BAB III PROSEDUR PEMBERIAN IZIN PEMASANGAN REKLAME BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2011 DI KOTA MEDAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota

KPK SIAP TUNTASKAN PERSOALAN REKLAME DI MEDAN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. diabaikan lagi, karena hal ini merupakan bagian tugas dan fungsi pemerintah.

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi nasional Indonesia,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. G. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

SALINAN BUPATI SRAGEN 111 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 34 TAHUN

BAB III GAMBARAN UMUM PAJAK REKLAME. definisi masing-masing yang berbeda-beda mengenai pajak. Meskipun, berbagai

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 PAJAK REKLAME

---KOP SURAT PERUSAHAAN---

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 28 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 80 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BANGKA TENGAH

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 11 Tahun : 2010 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB III PROSEDUR PEMBERIAN IZIN PEMASANGAN REKLAME BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2011 DI KOTA MEDAN A. Gambaran Umum Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) 1. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan Sesuai dengan undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan. Sehingga kualitas layanan aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan indikator keberhasilan otonomi daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi yang menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pelayanan prima aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan suatu keharusan dan tidak dapat diabaikan lagi, karena hal ini adalah merupakan bagian dari tugas dan fungsi pemerintah. Pelayanan prima kepada masyarakat tersebut diatas tertuang antara lain dalam : a. GBHN Republik Indonesia Tahun 1999 Bab III. b. INPRES Nomor 1 Tahun 1995 tentang Kualitas Pelayanan

Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat. c. Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata laksana Pelayanan Umum. d. Surat Edaran Menkoswasbangpan Nomor 56/MK.WASPAN/6/1998, antara lain menyebutkan bahwa langkah-langkah perbaikan mutu pelayanan masyarakat diupayakan dengan menerapkan pola pelayanan terpadu (satu atap dan satu pintu) bagi unit-unit kerja kantor pelayanan yang terkait dalam proses atau menghasilkan suatu produk pelayanan. e. Keputusan Menpan No. KEP/24/M.PAN/2004 tentang Pedoman Umum Penyusun Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. f. Keputusan Menpan No. KEP/24/M.PAN/2004 tentang Petunjuk Teknisi Transparansi dan Akuntabilitas Penyelenggara Pelayanan Publik. Adapun maksud didirikannya BPPT Kota Medan adalah untuk menyelenggarakan pelayanan perizinan yang prima dan satu pintu. Hal tersebut diharapkan dapat mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dan investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan. Adapun prinsip dari pelayanan prima adalah sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993, antara lain : Sederhana, jelas, aman, trasnparan, effisien, ekonomis, adil dan tepat waktu.

Sedangkan tujuan didirikannya BPPT Kota Medan antara lain : a. Mewujudkan pelayanan prima. b. Melayani kepentingan masyarakat dalam mengurus perizinan dengan baik yang didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan publik, yaitu responsivitas, kesederhanaan, transparansi, dan kepastian hukum. c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja aparatur Pemerintah Kota Medan, khususnya yang terlibat langsung dengan pelayanan masyarakat. d. Mendorong kelancaran pemberdayaan ekonomi masyarakat, yang pada gilirannya masyarakat dapat terdorong untuk ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pembangunan. Dalam setiap organisasi ataupun instansi memiliki visi dan misi. Adapun visi dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan adalah Terwujudnya Pelayanan Prima Perizinan untuk mewujudkan Medan Kota Metropolitan yang modern, madani dan religius. Sedangkan, misi dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan, antara lain : a. Mewujudkan pelayanan perizinan yang sederhana, transparan, tepat waktu dan memiliki kepastian hukum. b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang memiliki daya saing dan berkelanjutan.

2. Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan Berdasarkan peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan, dimana di dalamnya salah satunya mengatur Struktur Organisai Badan Pelayanan Perizinan (BPPT) Kota Medan yaitu pada Bab II pasal 2 dimana Organisasi Badan terdiri dari : a. Ketua b. Sekretariat c. Bagian Tata Usaha, Membawahkan : 1) Sub Bagian Umum 2) Sub Bagian Keuangan 3) Sub Bagian Penyusunan Program d. Bidang Pelayanan Perizinan I e. Bidang Pelayanan Perizinan II f. Bidang Pelayanan Perizinan III g. Bidang Pelayanan Perizinan IV h. Tim Teknisi i. Kelompok Jabatan Fungsional

32 Gambar. Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan Ketua Sumber Badan Pelayanan Perizinan terpadu Kota Medan, 2017 32

33 3. Deskripsi Jabatan a. Sekretariat/Badan 1) Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. 2) Badan sebagaimana dimaksud didukung oleh sekretariat yang dipimpin oleh Kepala. 3) Kepala sekretariat sebagaimana dimaksud karena jabatannya adalah Kepala Badan. Sekretariat/Badan mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian. b. Bagian Tata Usaha Bagian Tata Usaha dipimpin oleh Kepala Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Tugas pokok Bagian Tata Usaha melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program : 1) Sub Bagian Umum Dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Tata Usaha lingkup administrasi umum.

34 2) Sub Bagian Keuangan Dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Tata Usaha lingkup pengelolaan administrasi keuangan. 3) Sub Bagian Penyusunan Program Dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha lingkup penyusunan program dan laporan. c. Bidang Pelayanan Perizinan I Bidang Pelayanan Perizinan I dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Bidang Pelayanan Perizinan I mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagain tugas Badan lingkup pelayanan perizinan yang berkaitan dengan Usaha, Perdagangan, dan Prindustrian. d. Bidang Pelayanan Perizinan II Bidang Pelayanan Perizinan II dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Bidang Pelayanan Perizinan II mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perizinan yang berkaitan dengan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat. e. Bidang Pelayanan Perizinan III Bidang Pelayanan Perizinan III dipimpin oleh Kepala Bidang yang

35 berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Bidang Pelayanan Perizinan III mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perizinan yang berkaitan dengan Tata Ruang, Perhubungan dan Lingkup Hidup. f. Bidang Pelayanan Perizinan IV Bidang Pelayanan Perizinan IV dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Bidang Pelayanan Perizinan IV mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perizinan yang berkaitan dengan Konstruksi, Kesehatan dan Lain-lain. g. Tim Teknis Tim Teknis mempunyai tugas : 1) Meneliti permohonan ijin. 2) Mengadakan rapat pembahasan permohonan ijin. 3) Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan izin apabila diperlukan. 4) Melaksanakan proses perizinan, perhitungan retribusi dan persiapan konsep Surat Keputusan/Perizinan. 5) Memberikan sarana-sarana atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan fungsi Badan. 6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan

36 sesuai dengan tugas dan fungsinya. h. Kelompok Jabatan Fungsional 1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah Tenaga Fungsiaonal yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undang. 2) Setiap kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang dihunjuk 3) Jumlah Tenaga Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja 4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut maka Badan Pelayanan Terpadu menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Pelayanan Terpadu ; b. Penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang Pelayanan Terpadu ; c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Tujuan dibentuknya Badan Pelayanan Terpadu antara lain : a. Mewujudkan Pelayanan Prima b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja aparatur pemerintah kabupaten/kota, khususnya yang terlibat langsung dengan pelayanan masyarakat.

37 c. Mendorong kelancaran pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat terdorong untuk ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pembangunan. 35 B. Prosedur Pemberian Izin Pemasangan Reklame Di Kota Medan Proses dan Prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan perizinan, proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses internal yang dilakukan oleh aparat/petugas. Pada umumnya permohonan izin hars mnempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemeberi izin. Disamping harus menempuh prosedur perizinan, selaku pemberi izin, pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin. 36 Pemasangan reklame harus memperhatikan aspek estetika kota, pemasangan reklame juga tidak sembarang memasang atau mendirikan reklame. Perusahaan iklan ataupun reklame atas nama pribadi harus melalui prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan pemerintah Kota Medan sesuai dengan Peraturan Walikota Medan Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Penataan Reklame. Prosedur pelayanan izin reklame di Kota Medan ditangani oleh Dinas yang ditunjuk dalam Peraturan Walikota Kota Medan dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertanaman melakukan pengaturan, pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemasangan dan pemeliharaan terhadap reklame, Dinas TRTB melakukan 35 Profil Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan, Tahun 2017 36 Anggya Jumeri, Kebijakan Perizinan Pemerintah Kota Pekanbaru : Studi Kasus Izin Tempat Usaha Reklame Di Kota Pekanbaru Dijalan Pangeran Hidayat Dan Kh.A Dahlan Tahun 2012-2013, Jurnal Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau, hlm 7

38 pengaturan terhadap izin IMB untuk reklame yang menggunakan konstruksi baja/besi dan BPPT dalam hal pelaksanaan proses administrasi dimulai dari permohonan/perpanjangan, pemeriksaan berkas, penertiban dan penandatanganan Izin Penyelenggaraan Reklame. 37 Pengelolaan yang dilakukan dapat dilihat dari unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Prosedur perizinan dan persyaratan pemasangan reklame di Kota Medan, yakni : 38 (1) Setiap orang atau Badan yang menyelenggarakan reklame di daerah wajib memiliki izin tertulis dari Walikota. (2) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Walikota. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan mengisi surat permohonan izin reklame: a. reklame papan/billboard/videotron/megatron kepada DTRTB dengan melampirkan persyaratan: 1) Fotokopi identitas diri/penanggung jawab/penerima kuasa (Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM) atau paspor); 2) Fotokopi akte pendirian perusahaan; 3) Surat kuasa apabila pemilik/penanggung jawab berhalangan dengan disertai fotokopi KTP, SIM, paspor dari pemberi kuasa; 4) Surat perjanjian kontrak pembuatan dan/atau pemasangan reklame, 37 J. P. G, Sianipar. Manajemen Pelayanan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.1997, hlm 4 38 Peraturan Walikota Medan Nomor 38 tahun 2014 Tentang Penataan Reklame, Pasal 2 ayat 1-8

39 apabila diselenggarakan pihak ketiga; 5) IMB terhadap objek pajak reklame yang pertama kali dimohonkan bagi objek pajak reklame yang memiliki konstruksi bangunan dengan luasan 10 M 2 (sepuluh meter bujur sangkar) ke atas; 6) Gambar sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame, gambar rencana konstruksi, desain, dan tipologi reklame bagi objek pajak reklame yang dimohonkan untuk objek pajak reklame yang memiliki konstruksi bangunan; 7) Perhitungan kekuatan konstruksi yang ditandatangani oleh penanggungjawab struktur/konstruksi yang memiliki sertifikasi dari lembaga yang berwenang; 8) Surat persetujuan dari pemilik tanah dan/atau bangunan dengan melampirkan surat kepemilikan atas tanah dan/atau bangunan yang sah, bagi objek pajak reklame yang pertama kali dimohonkan; dan 9) Membuat pernyataan akan menanggung segala risiko yang ditimbulkan akibat adanya penyelenggaraan reklame. b. reklame kain berupa umbul-umbul dan spanduk, reklame selebaran, reklame berjalan termasuk yang dipasang pada kendaraan, reklame udara, reklame apung, reklame suara, reklame film/slide, dan reklame peragaan kepada BP2T dengan melampirkan persyaratan: 1) Fotokopi identitas diri/penanggung jawab/penerima kuasa (KTP, SIM atau paspor); 2) Fotokopi akte pendirian perusahaan;

40 3) Surat kuasa apabila pemilik/penanggung jawab berhalangan dengan disertai fotokopi KTP, SIM, paspor dari pemberi kuasa; 4) Surat perjanjian kontrak pembuatan dan/atau pemasangan reklame, apabila diselenggarakan pihak ketiga 5) Gambar sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame, desain, dan tipologi reklame; dan 6) Surat persetujuan dari pemilik tanah dan/atau bangunan dengan melampirkan surat kepemilikan atas tanah dan/atau bangunan yang sah, bagi objek pajak reklame yang pertama kali dimohonkan. c. reklame melekat/poster/stiker/rombong kepada Dinas Pendapatan dengan melampirkan persyaratan: 1) Fotokopi identitas diri/penanggung jawab/penerima kuasa (KTP, SIM atau paspor); 2) Fotokopi akte pendirian perusahaan; 3) Surat kuasa apabila pemilik/penanggung jawab berhalangan dengan disertai fotokopi KTP, SIM, paspor dari pemberi kuasa; 4) Surat perjanjian kontrak pembuatan dan/atau pemasangan reklame, apabila diselenggarakan pihak ketiga; 5) Gambar sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame, desain, dan tipologi reklame; dan 6) Surat persetujuan dari pemilik tanah dan/atau bangunan dengan melampirkan surat kepemilikan atas tanah dan/atau bangunan yang

41 sah, bagi objek pajak reklame yang pertama kali dimohonkan. (4) Gambar rencana konstruksi reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a angka 6, terdiri dari: a. Gambar denah skala 1:100; b. Gambar tampak depan, samping dan atas skala 1:50 c. Gambar potongan skala 1:10 atau 1:20; d. Gambar detail rangka bidang reklame skala 1:10 atau 1:20; dan e. Gambar detail pondasi atau pile skala 1:10 atau 1:20. (5) IMB reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a angka5 dapat dimohonkan secara bersamaan pada saat pengajuan permohonan izin reklame. (6) Khusus permohonan izin reklame pada jenis reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b yang mengggunakan jalan/ruang milik jalan harus melampirkan izin penggunaan jalan. (7) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak apabila tidak memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang telah ditentukan dalam Peraturan Walikota ini. (8) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Persyaratan dan administrasi penyelenggaraan reklame : 39 1. Fotokopi Tata Letak Bangunan untuk Bangunan Reklame (TLB Reklame) 39 http://www.hukumcorner.com/bagaimana-mengurus-izin-pemasangan-iklan-reklamedi-jalan/diakses tanggal 1 Februari 2017.

42 2. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), jika reklame melekat pada bangunan 3. Izin Pelaksanaan Teknis Bangunan (IPTB) Penanggung Jawab perencana Arsitektur 4. Fotokpi Bukti Kepemilikan tanah (Jenis Bukti Kepemilikan tanah yang bisa diterima di PTPS : Sertifikat Hak Milik, Sertifikat Hak Guna Bangunan, Sertifikat Hak Pakai, Sertifikat Hak Pengelolaan) 5. Mengajukan Surat Permohonan : a. Surat Permohonan atau Formulir permohonan b. Surat Pernyataan di atas kertas bermaterai Rp 6000 tentang kebenaran data dan keabsahan data 6. Identitas Pemohon : a. Kartu Tanda Penduduk b. Kartu Keluarga c. Nomor Pokok Wajib Pajak 7. Jika yang mengajukan izin adalah Badan Hukum : a. Akta pendirian (Kantor Pusat dan Kantor Cabang, jik ada) dan SK Pengesahan yang dikeluarkan oleh : 1. Kemenhunkam, Jika PT dan Yayasan 2. Kementrian/Dinas Koperasi, Jika Koperasi 3. Pengadilan Negeri, Jika CV b. Akta Perubahan SK dan SK Perubahan yang dikeluarkan oleh Kemenkunham, Jika Akta Pendirian mengalami perubahan

43 c. NPWP Badan Hukum 8. Jika Dikuasakan ; a. Surat Kuasa diatas kertas bermaterai Rp 6.000 b. KTP orang yang diberi kuasa 9. Fotokopi Bukti Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Tahun Terakhir 10. Surat Pernyataan di atas kertas bermaterai Rp 6.000 dari pemohon yang menyatakan tidak akan mengubah bentuk reklame 11. Proposal Teknis ( download disini pelayanan.jakarta.go.id ) 12. Jika Reklame berada pada tanah/bangunan disewa: a. Perjanjian sewa-menyewa tanah/bangunan b. Surat pernyataan diatas kertas bermaterai Rp 6.000 dari pemilik tanah/bangunan yang menyatakan tidak keberatan tanah/bangunan digunakan c. Fotokopi KTP Pemilik tanah/bangunan 13. Izin Penyelenggaraan Reklame Kelas B (IMB Reklame Kelas B) terdahulu, jika perpanjangan Prosedur Penyelenggaraan Reklame : 1. Pemohon datang ke kantor Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) setempat dan mengisi formulir pendaftaran wajib pajak/wajib retribusi pribadi atau badan usaha untuk mendapatkan nomor pokok wajib pajak daerah (NPWPD)/nomor pokok wajib retribusi daerah (NPWRD)

44 2. Setelah mendapatkan NPWPD/NPWRD, kemudian pemohon mengisi surat pemberitahuan pajak daerah, pajak reklame dengan melampirkan fotokopi surat izin tempat usaha (SITU), formulir permohonan izin pemasaran reklame dan rekomendasi dari camat Izin Penyelenggaraan Reklame dapat diberikan kepada Penyelenggara Reklame atau Jasa Periklanan/Biro Reklame apabila : 1. Melengkapi Persyaratan dan Administrasi 2. Membayar Pajak Reklame terutang sebesar 25% dari tarif pajak 3. Membayar sewa titik lokasi, khusus untuk penyelenggaraan reklame di dalam sarana dan prasarana kota 4. Membayar nilai strategis reklame untuk penyelenggaraan reklame di luar sarana dan prasarana kota 5. Membayar biaya jaminan bongkar sebesar 15% dari jumlah pajak reklame terutang untuk 1 (satu) kali penyelenggaraan reklame. Setelah semua berkas persyaratan serta administrasi masuk dan diperiksa, izin penyelenggaraan reklame sudah bisa didapatkan kurang lebih dalam jangka waktu 60 hari kerja C. Hambatan dalam Pemberian izin Pemasangan Reklame Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat 40 Dalam pengaturan perizinan investasi di Indonesia ini ditemukan proses atau prosedur perizinan berbelit-belit dan berlapis, 40 Adrian Sutedi, Op.Cit, hlm 168

45 sehingga terkesan tidak efektif dan efisien. Walaupun beberapa instansi sudah memperkenalkan sistem pelayan perizinan yang mutakhir oleh unit BPPT. Dewasa ini jenis dan prosedur perizinan di Indonesia masih beraneka ragam, rumit dan sukar ditelusuri, sehingga sering merupakan hambatan bagi kegiatan dunia usaha. Jenis perizinan di Negara Indonesia sedemikian banyaknya. Namun, bukan berarti dengan wewenang yang dimiliki oleh pemerintah pusat atau daerah dapat memberikan izin sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan aspek lain 41 1. Internal Hambatan dalam pemberian izin pemasangan reklame, yaitu berasal dari a. Pengawasan. Belum adanya koordinasi yang pasti berkaitan dengan tim teknis salah satunya adalah Satpol PP. kelemahan negara berkembang dalam menyelenggarakan pembangunan terutama terletak pada SDM 42 Berdampak akan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang ada dilapangan. b. Batas jumlah reklame Belum adanya peraturan yang membahas tentang batas jumlah reklame yang dapat izin dalam satu tempat maupun dalam batas jumlah ijin yang dikeluarkan, sehingga banyaknya masyarakat untuk membuat pemohonan agar mendapatkan surat rekomendasi perizinan reklame. Karena semakin cepatnya pengaruh globalisasi yang ada di Kota Medan. Pemerintah harus cepat dan tegas dalam membuat sebuah peraturan yang membatasi jumlah reklame yang mendapatkan. 41 Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm 79 42 Kartasasmita, Ginandjar. Administrasi Pembangunan: Perkembangan Pemikiran dan Praktiknya di Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES, 1997, hlm 53-54

46 c. Lokasi pemasangan reklame Lokasi adalah titik tempat atau konstruksi dimana reklame diselenggarakan. Lokasi terbagi atas kelas jalan I, kelas jalan II, kelas jalan III, dalam ruang berjalan, megatron dan Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) atau bando jalan. Pembagian klasifikasi kelas jalan dijelaskan dalam Lampiran III peraturan walikota. Banyaknya jumlah pemohon untuk mendapatkan izin reklame di Kota Medan, tidak diimbangi dengan fasilitas atau tempat untuk memasang reklame, berdampak pemasangan reklame yang tidak teratur dan berantakan. Pemerintah memang harus benar-benar siap memfasilitasi tempat pemasangan untuk pemohon agar tidak terjadinya pelanggaran pada pemasang reklame. d. Adanya pelanggaran oleh pemohon reklame terhadap tempat yang dilarang oleh pemerintah daerah untuk didirikan reklame, banyak pemohon yang memasang reklame terlebih dahulu kemudian baru mengajukan izin pemasangan, keterlambatan perpanjangan izin reklame oleh pemohon yang berasal dari luar kota, penertiban yang sedikit susah karena banyak pemohon yang tidak memasang reklame sesuai izin yang diajukan, akibat sosialisasi yang tidak merata. e. Birokrasi yang tercerminkan oleh antara lain prosedur administrasi dalam mengurus investasi (seperti perizinan, peraturan atau persyaratan, dan lainnya) yang berbelit-belit dan langkah-langkah prosedurnya yang tidak jelas.

47 f. Kurang responsif, kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan publik, mulai dari tingkatan petugas sampai pada tingkatan pertanggungjawaban instansi. g. Kurang inovatif, berbagai macam informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat menjadi terlambat atau bahkan tidak sampai. h. Kurang mengakses (accessible), berbagai unit pelaksana pelayanan jauh dari jangkauan masyarakat. i. Kurang mau mendengar keluhan, saran, dan aspirasi masyakat j. Kurangnya kesadaran penyelenggara reklame untuk mengurus perizinan pemasangan reklamenya. Permasalahan seperti ini disebabkan karena kurangnya kedisiplinan masyarakat dan dalam prakteknya sering terjadi pemasangan reklame dilakukan tanpa memiliki surat izin pemasangan reklame. Selain itu faktor yang menjadikan penyelenggara reklame tidak mengurus perizinan reklame adalah karena mereka tidak berkenan untuk mengeluarkan uang untuk biaya perizinan. Padahal secara logika, justru penyelenggara reklame seperti ini akan mengalami kerugian apabila reklame yang mereka buat dengan jumlah dan biaya tertentu akan disita bahkan dimusnahkan oleh petugas. Apabila ditemukan kasus seperti ini, maka jika reklame yang melanggar adalah reklame liar/tidak ada izinnya, petugas akan langsung mencopotnya sedangkan untuk reklame yang melanggar surat izin pemasangan reklame petugas akan memberikan peringatan.

48 2. Eksternal a. Kurangnya pengawasan dari eksternal aparatur pemerintah yang mengakibatkan adanya pelanggaran-pelanggaran reklame. Pelanggaran ini adanya ketidaksesuaian pemasangan reklame yang dilakukan masyarakat. Masyarakat yang diposisikan sebagai yang bertanggung jawab atas pemasangan reklame. Aparatur pelayanan tidak mengetahui keadaan lapangan, sehingga adanya pembatas komunikasi antara aparatur pelayanan dengan masyarakat. maka dari itu mudah terciptanya pelanggaran reklame. Partisipasi adalah mempertemukan seluruh kepentingan yang sama dan berbeda dalam suatu proses dan penetapan secara proporsional untuk semua pihak. 43 Pengawasan merupakan fungsi organik dari manajemen, yang saling terkait dengan perencanaan. Pengawasan dilakukan untuk dapat mengevaluasi dari hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan adanya pengawasan maka dapat meminimalisir adanya kemungkinan penyalahgunaan atau menghindari penyimpangan yang terjadi. Adapun jenis pengawasan yang dilakukan dalam pengelolaan pajak reklame oleh BP2T Kota Medan yaitu pengawasan secara langsung dan pengawasan tidak langsung. b. Pihak pemohon perizinan reklame yaitu pemasangan reklame pada tempat yang sulit untuk dijangkau biasanya agak lama. Biasanya kalau ada pejabat yang penting dalam proses perizinan sedang keluar, sehingga waktu yang hlm 37 43 Sinambela, Lijan Poltak. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta : Bumi Aksara, 2006,

49 harus ditunggu oleh pemohon terlalu lama. Perizinan penyelenggaraan reklame di lokasi yang tanahnya merupakan milik pemerintah daerah biasanya prosesnya agak lama sehingga pemohon memasang langsung sebelum izin keluar. c. Mengertinya akan prosedur pelayanan perijinan reklame dapat mempercepat proses izin yang dikeluarkan, karena jika terjadinya kesalahan persyaratan maupun prosedur untuk mendapatkan izin pemasangan reklame akan mempersulit aparatur pemerintah untuk melakukan proses pelayanan. Beberapa hambatan lain yang juga dapat diidentifikasi adalah pada sisi kelembagaan dimana hambatan utama terletak pada sisi organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan publik, penuh dengan hirarki yang membuat birokrasi menjadi berbelit- belit dan tidak terkoordinasi.

BAB IV AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL BAGI PEMEGANG IZIN REKLAME A. Hak yang diperoleh Pemegang Izin Reklame Dalam peraturan tersebut sesungguhnya penyelenggara reklame hanya diberi hak dan kewajiban serta larangan. Tidak ada sanksi tegas yang mengatur apabila terjadi pelanggaran terhadap larangan dalam penyelenggaraan reklame tersebut. Tindakan yang dilakukan hanya berupa penertiban yang dilakukan terhadap setiap penyelenggaraan reklame apabila :tanpa izin; telah berakhir masa berlakunya izin dan tidak diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku; tanpa peneng dan pelunasan pajak; terdapat perubahan, sehingga tidak sesuai lagi dengan izin yang telah diterbitkan; dan tidak terawat dengan baik. 44 Pemegang izin reklame berhak untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan/pemasangan reklame sesuai dengan izin yang diberikan. Pemegang izin reklame wajib dan bertanggung jawab secara penuh untuk memelihara konstruksi reklame yang dipasang dalam rangka menjaga kebersihan, ketertiban dan keindahan reklame, dan lingkungan, serta mencegah akibat yang timbul dari penyelenggaraan/pemasangan reklame terhadap keselamatan orang dan barang pihak lain. Pemegang izin bertanggung jawab secara penuh terhadap segala akibat yang ditimbulkan baik terhadap keselamatan orang maupun barang dari penyelenggaraan/pemasangan reklame. Setiap pemegang izin reklame diwajibkan 44 I Made Ksema Dharma Yogata, dkk. Pengaturan Penyelenggaraan Reklame Dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 29 Tahun 2001 Tentang Pajak Reklame, Artikel Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, hal 5. 50

51 membayar pajak reklame sesuai Peraturan Daerah yang berlaku. Pemegang izin reklame berhak untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan/pemasangan reklame sesuai dengan izin yang diberikan. Pemegang Izin wajib mematuhi dan melaksanakan ketentuan sebagai berikut : a. Melaksanakan penyelenggaraan reklame sesuai dengan gambar konstruksi dan denah lokasi yang telah disetujui ; b. Tidak mengubah atau mengganti bentuk dan isi reklame serta tidak melimpahkan hak penyelenggaraan reklame kepada pihak lain ; c. Melaksanakan kewajiban membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan ; d. Pemegang izin diwajibkan untuk membayar uang jaminan pembongkaran sebesar Rp.... ; e. Memelihara bangunan, papan dan isi reklame sehingga tidak membahayakan keselamatan umum dan mengganggu keindahan dan estetika kota. Apabila terjadi suatu hal akibat dari penyelenggaraan reklame sehingga mengakibatkan kerugian pihak lain, sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab pemegang izin ; Melaksanakan dan mentaati ketentuan-ketentuan yang telah direkomendasikan oleh dinas/instansi terkait serta yang tertuang dalam surat pernyataan/perjanjian. Apabila Izin Penyelenggaraan Reklame tidak diperpanjang, maka Pemegang Izin diwajibkan untuk membongkar konstruksi dan papan reklame dalam waktu paling lambat 15 (lima belas) hari setelah izin berakhir Apabila akan melakukan

52 perpanjangan, maka 60 (enam puluh) hari sebelum habis masa berlaku izin harus menyampaikan permohonan. Pelanggaran atas semua ketentuan dalam izin ini dapat mengakibatkan pencabutan izin meskipun jangka waktu izin belum berakhir dan segala biaya yang telah dikeluarkan oleh pemegang izin sehubungan dengan penyelenggaraan reklame termasuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak dapat ditagihkan atau dimintakan kepada Pemerintah Kota Medan. B. Kewajiban yang harus di penuhi oleh Pemegang Izin Reklame Sesuai dengan Pasal 19 ayat (1) dan (2) Peraturan Walikota Medan Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Penataan Reklame (1) Penyelenggara reklame wajib: a. memasang plat izin atau stempel masa berlaku izin dan ukuran bidang reklame yang dapat terlihat jelas oleh umum; b. memelihara benda-benda dan alat-alat yang dipergunakan untuk reklame agar selalu dapat berfungsi dan dalam kondisi baik; c. menanggung segala akibat jika penyelenggara reklame yang bersangkutan menimbulkan kerugian kepada pihak lain; d. menyusun naskah reklame dalam bahasa Indonesia dengan mempergunakan huruf cetak dan apabila dipandang perlu dapat menambah naskah dengan bahasa asing disamping atau di bawah naskah bahasa Indonesia; e. memasang reklame pada titik atau lokasi dalam kawasan/zona yang telah ditentukan oleh instansi yang berwenang;

53 f. menempatkan tanda berupa penning, stiker, plat dan/atau tanda-tanda lain yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang; dan g. menghapus atau menghilangkan dan meniadakan reklame paling lambat 7 (tujuh) hari setelah jangka waktunya berakhir atau setelah izinnya dicabut. (2) Penyelenggaraan reklame harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. tidak menutup pandangan rambu, lampu pengatur, dan kamera lalu lintas; b. konstruksi reklame dapat dipertanggungjawabkan menurut persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku; c. lampu reklame yang dipasang diarahkan ke bidang reklame sehingga tidak menyilaukan pandangan pemakai jalan; d. instalasi listrik yang dipasang harus memenuhi persyaratan teknis sehingga tidak membahayakan keselamatan umum; e. tidak menutup/mengganggu pandangan perlintasan kereta api; f. jarak jaringan kabel listrik tegangan menengah ke atas harus mendapat rekomendasi dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero); g. tidak mengganggu fungsi atau merusak sarana dan prasarana kota serta tidak menggangu pemeliharaannya; h. kaki konstruksi tidak boleh berada di saluran air, sungai atau badan jalan; dan i. jarak dari as rel kereta api sampai bidang/konstruksi reklame terdekat harus mendapat rekomendasi dari PT Kereta Api Indonesia. Pemegang izin reklame wajib dan bertanggung jawab secara penuh untuk memelihara konstruksi reklame yang dipasang dalam rangka menjaga kebersihan,

54 ketertiban dan keindahan reklame, dan lingkungan, serta mencegah akibat yang timbul dari penyelenggaraan/pemasangan reklame terhadap keselamatan orang dan barang pihak lain. emegang izin bertanggung jawab secara penuh terhadap segala akibat yang ditimbulkan baik terhadap keselamatan orang maupun barang dari penyelenggaraan/pemasangan reklame. Setiap pemegang izin reklame diwajibkan membayar pajak reklame sesuai Peraturan Daerah yang berlaku. Pemegang izin pemasangan reklame berkewajiban untuk : a. Memenuhi ketentuan-ketentuan yang diwajibkan untuk pemasangan reklame dan memenuhi pembayaran pajak terhutang yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang ketentuan-ketentuan pemungutan pajak reklame ; b. Memelihara supaya benda-benda dan alat-alat yang dipergunakan untuk reklame selalu dalam keadaan baik ; c. Meniadakan reklame secepatnya setelah jangka waktunya berakhir atau ijinya telah dicabut. Sesuai dengan Pasal 17 materi reklame harus (1) Materi reklame harus sesuai dengan kepribadian dan budaya bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, norma hukum, ketertiban, dan keamanan serta kesehatan. (2) Dalam rangka pengawasan maka perubahan materi reklame harus diberitahukan terlebih dahulu secara tertulis kepada instansi pemberi izin sesuai kewenangannya berdasarkan jenis izin reklame yang telah ditetapkan dengan Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

55 Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame. (3) Perubahan materi reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dapat dilakukan: b. dalam masa pajak berjalan; c. untuk kategori materi yang sama, misalnya materi non rokok tidak boleh diubah menjadi materi rokok; dan d. apabila tidak ada perubahan pada bentuk dan ukuran bangunan/media reklame. (4) Perubahan materi reklame dalam masa pajak berjalan dari non rokok menjadi rokok atau sebaliknya, maka nilai pajak reklame terhitung penuh sebagai pajak baru melalui permohonan perubahan izin reklame. (5) Penentuan masa berlaku izin yang telah ditetapkan oleh Dinas/Badan pemberi izin tidak dapat dilakukan perubahan. (6) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), harus diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum materi reklame diubah. (7) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit melampirkan: a. identitas Wajib Pajak; b. surat izin reklame; dan c. rencana perubahan materi reklame.

56 6. Sanksi Terhadap Penyalahgunaan Izin yang diberikan Hukum merupakan suatu peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan manusia yang mempunyai fungsi untuk melindungi kepentingan masyarakat. Agar peraturan atau ketentuan dapat berjalan dengan efektif maka diperlukan adanya sebuah penegakan hukum. Dengan adanya penegakan hukum maka hukum menjadi harus dilaksanakan dan menjadi kenyataan. 45 Izin adalah persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari larangan umum tersebut. Izin adalah instrumen pemerintah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dalam mengatur kepentingan umum. Izin adalah seperangkat peraturan yang berisi tentang perkenaan atau izin. Wewenang lahir karena adanya hukum yang tertulis. Sanksi terhadap penyalagunaan izin Reklame, yang diberikan Pemerintah Kota Medan itu sendiri dilakukan oleh beberapa instansi pemerintahan dan masing-masing memliki tugas dan wewenangnya sendiri. Instansi yang berwenang tersebut adalah Kantor Pelayanan Perizinan sebagai pengurusan administrasi (front office), Dinas BPPT Kota Medan sebagai instansi teknis yang mengurus mengenai reklame yang berkonstruksi, Dinas Pendapatan Daerah sebagai instansi yang berkaitan pengurusan pajak dari reklame itu sendiri, dan yang terakhkir adalah Satuan Polisi Pamong Praja sebagai pelaksana perda. Izin dapat dicabut atau dinyatakan tidak berlaku serta tidak mempunyai kekuatan hukum apabila: pemegang izin tidak memenuhi kewajiban-kewajiban 45 Nivo Christitaria, Efektivitas Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran Izin Reklame Di Kabupaten Slema, Jurnal Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Hukum, hlm 4

57 dan ketentuan penyelenggaraan reklame sebagaimana diatur dengan Peraturan Walikota ini. penyelenggaraan reklame yang dipasang tidak sesuai dengan izin yang diberikan karena ditemukan adanya perubahan materi, ukuran, ketinggian, titik, dan konstruksi bangunan reklame; naskah reklame tidak dipenuhi sebagaimana mestinya; menurut pertimbangan Walikota ternyata pada saat berlangsungnya penyelenggaraan, materi reklame tidak memenuhi ketentuan seperti yang telah diatur dalam Peraturan Walikota ini; dan masa berlaku izin telah berakhir. 46 Sebelum pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, Dinas Pendapatan, dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu terlebih dahulu menerbitkan surat peringatan kepada penyelenggara reklame. (3) Terhadap pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka atas pajak dan retribusi yang sudah dibayar tidak boleh dilakukan kompensasi atau restitusi. Apabila izin telah dicabut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka perizinan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan reklame dinyatakan tidak berlaku. Walikota dapat melimpahkan kewenangan pencabutan izin, pemberian sanksi tanda silang dan publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Dinas dan/atau pimpinan unit kerja terkait. Dalam penelitian yang dilakukan penulis di BPPT Kota Medan penulis mendapatkan data bahwa pemerintah Kota Medan melalui BPPT mengeluarkan larangan untuk pemasangan reklame di beberapa tempat, yaitu: 46 Peraturan walikota Medan, No. 38 Tahun 2014, Op.Cit, Pasal 29

58 (1) Dilarang memasang reklame di depan kantor pemerintah, gedung sekolah, rumah ibadah, dan gedung bersejarah yang tidak dipergunakan untuk komersial. (2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas dikecualikan terhadap: d. gedung sekolah yang melaksanakan acara yang bersifat pendidikan dan bersifat temporer; e. rumah ibadah yang melaksanakan upacara-upacara keagamaan dan bersifat temporer; dan f. gedung bersejarah yang dipergunakan untuk kegiatan usaha bersifat sementara dan dalam jangka waktu tertentu/insidentil. (3) Dilarang menempatkan reklame pada: a. badan jalan; b. bantaran dan/atau badan sungai/irigasi; c. rambu lalu lintas; d. pohon; dan e. taman kota dan hutan kota. Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa terdapat larangan-larangan khusus dalam penyelenggaraan reklame. Salah satu penyebab utamanya adalah karena reklame merupakan salah satu fasilitas yang berhubungan langsung dengan masyarakat banyak. Jika penyelenggaraannya tidak teratur, maka dapat berdampak langsung pada masyarakat Kota Medan. Misalnya jika konstruksi reklame tidak sesuai peraturan yang ada, maka dapat membahayakan bagi

59 masyarakat yang berada di sekitar reklame tersebut. Jika lokasi pemasangan reklame yang dapat mengganggu atau merusak keindahan tata kota Medan. Pembongkaran reklame oleh dinas terhadap: 2. reklame yang tidak memiliki izin/menyimpang dari izin; 3. reklame yang telah dicabut izinnya dan belum dibongkar oleh penyelenggara reklame; dan 4. reklame yang berakhir masa berlakunya dan tidak diperpanjang izinnya (1) Pembongkaran reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dilakukan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. (2) Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dalam melakukan pembongkaran reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu atau menunjuk pihak lain untuk melaksanakan pembongkaran reklame. (3) Mekanisme pembongkaran reklame oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut: g. Instansi pemberi izin menyampaikan daftar reklame yang tidak memiliki/menyimpang dari izin, reklame yang telah dicabut izinnya atau reklame yang berakhir masa berlakunya kepada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan; h. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan melakukan pembongkaran terhadap reklame yang tidak memiliki/ meyimpang dari izin setelah menerima daftar reklame dari instansi pemberi izin; i. Sebelum melakukan pembongkaran terhadap reklame yang telah dicabut izinnya atau reklame yang berakhir masa berlakunya dan belum dibongkar

60 oleh penyelenggara reklame, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan menyampaikan surat pemberitahuan kepada penyelenggara reklame mengenai pelaksanaan pembongkaran oleh Pemerintah Daerah; j. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan melakukan pembongkaran reklame yang telah berakhir masa berlakunya dan belum dibongkar oleh penyelenggara reklame sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan k. Setelah melakukan pembongkaran reklame, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan menyampaikan data reklame yang telah dibongkar kepada dinas pemberi izin dan melaporkan hasil pelaksanaan pembongkaran reklame kepada Walikota 47 Sanksi denda pada pelanggaran perizinan penyelenggaraan reklame adalah sebagai bentuk dari sanksi administrasi yang dilakukan aparatur pemerintah dalam fungsinya sebagai pemberi izin dikarenakan penyelenggara reklame dalam hal ini pelaku usaha tidak memberikan laporan tentang perkembangan penyelenggaran reklame yang mereka lakukan berkaitan dengan salah satu bentuk sanksi administrasi yaitu sanksi denda. Denda adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkitan dengan kewajiban pelaporan. Selama ini Pemerintah Kota dalam hal ini BP2T Kota Medan dalam memberikan Izin Penyelenggaraan Reklame di Kota sudah sesuai Peraturan yang berlaku dalm hal ini adalah sudah sesuai dengan Peraturan Walikota Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Penataan Reklame, namun apabila dikemudian hari terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh staff BP2T Kota Medan semisal ada kesalahan prosedur 47 Peraturan Walikota Medan Nomor 38 Tahun 2014, Op.Cit, Pasal 34

61 dalam pemberian izin penyelenggaraan reklame, maka BP2T akan memberikan sanksi disiplin PNS terhadap staf tersebut. Dalam penyelenggaraan reklame sendiri ada beberapa sanksi yang akan diberikan pada badan atau orang pribadi jika melanggar aturan. Pemberian sanksi tidak hanya di berikan untuk pelanggaran penggunaan tapi juga pada badan atau orang pribadi yang izin reklamenya telah di cabut dan tidak berlaku lagi. Izin penyelenggaraan reklame di cabut dan di nyatakan tidak berlaku lagi apabila pada reklame tersebut terdapat perubahan jenis, ukuran, ketinggian, titik dan konstruksi sehingga tidak sesuai dengan izin yang diberikan. Penyelenggara reklame tidak mengasuransikan reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (7), 3 (tiga) bulan setelah izin diterbitkan. Sebelum pencabutan izin, Kepala Daerah terlebih dahulu menerbitkan Surat Peringatan kepada penyelenggara reklame. Terhadap pencabutan izin maka atas pajak dan retribusi yang sudah dibayar tidak boleh dilakukan kompensasi atau restitusi. Apabila izin telah dicabut maka perizinan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan reklame dinyatakan tidak berlaku. Reklame yang telah dicabut izinnya atau yang telah berakhir masa izinnya harus sudah dibongkar oleh penyelenggara dalam jangka waku 7 (tujuh) hari setelah izin dicabut atau setelah masa izinnya berakhir. Jika dalam hal penyelenggara reklame tidak melaksanakan pembongkaran sedangkan izinnya sudah berakhir maka Kepala Daerah berwenang untuk melakukan pembongkaran yang dimaksud. Kepala Daerah juga berwenang untuk membongkar reklame yang tidak memiliki izin.

62 Proses penetapan sanksi administrasi berupa bestuurdwang harus didahului dengan surat peringatan tertulis yang dituang kan dalam surat keputusan tata usaha Negara (KTUN). Surat peringatan tersebut harus memuat hal-hal sebagai berikut : 48 1. Peringatan harus definitive pada surat peringatan harus secara jelas dan tegas tertulis tindakan Pemerintah. 2. Organ yang berwenang harus disebut Surat peringatan harus memberikan informasi yang jelas tentang organ/instansi yang berwenang menerapkan sanksi. 3. Peringatan harus ditujukan kepada orang yang tepat Peringatan harus ditujukan kepada orang/badan hukum yang memang telah atau sedang melakukan pelangggaran terhadap ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Orang/badan hukum yang telah atau sedang melakukan pelangggaran terhadap ketentuan peraturan perundangundangan yang ber-laku harus mempunyai kemampuan untuk mengakhiri keadaan yang terlarang tersebut. 4. Ketentuan yang dilanggar jelas Ketentuan peraturan perundang- undangan yang sedang atau telah dilangggar harus tercantum secara jelas dalam surat peringatan. 5. Pelanggaran nyata harus digambarkan dengan jelas Fakta keadaan yang sedang atau telah dilangggar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku harus diungkapkan atau diuraikan secara jelas. 48 Ivan Fauzani Raharja, dkk. Penegakan Hukum Sanksi Administrasi Terhadap Pelanggaran Perizinan, Fakultas Hukum Universitas Jambi, 2013. Volume 15, Nomor 2,hlm. 31-40

63 6. Peringatan harus memuatinstansi yang mengeluarkan izin) artinya keputusan yang dikeluarkan tersebut ternyata keliru atau mengandung cacat lainnya dan diketahui dengan jelas. Jika demi- kian maka keputusan (izin) tersebut dapat dicabut dengan memperhatikan ketentuan dalam hukum administrasi negara, baik tertulis maupun berupa asas- asas hukum. suatu keputusan yang secara jelas dan diketahui mengandung kesalahan atau kekeliruan sedah barang tentu tidak akan dibiarkan, tanpa dilakukan perubahan atau pencabutan, hanya karena keingi- nan untuk mengedepankan asas kepastian hukum. Pengenaan uang paksa oleh Pemerintah (dwangsom) dianggap sebagai sanksi yang reparatoir. Sanksi ini diterapkan jika warga negara melakukan pelanggaran. Pembongkaran reklame karena telah dicabut izinnya atau karena masa izinnya, berakhir dilakukan oleh Kepala Daerah dengan menggunakan Biaya Jaminan Bongkar. Reklame yang dibongkar oleh Kepala Daerah harus diambil oleh penyelenggara reklame paling lambat dalam jangka waktu 3 x 24 jam sejak tanggal pembongkaran. Apabila batas waktu, telah terlampaui, maka reklame tersebut menjadi milik Pemerintah Daerah. Pasal 32 (1) Pemegang izin/penyelenggara reklame diharuskan melakukan pembongkaran dan pembersihan reklame paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal berakhir dan/atau dicabut izinnya. (2) Apabila dalam waktu yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pembongkaran dan pembersihan tidak dilakukan oleh pemegang izin/penyelenggara reklame, maka Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan sesuai dengan kewenangannya atas

64 nama Walikota akan melaksanakan pembongkaran serta pembersihan dan biaya yang telah ditimbulkan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Medan dan material hasil pembongkaran menjadi milik Pemeritah Daerah. (3) Walikota berwenang untuk membongkar reklame yang tidak memiliki/menyimpang dari izin. (4) Walikota dapat bekerja sama dengan pihak ketiga untuk melakukan pembongkaran reklame. (5) Walikota melimpahkan kewenangan kepada Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan/instansi pemberi izin untuk melelang material hasil pembongkaran reklame sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. 49 Kendala yang dialami pemanggilan terhadap pemohon terkait pelanggaran izin yang telah dilakukan oleh Penyelenggara Reklame namun tidak ditanggapi oleh penyelenggara reklame tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu mengeluarkan Surat Keputusan Pencabutan Izin Reklame kepada Penyelenggara Reklame dan membuat surat kepada Satuan Polisi Pamong Praja (selanjutnya disebut Satpol PP) terkait dengan pelanggaran izin reklame untuk dilakukan penindakan Satpol PP sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adanya kendala dalam penerapan sanksi-sanksi administrasi terhadap penyelenggaraan reklame tentu saja tak lepas dari tidak berfungsinya salah satu komponen-komponen model sistem implementasi sanksi administrasi yaitu ada pada unsur pelaksana yaitu BP2T dan Satpol PP belum ada ketegasan terhadap para pemegang izin agar mereka mau untuk hadir pada saat dilakukannya 49 Peraturan Walikota Medan Nomor 38 Tahun 2014, Op.Cit, Pasal 32

65 pemanggilan. Keberhasilan implementasi kebijakan itu tergantung dari terlaksananya komponen-komponen model sistem implementasi kebijakan publik. Komponen-komponen model sistem implementasi kebijakan publik terdiri atas : (1) kebijakan yang dilaksanakan; (2) target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau peningkatan; (3) unsur pelaksana, baik organisasi atau perorangan, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan dari proses implementasi tersebut; dan (4) faktor lingkungan (fisik, sosial, budaya dan politik). Selain itu adanya kendala pada dalam penerapan sanksi-sanksi administrasi terhadap penyelenggaraan reklame terletak pada kegagalan faktor sistem organisasi pelaksana karena ketidakjelasan jaringan sistem, model monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang dipilih antara BP2T dan Satpol PP. Faktor yang dapat menentukan kegagalan dan keberhasilan dalam implementasi kebijakan, yaitu: 1. Faktor yang terletak pada rumusan kebijakan yang telah dibuat oleh para pengambil keputusan, menyangkut kalimatnya jelas atau tidak, sasarannya tepat atau tidak, mudah dipahami atau tidak, mudah diinterpretasikan atau tidak, dan terlalu sulit dilaksanakan atau tidak;

66 2. Faktor yang terletak pada personil pelaksana, yakni yang menyangkut tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan diri, kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan kerjasama dari para pelaku pelaksana kebijakan. Termasuk dalam personil pelaksana adalah latar belakang budaya, bahasa, serta ideologi kepartaian masing-masing. Semua itu akan sangat mempengaruhi cara kerja mereka secarakolektif dalam menjalankan misi implementasi kebijakan; Faktor yang terletak pada sistem organisasi pelaksana, yakni menyangkut jaringan sistem, hirarki kewenangan masing-masing peran, model distribusi pekerjaan, gaya kepemimpinan dari pemimpin organisasinya, aturan main organisasi, target masing-masing tahap yang ditetapkan,model monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang dipilih. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran izin reklame di Kota Medan belum efektif dikarenakan meskipun banyak pengenaan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana tidak juga mengurangi jumlah pelanggaran izin reklame di Kota Medan. Permasalahan mengenai reklame tanpa izin sangatlah kompleks, akibat yang ditimbulkan dari maraknya reklame tanpa izin juga berdampak pada keselamatan masyarakat lainnya. Reklame yang terpasang tanpa melalui proses perizinan di BPPT sangatlah mengganggu kepentingan masyarakat lainnya, karena apabila reklame tersebut dipasang pada sebuah pohon dan pada suatu saat pohon itu tumbang dan mengenai orang maka tidak ada yang akan dimintai pertanggungjawaban atas peristiwa tersebut.