BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun komunikasi. Salah satu buah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya sudah dikenal sejak lama sebelum kebudayaan tulis atau

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN

Fungsi Kontrol Publik Dalam Penyelenggaraan Penyiaran Di Indonesia Oleh: Akhmad Aulawi *

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 005/SK/KPI/5/2004 TENTANG

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 10 TAHUN 2015 T E N T A N G

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO dan GUBERNUR GORONTALO MEMUTUSKAN:

Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR RI

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ketentuan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran terkait Haluan Dasar, Karakteristik Penyiaran, dan Prinsip Dasar Penyiaran di Indonesia

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG

QANUN KOTA SABANG. Nomor 10 Tahun 2010

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PUBLIK KOTA DENPASAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

UPAYA PEMAJUAN PENYELENGGARAAN PENYIARAN

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL ABIRAWA TOP FM

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

b. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

Tahun Sidang : Masa Persidangan : II Rapat Ke : Hari/Tanggal : Rabu, 8 Desember 2010

BAB I PENDAHULUAN. para pembuat keputusan yang membutuhkan informasi aktual, namun semua

BUPATI BANGKA TENGAH

HUKUM & ETIKA PENYIARAN : MENGAPA PERLU DISENSOR DAN DIAWASI

AZAS DAN TUJUAN PENYIARAN Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Penyiaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RANTAU TV (RAN TV) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 22 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

TV 96% Radio 38% Koran 8% Online 40% Internet

4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Perubahan Data. Perizinan Penyiaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SIKKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia mulai dari kegiatan

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU TAHUN 2016 MEWUJUDKAN KPI PUSAT DAN KPI DAERAH SEBAGAI REGULATOR PENYIARAN YANG EFEKTIF

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA PASURUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI SUMATERA SELATAN

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA dan BUPATI JEMBRANA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sampai saat ini masih terus

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 2 SERI D

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO KABUPATEN KETAPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL MURAKATA TELEVISI

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KANDAGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDOENSIA Nomor 02 Tahun 2007 Tentang PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN

IKLAN YANG TIDAK BERETIKA

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di era globalisasi ini media televisi merupakan salah

KEBIJAKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA DEWAN PENGAWAS LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN REMBANG RADIO CITRA BAHARI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi di era globalisasi sekarang ini memang tidak dapat dimungkiri. Begitu pesatnya perkembangan teknologi tersebut memberikan dampak yang signifikan dalam segala bidang kehidupan baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun komunikasi. Salah satu buah dari perkembangan tersebut adalah dengan merebaknya media massa baik media massa cetak, elektronik, maupun madia baru seperti internet. Setiap orang pasti pernah bersentuhan atau menikmati media massa. Misalnya, media elektronik (televisi dan radio) yang menyuguhkan berbagai program siaran yang dapat disaksikan dan didengar oleh publik tanpa batas ruang dan waktu. Dari penyiaran tersebut tentu dapat memberi efek positif maupun negatif kepada publik. Apalagi industri penyiaran sekarang mengalami banyak perkembangan. Oleh karena itulah perlu dibuat Undang- Undang yang mengatur tentang penyiaran. Penyiaran sebagaimana yang termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2002 adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui 1

2 udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. 1 Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran di Indonesia. Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa juga mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta fungsi ekonomi dan kebudayaan. 2 Begitu urgennya media penyiaran menurut Sirikat Syah dalam bukunya Rambu-Rambu Jurnalistik, bahwa penyiaran itu diatur oleh Undang- Undang Penyiaran No 32 Tahun 2002. Dia juga menyatakan mengapa pengaturan media penyiaran lebih ketat dibanding pengaturan media cetak adalah karena yang digunakan adalah ranah publik. Distribusi informasinya tidak perlu dibeli oleh audien alias gratis, dan langsung masuk ke rumahrumah penduduk. 3 Senada dengan Sirikit Syah, Muhammad Mufid dalam bukunya Komunikasi dan Regulasi Penyiaran juga mengemukakan setidaknya ada tiga hal mengapa regulasi penyiaran dipandang urgen. Pertama, dalam iklim demokrasi kekinian, salah satu urgensi yang mendasari penyusunan regulasi 1 Undang-Undang Penyiaran RI No 32 Tahun 2002 pasal 1. 2 Lihat Undang-Undang Penyiaran RI No 32 Tahun 2002 pasal 3-4. 3 Sirikit Syah, Rambu-Rambu Jurnalistik dari Undang-Undang Hingga Hati Nurani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. 1, 2011, hal. 91.

3 penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan berbicara (freedom of speech), yang menjamin kebebasan seseorang untuk memperoleh dan menyebarkan pendapatnya tanpa adanya intervensi bahkan dari pemerintah. Kedua, demokrasi menghendaki adanya sesuatu yang menjamin keberagaman politik dan kebudayaan, dengan menjamin kebebasan aliran ide dan posisi dari kelompok minoritas. Hal lain adalah adanya hak privasi seseorang untuk tidak menerima informasi tertentu. Dalam batas tertentu, kebebasan untuk menyampaikan informasi memang dibatasi oleh hak privasi seseorang. Dan ketiga, terdapat alasan ekonomi mengapa regulasi media diperlukan. Tanpa regulasi akan terjadi konsentrasi, bahkan monopoli media. 4 Mengingat pentingnya ranah pubik ini agar digunakan secara tidak keliru, maka Undang-undang penyiaran mengamanatkan dibentuknya suatu lembaga yang berperan dalam mengawasi pelaksanaan dan pengaturan penyiaran, mulai dari tahap pendirian, operasionalisasi, pertanggung jawaban dan evaluasi yaitu Komisi Penyiaaran Indonesia (KPI). Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah lembaga negara yang bersifat independen yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran. Lembaga ini bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan dan hadir sebagai wujud peran serta masyarakat yang berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran. Serta menjadi mediator hal. 67-68 4 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta: Kencana, 2005,

4 antara pemerintah dengan masyarakat penyiaran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ini terbagi dua, yaitu Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang di bentuk di pusat disebut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan yang dibentuk di tingkat provinsi disebut Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID). Dalam pelaksanaan fungsi, tugas, wewenang, dan kewajibannya diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) untuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi untuk Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID). Dengan adanya lembaga ini diharapkan dapat mengatur dan menata dunia penyiaran secara independen, demokratis, dan adil dengan berorientasi untuk kepentingan publik. Di dalam Undang-Undang penyiaran ini tidak diakui lagi adanya lembaga penyiaran pemerintah, yang diakui hanyalah lembaga penyiaran swasta, komunitas, berlangganan (kabel), dan publik. 6 Salah satu produk hukum Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS). Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) adalah panduan tentang batasan-batasan apa yang boleh dan tidak boleh dalam proses pembuatan program siaran. Sedangkan Standar Program Siaran adalah panduan tentang batasan-batasan apa yang boleh dan tidak boleh dalam penayangan program. Sehingga 5 Lihat Undang-Undang Penyiaran RI No 32 tahun 2002 Pasal 8 ayat 1. 6 Lihat Undang-Undang Penyiaran RI No 32 tahun 2002 Pasal 13-28.

5 program yang dihasilkan berkualitas dan sehat sesuai dengan Undang- Undang. Dengan demikian, para pengusaha yang bergelut dalam dunia penyiaran dalam melaksanakan seluruh kegiatan penyiarannya wajib mematuhi aturan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) tersebut. Adanya peraturan ini dapat membuat lembaga penyiaran untuk tidak seenaknya dalam memproduksi dan menayangkan program siarannya karena mereka sepenuhnya berada dalam pengawasan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Untuk mengatur dan mengawasi lembaga penyiaran tersebut maka di wilayah provinsi Kalimantan Tengah juga dibentuk Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kalimantan Tengah (KPID Kalteng). Lembaga ini memiliki kedudukan strategis dan menjadi pilar utama pengawal dunia penyiaran di Kalimantan Tengah. Sebagai wujud peran serta masyarakat, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kalimantan Tengah juga diberi wewenang, tugas dan kewajiban sebagaimana yang diatur dalam Undang- Undang Penyiaran No 32 Tahun 2002. Sejak resmi berdiri pada tahun 2007 hingga sekarang, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kalimantan Tengah (KPID Kalteng) tentu telah berusaha menjalankan peranannya dengan sebaik mungkin. Namun, apakah semua masyarakat sudah mengetahui dan merasakan efek kinerja lembaga ini tentu semua orang mempunyai persepsi berbeda-beda. Dilihat dari segi pendidikannya, masyarakat dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu

6 masyarakat awam dan masyarakat terdidik. Salah satu golongan yang termasuk masyarakat terdidik adalah para mahasiswa. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa dipandang lebih tahu tentang lembaga Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kalimantan Tengah (KPID Kalteng) daripada masyarakat awam, khususnya mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya yang merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Islam di Kalimantan Tengah yang berbentuk Institut. Semakin tahun jumlah mahasiswanya semakin meningkat dan tidak menutup kemungkinan kelak tahun 2020 mendatang akan terealisir visi Institut ini untuk berubah status menjadi Universitas. Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengetahui persepsi mahasiswa IAIN Palangka Raya terhadap Peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kalimantan Tengah. Kajian ini akan diangkat ke dalam sebuah penelitian yang berjudul Persepsi Mahasiswa IAIN Palangka Raya terhadap Peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kalimantan Tengah. B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah di atas, ada sebuah permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Permasalahan itu adalah bagaimana persepsi mahasiswa IAIN Palangka Raya terhadap peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kalimantan Tengah?

7 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa IAIN Palangka Raya terhadap peran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kalimantan Tengah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan sekaligus bahan pembanding bagi penelitian-penelitian sejenis lainnya tentang persepsi dan peran regulator penyiaran. Melalui jenis riset kuantitatif dan metode survei serta analisis statistik deskriptif, data kuantitatif dan statistik tidak hanya diterapkan dalam Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan saja tetapi juga dapat diterapkan bagi Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah khususnya program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana baru tentang pentingnya peranan regulator penyiaran khususnya Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kalimantan Tengah. Selain itu, diharapkan juga dapat memberikan kontribusi bagi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kalimantan Tengah untuk lebih mengoptimalkan peranannya.

8 E. Sistematika Penulisan Dalam bagian ini, akan penulis jelaskan secara garis besar isi dari keseluruhan skripsi dalam bentuk sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan tersebut sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini berisi penelitian terdahulu dan deskripsi teoritik. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisi waktu dan tempat penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, subyek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, metode pengujian instrument dan skala pengukuran, serta teknik pengolahan data dan analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi gambaran umum penelitian dan hasil penelitian. BAB V PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran.