BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang sangat besar bagi perekonomian suatu negara, terutama di negara berkembang. Dengan adanya krisis, peran negara-negara barat sebagai penganut sistem kapitalis semakin dominan. Hal ini terbukti dengan semakin menumpuknya hutang dan tingkat ketergantungan finansial yang semakin besar dari negara-negara yang mengalami krisis dan tidak mampu untuk bangkit dari keterpurukan. Dampak yang dialami negara-negara tersebut tidak hanya sampai disitu. Aset-aset negara yang mereka milikipun ikut tergadaikan dan berpindah tangan, sehingga secara otomatis aset-aset negara yang seharusnya digunakan untuk kemaslahatan umat kini hanya digunakan oleh golongan tertentu, yang pada akhirnya berimbas pada rakyat negara penjual sehingga berlakulah hukum yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin terpuruk (Antonio, 2001:67). Krisis keuangan yang berkepanjangan ini juga dialami oleh Indonesia dan mengakibatkan pemerintah mengeluarkan serangkaian intervensi untuk meredam gejolak nilai tukar, yaitu dengan pengetatan likuiditas dan menaikkan tingkat suku bunga dalam negeri. Adanya intervensi-intervensi tersebut menyebabkan ekspansi kredit perbankan terhambat dan kualitas aktiva produktif perbankan memburuk, sementara sistem perbankan diwajibkan untuk terus memberikan imbalan kepada 1
depositor sesuai dengan tingkat suku bunga pasar. Dengan terhambatnya ekspansi kredit perbankan, peran sistem perbankan secara umum untuk menjalankan sinyal sebagai intermediator kegiatan investasi semakin berkurang, akibatnya ekonomi kekurangan likuiditas dan mengakibatkan kegiatan dunia usaha menjadi stagnan, bangkrut dan menambah jumlah pengangguran. Implikasi dari semua itu adalah bertambahnya jumlah masyarakat miskin. Gejolak yang terjadi ini merupakan konsekuensi logis dari lepasnya keterkaitan sektor moneter dengan sektor riil. Sektor moneter telah berkembang melampaui pertumbuhan sektor riil. Uang tidak lagi berfungsi sebagai alat tukar tetapi telah menjadi komoditas, sebagai akibat adanya para spekulan. Hal ini tentu saja berbeda dengan konsep Islam, dimana dalam Islam uang hanya berfungsi sebagai alat tukar (Muhammad, 2004:89). Sebagai alat tukar, ia tidak menghasilkan nilai tambah apapun, kecuali apabila ia dikonversi menjadi barang atau jasa. Dengan demikian, jelas bahwa konsep Islam menjaga keseimbangan sektor riil dan sektor moneter. Begitu pula dengan perbankan Islam yang pertumbuhan pembiayaannya tidak terlepas dari pertumbuhan sektor riil yang dibiayainya. Terbebasnya perbankan Islam dari konsep bunga berakibat pula pada terbebasnya perbankan Islam dari masalah negative spread, yaitu masalah yang terjadi karena bank harus membayar biaya bunga kepada deposan (cost of fund) dengan suku bunga tinggi, sedangkan suku bunga pinjaman tidak bisa disesuaikan 2
sepenuhnya. Dengan berbasisnya konsep keuangan Islam pada konsep bagi hasil akan menempatkan debitur sebagai mitra sehingga akan terdapat ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabahnya. Kuatnya ikatan emosional ini akan menimbulkan akibat-akibat seperti kuatnya kebersamaan dalam menghadapi resiko usaha dan membagi keuntungan secara jujur dan adil, semua pihak yang terlibat dalam Bank Islam akan memiliki tanggung jawab usaha yang sama sesuai dengan ajaran agamanya. Dengan adanya keistimewaan ini, bank Islam akan benar-benar menyeleksi proyek yang hendak dibiayai, terutama berkaitan dengan kehalalan dan kelayakan usaha yang akan mengakibatkan membaiknya kinerja perbankan syariah sehingga akan berdampak pada semakin pesatnya pertumbuhan Bank Syariah (Mannan, dkk. 1997:36). Pesatnya pertumbuhan perbankan Syariah yang relatif cepat ini dapat dilihat pada indikator keuangan, seperti jumlah aktiva, dana pihak ketiga (DPK), serta volume pembiayaan yang terus mengalami peningkatan, sebagaimana diperlihatkan dalam Tabel 1.1 Tabel 1.1 Perkembangan Indikator Keuangan Bank Syariah (Miliar Rupiah) Indikator 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pembiayaan 15.232 20.445 27.944 38.195 48.086 63.673 78.435 Total Aset 17.111 21.151 27.286 34.036 48.014 71.082 85.055 (DPK) 15.584 20.672 28.012 36.852 52.271 65.003 80.000 Sunber : Direktorat Perbankan Syariah BI 3
Hal ini menunjukan bahwa perbankan syariah di Indonesia pada umumnya sangat potensial untuk dikembangkan. Untuk selanjutnya bank syariah masuk ke bali sendiri sekitar tahun 2005 yaitu Bank Muamalat yang sejak awal langsung mendapat kepercayaan dari masyarakat Bali, ini terbukti dari peningkatan jumlah bank syariah di Bali yang sampai sekarang berjumlah 5 bank, ini berarti setiap tahunnya ada 1 bank syariah baru di bali (Jeffrey, 2011). Perbankan syariah sebagai bagian dari industri perbankan nasional memiliki peran yang tidak berbeda dengan bank konvensional lainnya. Selain sistem operasional yang berbeda dengan bank konvensional, bank syariah juga dituntut untuk dapat menyalurkan dana dari nasabah yang berlebihan kepada nasabah yang membutuhkan dana secara efektif dan efisien. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keputusan bank untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat. Bank syariah di Bali dalam menyalurkan kreditnya dipengaruhi oleh faktor internal bank maupun dipengaruhi oleh faktor eksternal bank. Faktor yang dimaksud adalah dana pihak ketiga (DPK) yang terdiri dari Giro Wadiah, Deposito Mudharabah dan Tabungan Mudharabah merupakan sumber utama untuk penyaluran kredit perbankan. Dana tersebut diperoleh dari masyarakat yang kelebihan dana. Antara dana pihak ketiga dengan kredit yang diberikan terjadi hubungan yang positif, artinya jika dana pihak ketiga meningkat hal yang sama akan terjadi pula pada jumlah kredit yang disalurkan, begitu pula sebaliknya (Yusak, 2009:35). 4
Tabel 1.2 Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Total Kredit Bank Syariah di Bali (Jutaan Rupiah) Bulan DPK Total Kredit September 2010 208,056 247,891 Oktober 2010 215,867 262,120 Nopember 2010 237,323 280,948 Desember 2010 254,108 297,683 Januari 2011 255,718 330,952 Pebruari 2011 255,493 318,697 Maret 2011 270,252 332,696 April 2011 262,950 336,522 Mei 2011 264,272 368,466 Juni 2011 330,059 430,929 Juli 2011 303,585 399,868 Agustus 2011 296,074 434,021 September 2011 333,934 473,236 Oktober 2011 322,274 507,055 November 2011 335,167 567,116 Desember 2011 258,265 589,371 Sumber : Direktorat Perbankan Syariah BI 5
Selain itu, faktor yang dapat berpengaruh juga terhadap penyaluran kredit bank syariah adalah faktor inflasi dan tingkat suku bunga bank konvensional. secara empirik, pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari krisis tahun 1997-1998 yang mengakibatkan terganggunya sektor riil. Krisis ini diawali dari krisis di sektor moneter (depresiasi nilai tukar rupiah dengan dolar) yang kemudian merambat kepada semua sektor tanpa terkecuali. Tingkat Inflasi ketika itu sebesar 77,60% yang diikuti pertumbuhan ekonomi minus 13,20%. Adapun terganggunya sektor riil tampak pada kontraksi produksi pada hampir seluruh sektor perekonomian. Tahun 1998, seluruh sektor dalam perekonomian (kecuali sektor listrik, gas, dan air bersih). Inflasi sesungguhnya mencerminkan kestabilan nilai sebuah mata uang. Stabilitas tersebut tercermin dari stabilitas tingkat harga yang kemudian berpengaruh terhadap realisasi pencapaian tujuan pembangunan ekonomi suatu negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan, perluasan kesempatan kerja, dan stabilitas ekonomi. (Arief, Jurnal Ekonomi Islam. 2007). 6
Tabel 1.3 Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Kredit Perbankan di Bali (%) Bulan Inflasi Suku Bunga Kredit September 2010 9,52 14,26 Oktober 2010 4,37 14,20 Nopember 2010 5,76 14,05 Desember 2010 5,97 13,98 Januari 2011 5,31 13,96 Pebruari 2011 4,30 13,95 Maret 2011 5,91 13,85 April 2011 6,61 13,80 Mei 2011 6,79 13,73 Juni 2011 7,00 13,71 Juli 2011 6,88 13,68 Agustus 2011 6,95 13,65 September 2011 7,56 13,63 Oktober 2011 8,10 13,61 November 2011 8,56 13,35 Desember 2011 9,00 13,00 Sumber : Statistik Ekonomi Keungan Daerah Bali Perkembanagn perbankan syariah tidak lepas dari sistem perbankan yang telah lama dikenal dalam masyarakat yaitu sistem perbankan konvensional, hal ini 7
tergambar dari pengaruh yang masih dipertimbangkan oleh nasabah bank syariah dalam mengambil keputusan untuk menabung di bank syariah ataukah di bank konvebsional. Hal yang menjadi pertimbangan tersebut adalah tingkat suku bunga kredit perbankan konvensional, semakin tinggi suku bunga kredit maka akan semakin sedikit jumlah nasabah yang menabung di Bank Syariah, demikian juga sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga kredit semakin banyak nasabah yang menabung di Bank Syariah. Pertimbangan ini dilakukan nasabah karena mereka ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari uang mereka yang ditabung. Uraian di atas memperlihatkan perlunya mengakselerasi pertumbuhan total aset perbankan Syariah. Untuk dapat merumuskan strategi yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan diperlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, dapat diuraikan beberapa masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1) Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi, dan Suku Bunga Kredit secara serempak/simultan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit pada bank-bank syariah di Provinsi Bali? 2) Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi, dan Suku Bunga Kredit secara parsial terhadap penyaluran kredit pada bank-bank syariah di Provinsi Bali? 8
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, 1) Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi, dan Suku Bunga Kredit secara simultan terhadap penyaluran kredit pada bank-bank syariah di Provinsi Bali. 2) Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi, dan Suku Bunga Kredit secara parsial terhadap penyaluran kredit pada bank-bank syariah di Provinsi Bali. 1.2.2 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan teoritis dan praktis. 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi, pengetahuan, dan wawasan yang lebih luas mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi, dan Suku Bunga Kredit terhadap jumlah kredit yang disalurkan bank syariah di Provinsi Bali. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya. 9
2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi bank-bank syariah di Provinsi Bali mengenai pentingnya informasi mengenai Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi, dan Suku Bunga Kredit sehingga dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dan pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan upaya peningkatan penyaluran kredit perbankan. 1.3 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab, dimana kerangka penulisannya dapat diuraikan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Pada bab ini dikemukakan landasan teori yang akan digunakan sebagai landasan untuk memecahkan masalah. Adapun teori-teori yang disajikan meliputi pengertian bank umum dan bank syariah, jenis-jenis produk bank syariah, manajemen perkreditan, batas maksimum pemberian kredit, dana pihak ketiga, inflasi, serta suku bunga kredit. Dan juga pada bab ini dibahas hasil penelitian sebelumnya dan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara sesuai landasan teori. 10
Bab III Metode Penelitian Bab ini membahas mengenai lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Merupakan hasil dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum atau deskripsi hasil penelitian dari pengaruh dana pihak ketiga, inflasi, dan suku bunga kredit terhadap jumlah kredit pada bank syariah di provinsi Bali. Pada bab ini juga diuraikan hasil analisis uji asumsi klasik serta analisis regresi linier berganda. Bab V Simpulan dan Saran Pada bab ini memberikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta memberikan saran-saran yang dipandang perlu dan sebaiknya dilakukan yang berdasar pada kesimpulan yang telah dikemukakan. 11