BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

PARENTAL SISTEM WARIS ADAT PARENTAL. Perhitungan sistem Parental 06/10/2016

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

PEMBAGIAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS AB INTESTATO DAN TESTAMENTAIR MENURUT HUKUM PERDATA BARAT (BW)

BAB II STATUS HUKUM HARTA WARIS YANG DIPEROLEH BERDASAR PADA WASIAT / TESTAMEN. hubungan pewarisan antara pewaris dan ahli waris.

Diskusi Mata Kuliah Gemar Belajar Perjanjian dan Waris

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

TINJAUAN YURIDIS ATAS AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS

BAB V. KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. PEMBATALAN ATAS PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh : Erni Bangun 2

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu

P E N E T A P A N Nomor : 13/Pdt.P/2012/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERKARA WARIS Rahmatullah, SH.,MH Dosen Fakultas Hukum UIT Makassar

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123).

BAB IV HUKUM DAN SISTEM PE WARISAN ADAT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS. (BW). Ketiganya mempunyai ciri dan peraturan yang berbeda-beda, berikut

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

Hukum Waris Adat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Adat

BAB I TENJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

HUKUM WARIS DI INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT

BAB V PENUTUP. pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

BAB II TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEWARISAN DAN PERMOHONAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2

dalam pembagian harta warisan apabila ada anak kandung menurut hukum waris adat

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017. KEDUDUKAN AHLI WARIS DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Daniel Angkow 2

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BAB IV. PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KUHPerdata

TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA

BAB II PENGERTIAN HAK WARIS SERTA PEMBAGIAN HAK WARIS ANAK MURTAD MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM ISLAM

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

PERBANDINGAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT HUKUM ADAT DAN MENURUT BW DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku

Lex Administratum, Vol. V/No. 6/Ags/2017. TINJAUAN HUKUM MENGENAI PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh: Pratini Salamba 2

MASALAH HAK WARIS ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN KEDUA MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB V PARA AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

I. PENDAHULUAN. maupun manfaat untuk dimiliki oleh penerima wasiat sebagai pemberian yang

KULIAH WARDAT 10 April 2012 Pertemuan ke 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENGATURAN HUKUM PENGALIHAN TANAH YANG DIPEROLEH KARENA PEWARISAN BAGI AHLI WARIS YANG BERSTATUS DI BAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Hukum Waris Adat bersifat pluralisme menurut suku-suku

BAB III ANALISA TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI (PLAATSVERVULLING) PASAL 841 KUH PERDATA DENGAN 185 KHI

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti

MENYELESAIKAN SENGKETA PEMBAGIAN HARTA WARISAN MELALUI PERAN KEPALA DESA. Ibrahim Ahmad

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR. A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau beberapa orang lain. Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

1 Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, CV Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm.

PERBANDINGAN PEMBAGIAN WARISAN UNTUK JANDA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM WARIS ISLAM FITRIANA / D

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dengan ahli waris. Adanya pewarisan berarti adanya perpindahan hak, berupa. harta benda dari si pewaris kepada ahli waris.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2002, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

Transkripsi:

48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pengaturan masalah waris di Indonesia bersifat pluralisme. Sehingga praturan hukum waris yang masih berlaku saat ini di Indonesia adalah menurut Hukum Adat, Hukm Islam dan Hukum Perdata Barat 1. Hukum Waris Adat No Keterangan Hukum Waris Adat 1. Pengertian Serangkaian peraturan yang mengatur penerusan dan pengoperan harta peninggalan atau harta warisan dari suatu generasi ke generasi lain, baik yang berkaitan dengan harta benda maupun yang berkaitan dengan hak-hak kebendaan (materi dan non materi) 2. Unsur-unsur a. Pewaris adalah oarng yang telah meninggal dunia dan meninggalkan suatu yang dapat beralih kepada keluarganya yang masih hidup, baik keluarga melalui hubungan kekerabatan, perkawinan maupun keluarga mealui persekutuan hidup dalam rumah tangga. b. Harta Warisan adalah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya. Harta warisan itu terdiri dari: 1. Harta bawaan/ harta asal 2. Harta perkawinan 3. Harta pusaka 4. Harta yang menunggu c. Ahli Waris adalah orang yang berhak mewarisi harta peningalan pewaris,yakni anak kandung, orang tua, saudara, ahli waris pengganti dan orang yang mempunyai hubungan perkawinan dengan pewaris (janda atau duda). Selain itu dikenal juga anak angkat,anak tiri dan anak luar kawin yang biasanya diberikan bagian harta warisan dari ahli waris bila para ahli waris membagi harta warisan dantara mereka.

49 3. Asas-asas a. Asas Keruhanan dan Pengendalian Diri yaitu adanya kesadaran bagi para ahliwaris bahwa rezeki berupa harta kekayaan manusia yang dapat dikuasai dan dimiliki meriupakan karunia dan keridhaan Tuhan atas keberadaan harta kekayaan b. Asas Kesamaan dan kebersamaan Hak yaitu setiap ahli waris mempunyai kedudukan yang sama sebagai orang yang berhak untuk mewarisi harta peninggalan pewarisnya, seimbang antara hak dan kewajiban tangung jawab bagi setiap ahli waris untuk memperoleh harta warisannya c. Asas Kerukunan dan Kekeluargaan yaitu para ahli waris memepertahanakan untuk memelihara hubungan yang tentram dan damai, baik dalam menikmati dan memanfaatkan harta warisan tidak terbagi maupun dalam menyelesaikan pembagian harta warisan terbagi d. Asas Musyawarah dan Mufakat yaitu para ahli waris membagi harta warisannya melelui musyawarah yang dipimpin para ahli waris yang dituakan dan bila terjadi kespakatan dalam pembagian harta warisan, kesepakatan itu bersifat tulus ikhlas yang dikemukakan dengan perkataan yang baik yang keluar dari hati nurani pada setiap ahli waris. e. Asas Keadilan yaitu keadilan berdasarkan status, kedudukan dan jasa, sehingga setiap keluarga pewaris mendapatkan harta warisan, baik bagian sebagai ahli waris maupun bagian sebagai bukan ahli waris, melainkan bagian jamina harta sebagai anggota keluarga pewaris 4. Sistem Hukum Kewarisan a. Sistem Kolektif, yaitu harta warisan dibagikan secara kolektif (bersama) bukan untuk dimiliki tetapi hanya untuk dinikmati saja b. Sistem Mayorat yaitu sistem pewarisan dimana yang menerima harta warisan adalah anak tertua, tetapi dia harus bertanggung jawab kepada saudara-saudaranya

50 yang lain b. Sistem Individual yaitu sitem pewarisan yang membagikan ahrta warisan kepada masing-masing ahli waris. 2. Hukum Waris Islam No Keterangan Hukum Waris Islam 1. Pengertian Aturan yang mengatur pengalihan harta dari seorang yang meninggal dunia kepada para ahli warisnya 2. Dasar Hukum a. Al-qur an dan Sunnah Rasul b. Peraturan perundang-undangan c. Kompilasi Hukum Isalam d. Pendapat para sahabat Rasulullah SAW e. Pendapat ahli Hukum Islam 3. Unsur-unsur a. Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya beragama Islam, meninggalkan harta warisan dan ahli waris yang masih hidup. b. Harta Warisan adalah harta bawaan ditambah dengan bagian dari harta bersama sesudah digunakan keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah dan pembayaran ulang serta wasiat pewaris c. Ahli Waris adalah orang yang berhak mewaris karena hubungan kekerabatan atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. 4. Asas-asas a. Ijbari adalah pengalihan harta dari seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya menurut ketetapan Allah tanpa digantunkan kepada kehendak pewaris atau ahli warisnya. b. Bilateral adalah seseorang menerima hak atau bagian warisan dari kedua belah pihak; dari kerabat keturunan laki-laki dan dari kerabat keturunan perempuan. c. Individual adalah harta warisan dapat dibagi-bagi kepada ahi waris untuk dimiliki secara perorangan d. Keadilan Berimbang adalah keseimbangan antara hak

51 yang diperoleh dengan keperluan dan kegunaan dalam melaksanakan kewajiban e. Akibat Kematian adalah kewarisan ada kalau ada yang meninggal dunia, kewarisan ada sebagai akibat dari meninggalnya seseorang. 3. Hukum Waris Eropa (BW) No Keterangan Hukum Waris Eropa (BW) 1. Pengertian Kumpulan peraturan yang mengatur mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggakan oleh si mati dan akibat dari pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan antara mereka dengan pihak ketiga 2. Unsur-unsur a. Ada orang yang meninggal dunia (pewaris) b. Ada orang yang masih hidup, sebagai ahli waris yang akan memperoleh warisan pada saat pewaris meninggal dunia (ahli waris) c. Ada sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris 3. Ahli Waris a. Ahli Waris menurut UU, yaitu: * Golongan pertama yaitu anak-anak dan keturunannya serta suami/ istri yang hidup terlama * Golongan kedua: orang tua dan saudara * Golongan tiga yaitu kakek dan nenek * Golongan keempat yaitu anggota keluarga dalam garis lurus menyamping dan sanak keluarga lainnya sampai derajat ke enam b. Ahli Waris menurut Wasiat, yaitu: menurut Pasal 874 harta peninggalan seseorang yang meninggal dunia adalah kepunyaan ahli waris menurut UU, tetapi pewaris dengan surat wasiat dapat menyimpang dari ketentuanketentuan yang termuat dalam UU. Oleh karen aitu surat wasiat yang dilakukan oleh pewaris dapat menunjuk seseorang atau beberapa orang menjadi ahli waris yang disebut erfstelling. Erfstelling adalah orang yang

52 4. Ahli waris yang tidak patut menerima harta warisan ditunjuk melalui surat wasiat untuk menerima harta peninggalan pewaris. a. Ahli waris yang dengan putusan hakim telah dihukum karena dipersalahkan membunu atau setidaknya mencoba membunuh pewaris b. Ahli waris yang dengan putusan hakim telah dihukum karena dipersalahkan memfitnah dan mengadukan pewaris, bahwa pewaris melakukan kejahatan yan diancam hukuman penjara empat tahun lebih c. Ahli waris yang dengan kekerasan telah nyata-nyata menghalangi atau mencegah pewaris untuk membuat atau menarik kembali surat wasiat d. Ahli waris yang telah menggelapkan, memusnahkan dan memalsukan surat wasiat Asas pewarisann di Malaysia yang berlaku adalah,pembahagian harta alih orang yang telah meninggal dunia henhdaklah mengikuti undang-undang negara tempat si mati berdomisili semasa kematiannya, sementara itiu harta tak alih hendaklah dibagikan mengikuti Akta Pembahaian 1958 dimana si mati berdomisili Masalah waris di Malaysia juga mengalami pluralisme hukum. Malaysia negara yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam, pengaturan masalah warispun diatur menurut hukum Islam. Begitu juga bagi masyarakat non muslim, maka hukum waris yang berlaku adalah hukum agama ataupun adat dari masing-masing warga masyarakatnya. Malaysia juga memiliki ketentuan-ketentuan yang berlaku secara nasional bagi seluruh mayarakat Malaysia. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembagian perlembagaan persekutuan antara Mahkamah Syariah bagi masyarakat yang beragama Islam dan Mahkamah Sivil bagi yang non Islam. Salah satu perbedaan pengaturan masalah waris antara masyarakat yang muslim dan non muslim adalah Perbezaan yang paling utama ialah jumlah harta yang boleh diwasiatkan. Bagi orang bukan Islam mereka boleh mewasiatkan kesemua harta mereka mengikut kehendak mereka tetapi bagi orang Islam, satu per tiga sahaja daripada harta mereka yang boleh diwasiatkan. Walau bagaimanapun, bagi wasiat pentadbiran harta, orang Islam boleh membuat wasiat, iaitu membahagi-bahagikan harta mengikut persetujuan waris.

53 B. Saran Indonesia dan Malaysia sebagai negara yang mempunyai pluralisme hukum, sudah pasti mempunyai pengaturan yang berbeda-beda tehadap suatu permasalahan. Untuk itu, bagi para aparat penegak hukum khususnya hakim yang menangani masalah-masalah yang bersumber pada hukum yang sifatnya pluralisme ini, hendaknya lebih serius lagi mempelajari keanekaragaman hukum ini.

DAFTAR PUSTAKA Buku: Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW, Bandung, Refika Aditama, 2005 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2003 Musbri Mohamed, Law in Malaysia, Pursuing MBL (UKM) M. Idris Mulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2006 Noor Aziah Mohd. Awal, Warisan Pusaka Dalam Keluarga, Malaysia, Dewan Bahasa dan Pustaka Kualalumpur, 2007 Pawancheek Masican, Hukum Kewarisan Islam di Malaysia, Petaling Jaya- Selangor Daru, Lexsnexis, 2008 Soerjono Soekanto, Pengantar Penlitiuan Hukum, Jakarta, UI Press, 1984 Internet: Sistem Hukum Malaysia, tersedia (on-line) WWW.GATS.BLOGSPOT.com