BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan. angaka kematian yang tinggi dan penyakit terutama pada kelompok usia

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. sehat dan berkembang dengan baik (Kemenkes, 2010). sebagai makanan dan minuman utama (Kemenkes, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembanguan manusia Indonesia (Saputra dan Nurrizka, 2012).

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB 1 PENDAHULUAN. postpartum adalah masa yang dimulai dari tanda akhir periode intrapartum

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

DAFTAR ISI PERNYATAAN...

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga sering disebut sebagai periode emas dan periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan terjadinya kekurangan gizi pada anak. (1) Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi 15 % dan prevalensi balita pendek menjadi 32 %. Berdasarkan hasil data Riskesdas dari tahun 2007 dan tahun 2013 menunjukkan fakta bahwa kejadian gizi kurang meningkat dari 18,4 % menjadi 19,6 %. (1) Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Pasaman merupakan urutan kelima prevalensi gizi kurang tertinggi (13,7 %) setelah

Kabupaten Mentawai (19,4 %), Kabupaten Dharmasraya (17,9 %), Kabupaten Pasaman Barat (15,8 %), dan Kabupaten Padang Pariaman (15,5 %).Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman, Kecamatan Simpati merupakan kecamatan yang rawan gizi yang mengalami peningkatan kasus gizi kurang tertinggi yaitu 6,3 % pada tahun 2014 dan 11,0 % pada tahun 2015 untuk usia balita. (2) Untuk mencapai tumbuh kembang anak yang optimal, World Health Organization (WHO) merekomendasikan empat hal yang harus dilakukan yaitu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Makanan Pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi dan diberikan kepada anak usia 6-24 bulan berguna untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. (1) Terjadinya hambatan pertumbuhan dan penurunan status gizi bayi dipengaruhi oleh pemberian MP ASI yang belum tepat. Pemberian MP ASI yang benar akan sangat bermanfaat bagi pemenuhan nutrisi dan tumbuh kembang bayi. (17) Pertambahan usia bayi akan berdampak pada kebutuhan gizinya. Beberapa zat gizi seperti karbohidrat, protein dan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula tidak lagi mencukupi. Oleh karena itu, sejak usia 6 bulan diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) agar kebutuhan gizi bayi atau anak terpenuhi. Dalam pemberian MP-ASI perlu diperhatikan waktu pemberian MP- ASI, frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara

pemberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemberian makanan pada waktu anak sakit dan bila ibu bekerja di luar rumah. (3) Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan (per anak/hari), kebutuhan energi dari makanan adalah sekitar 200 kkal/hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300 kkal/hari untuk bayi usia 9-11 bulan, dan 550 kkal/hari untuk anak usia 12-23 bulan, anak usia 6 bulan dan kebutuhan protein 16 gram/kg berat badan tambah 4 gram dari kebutuhan protein pada 6 bulan pertama. Menurut Permenkes RI tahun 2013, Kebutuhan gizi anak usia 12-24 bulan adalah energi 725 kkal, protein 18 gram, lemak 36 gram, dan karbohidrat 82 gram. Beberapa penelitian menyatakan bahwa masalah gizi pada bayi dan anak disebabkan oleh kebiasaaan pemberian MP ASI dan jumlah MP ASI yang tidak tepat. (19) Sebuah penelitian di Purwokerto menyimpulkan bahwa kuantitas MP ASI yang ditunjukkan dengan data asupan dari Food Recall 2 x 24 jam pada balita usia 12 bulan, dimana total asupan energi dari MP ASI hanya dapat memenuhi 60 % dari total energi harian. Hal ini menunjukkan MP ASI yang diberikan belum mencukupi kebutuhan. (4) Banyak faktor-faktor yang terkait dengan pemberian MP ASI, salah satu penelitian yang telah dilakukan oleh Mindo tahun 2007, menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang berhubungan secara bermakna terhadap pemberian MP-ASI pada bayi diantaranya adalah pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sikap, sosial budaya, dukungan keluarga, dan peran petugas kesehatan. (5) Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Eva SR, tahun 2011 menyatakan bahwa sebagian besar balita mempunyai status gizi baik, karena pengetahuan ibu yang baik, sehingga asupan

makanan anak terpenuhi sesuai dengan kebutuhan gizi yang diperlukan balita, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, dimana dalam keseharian anak memerlukan gizi seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian ibu harus memperhatikan kebutuhan gizi balita agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. (5) Faktor lain yang berhubungan dengan pemberian MP ASI adalah status ekonomi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwiyanti, dkk tahun 2009, menyatakan bahwa semakin tinggi status ekonomi seseorang, semakin banyak jumlah dan jenis makanan yang dapat diperoleh. Sebaliknya orang yang status ekonominya rendah atau berpenghasilan rendah memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk memilih atau membeli makanan. (6) Berdasarkan wawancara dengan petugas gizi di wilayah kerja Puskesmas Simpati, didapatkan bahwa sebagian besar warga di Nagari Simpati yaitu 70% adalah keluarga miskin dengan pendidikan yang paling banyak adalah tingkat SLTP dan SLTA. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Nagari Simpang Kecamatan Simpati, dari 10 ibu baduta yang ditanyakan tentang pengetahuan pemberian MP ASI, 8 ibu baduta tidak paham tentang pemberian MP ASI, dan sebagai besar ibu baduta tersebut adalah keluarga miskin. Berdasarkan uraian paragraf sebelumnya penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi dan Protein dari MP ASI pada Baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati Kabupaten Pasaman Tahun 2017.

1.2 Perumusan Masalah Apakah faktor-faktor (pendidikan ibu, status ekonomi, pengetahuan ibu, dan dukungan petugas kesehatan)yang berhubungan dengan asupan energi dan protein dari MP ASI pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati Kabupaten Pasaman tahun 2017. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungandengan asupan energi dan protein dari MP ASI pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui rata-rata asupan energi dari MP ASI pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 2. Mengetahui rata-rata asupan protein dari MP ASI pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 3. Mengetahui distribusi frekuensi pendidikan ibu pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 4. Mengetahui distribusi frekuensi status ekonomi pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 5. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati

6. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan petugas kesehatan pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati Kabupaten Pasaman tahun 2017. 7. Mengetahui perbedaan rata-rata asupan energi dari MP ASI berdasarkan pendidikan ibu pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 8. Mengetahui perbedaan rata-rata asupan energi dari MP ASI berdasarkan status ekonomi pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 9. Mengetahui perbedaan rata-rata asupan energi dari MP ASI berdasarkan pengetahuan ibu pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 10. Mengetahui perbedaan rata-rata asupan energi dari MP ASI berdasarkan dukungan petugas kesehatan pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 11. Mengetahui perbedaan rata-rata asupan protein dari MP ASI berdasarkan pendidikan ibu pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 12. Mengetahui perbedaan rata-rata asupan protein dari MP ASI berdasarkan status ekonomi pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati

13. Mengetahui perbedaan rata-rata asupan protein dari MP ASI berdasarkan pengetahuan ibu pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 14. Mengetahui perbedaan rata-rata asupan proteinmp ASI berdasarkan dukungan petugas kesehatan pada baduta di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambahan pengalaman dan pengetahuan dalam mengembangkan kemampuan peneliti melalui penulisan proposal penelitian ini, serta dapat menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan sebagai bekal dalam dunia kerja. 2. Bagi Responden Sebagai informasi bagi ibu baduta untuk dapat memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kuantitas MP ASI. 3. Bagi institusi Pendidikan Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan pendidikan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan energi dan asupan protein dari MP ASI. Faktor-faktor yang dilihat dalam penelitian ini adalah pendidikan ibu, status ekonomi, pengetahuan ibu, dan dukungan petugas kesehatan. Penelitian ini dilakukan pada baduta usia 12-24 bulan di Kenagarian Simpang Kecamatan Simpati Kabupaten Pasaman pada tahun 2017 dengan rancangan penelitian cross sectional.