (overvalued), sebaliknya jika nilai PBV dibawah 1 berarti nilai pasar saham lebih kecil dari nilai bukunya (undervalued) (Permata, 2010; sebagaimana dikutip oleh Kadam, 2014). Dalam penelitian Kadam (2014), Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan

9 menurut penelitian Sulistiono (2010) PBV berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), TOTAL ASSET TURNOVER (TATO), DAN PRICE BOOK VALUE (PBV) TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA INDUSTRI FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2013

10 1.2 Identifikasi Masalah 1. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan-perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013? 2. Apakah Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan-perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013? 3. Apakah Price Book Value (PBV) berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan-perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013? 4. Apakah Return On Asset (ROA), Total Asset Turnover (TATO), dan Price Book Value (PBV) secara simultan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan-perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap struktur modal pada perusahaan-perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013. 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Total Asset Turnover (TATO) terhadap struktur modal pada perusahaan-perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013.

11 3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Price Book Value (PBV) terhadap struktur modal pada perusahaan-perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013. 4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA), Total Asset Turnover (TATO), dan Price Book Value (PBV) terhadap struktur modal pada perusahaan-perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013. 1.4 Kegunaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan bagi pihakpihak yang memerlukannya. Kegunaan penelitian ini di antaranya adalah: 1. Bagi Perusahaan Agar dapat membantu perusahaan untuk mengelola struktur modal lebih baik berdasarkan data yang telah peneliti analisis. 2. Bagi Investor Agar dapat memberikan informasi dan menjadi bahan pertimbangan perusahaan-perusahaan farmasi mana yang akan dipilih untuk melakukan investasi dilihat dari struktur modal perusahaan. 3. Bagi Akademisi Agar dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya di dalam melakukan penelitian dengan topik sejenis.