BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

Khiya>r merupakan salah satu akad yang berkaitan erat dengan jual

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB II JUAL BELI DALAM ISLAM

BAB II JUAL BELI DALAM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS FIKIH MAZHAB SYAFII TERHADAP PRAKTIK JIAL BELI HARGA SEPIHAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

JUAL BELI DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB II DAN RIBĀ DALAM FIQIH MUAMALAH. yang berarti dia memutuskannya. Qarḍ. masdar yang berarti memutuskan. Qarḍ

FIKIH TRANSAKSI JUAL BELI SESI IV ACHMAD ZAKY

BAB II TEORI JUAL BELI DALAM ISLAM DAN FATWA DSN MUI TENTANG PRAKTIK JUAL BELI SAHAM SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KENAIKAN DENGAN SISTEM BON DI WARKOP CAHYO JAGIR SURABAYA

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS DATA

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI BISNIS DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 KUTISARI SELATAN TENGGILIS MEJOYO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan bay yang berarti menjual,

BAB II KONSEP JUAL BELI DAN URF DALAM ISLAM. sebelum terjadinya proses akad jual beli, diantaranya:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB I PENDAHULUAN 280. h Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru algensindo, 2013), h.

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB II HUKUM JUAL BELI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB II LANDASAN TEORI JUAL BELI DAN MACAM-MACAM ALAT PEMBAYARAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan masing-masing manusia untuk bermuamalah kepada

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL) DI INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK

BAB II KERANGKA TEORITIS

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

EKONOMI SYARIAH PERTEMUAN KE EMPAT

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM DAN KHIYAR A>IB. Jual beli atau dalam bahasa Arab disebut al-bay menurut bahasa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

Sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Umar ra :

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang melakukan akad meneruskannya untuk mengambil dan. memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan pembelian

online. Mulai dari pencarian campaign hingga transfer uang donasi dapat dilakukan Website Kitabisa menawarkan kepada setiap orang yang ingin melakukan

ash-shira> (beli). Dengan demikian, kata al-ba>i berarti jual, tetapi sekaligus

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

Transkripsi:

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian, Dasar Hukum, Rukun dan Syarat Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Jual beli bay secara etimologi berarti menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain, atau memberikan sesuatu sebagai imbalan sesuatu yang lain. Bay merupakan satu kata yang mempunyai dua makna yang berlawanan, yaitu makna membeli (syira> ) dan lawannya menjual (bay ). Syira> merupakan sifat yang ditujukan bagi orang yang melakukan aktifitas pembelian. Lebih jelasnya, syira> ialah mengalihkan hak milik dengan imbalan harga dengan cara tertentu. Bay juga menunjukkan makna menerima hak milik. Singkatnya, menurut bahasa, kata bay juga digunahkan untuk pengertian membeli. Misalnya seperti ucapan orang Arab, bi tu yang bermakna syaraitu, begitu pula sebaliknya. Allah SWT berfirman, Mereka menjual (syarauhu)nya (Yusuf) dengan harga rendah, (QS. Yu>su>f {[12]: 20), dan firman-nya, Sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual (syarau) dirinya dengan sihir, (QS. Al-Baqarah 2: 102). 20

21 Dua belah pihak yang melakukan jual beli disebut penjual (ba> y atau bayyi ) dan pembeli (musyta>ri dan syarin). 1 Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan uang yang dilakukan dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan. 2 Adapun jual beli menurut terminologi, para Ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain: a. Menurut Hanafiah: Jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara yang khusus (yang dibolehkan). 3 b. Menurut Malikiyah Jual beli adalah akad mu a>wadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan. 4 c. Menurut Syafi iyah\ Jual beli adalah suatu akad yang mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan nanti untuk 1 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi I, Jilid 1, (Jakarta: Almahira, 2010), 617. 2 Sohari Sahrani dan Ru fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 65. 3 Rachmat Syafe I, Fikih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 74. 4 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), 175.

22 memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya. 5 d. Menurut Hanabilah Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta, atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan utang. 6 e. Menurut Imam Nawawi dalam kitab Majmu> : Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta dengan maksud memberi kepemilikikan. 7 f. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Mugni>: Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta yang bertujuan memberi kepemilikan dan menerima hak milik. 8 2. Landasan Hukum Jual Beli yakni: Jual beli disyariatkan berdasarkan Al-Quran, Sunnah, dan Ijma, 5 Ibid, 174. 6 Ibid, 175. 7 Wahbah Zuhaili, al-fiqhul Isla>mi Wa Adillatuhu, jilid 5, (Jakarta: Gema Insani, Darul Fikir, 2011), 25. 8 Ibid, 25.

23 a. Al-Qur an: Artinya Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah 2: 275) 9 Artinya Dan ambillah saksi jika apabila kamu berjula beli. (QS. Al- Baqarah 2: 282) 10 Artinya Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; 9 Depag RI, Al- Quran dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004), 47. 10 Ibid, 48.

24 Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa 4: 29) 11 b. Sunnah, 1). Hadis Rifa ah Ibnu Rafi : Dari Rifa ah Ibnu Rafi bahwa Nabi Saw ditanya usaha apakah yang paling baik? Nabi menjawab: Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur. (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan dishahikan oleh Al-Hakim) 12 2)>. Hadis Abi Sa id: Dari Abi Sa id dari Nabi Saw beliau bersabda: Pedagang yang jujur (benar), dan dapat dipercaya nanti bersama-sama dengan Nabi, shiddiqin, syuhada. (HR. At-Tirmidzi. Berkata Abu Isa: Hadis ini adalah hadis yang shahih) 13 3). Hadis Ibnu Umar Dari Ibnu Umar ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Saw: Pedagang yang benar (jujur), dapat dipercaya dan muslim, beserta para syuhada pada hari kiamat. (HR. Ibnu Majah) 14 11 Ibid, 83. 12 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), 178. 13 Ibid, 179. 14 Ibid, 179.

25 c. Ijma Dari kandungan ayat-ayat Allah SWT dan sabda Rasulullah Saw diatas, Ulama Fikih mengatakan bahwa hukum asal dari jual beli adalah mubah (boleh). Akan tetapi, pada situasi tertentu, menurut Imam asy-syatibi, ahli Fikih Mazhab Maliki, hukumnya bisa berubah menjadi wajib. Imam asy-syatibi memberikan contoh ketika terjadinya ikh{tika>r (penimbunan barang senhingga stok hilang dari pasar dan harga melonjak naik). Apabila seseorang melakukan ikh{tika>r dan mengakibatkan melonjaknya harga barang yang ditimbun dan disimpan tersebut, maka pihak pemerintah boleh memaksa pedagang untuk menjual barangnya itu sesuai dengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga. Hal ini sesuai dengan prinsip Imam asy-syatibi bahwa yang mubah itu apabila bila ditinggalkan secara total maka hukumnya bisa menjadi wajib. 15 3. Rukun dan Syarat Jual Beli a. Rukun jual beli Menurut Hanafi, rukun jual beli adalah ijab-qabul yang menunjukkan adanya maksud untuk saling menukar atau sejenisnya (mu athaa). Dengan kata lain, rukunnya adalah tindakan berupa kata 2005), 828. 15 Nasrun Haroen,Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 3, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

26 atau gerakan yang menunjukkan kerelaan dengan berpindahnya harga dan barang. Inilah pernyataan ulama Hanafi dalam hal transaksi. 16 Adapun rukun jual beli menurut jumhur ulama ada empat 17, yaitu: - Ba> y (Pejual) - Mustari (pembeli) - Shighat (ija>b dan qa>bul) - Ma qud alaih (benda atau barang) b. Syarat-syarat Jual Beli Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakanjumhur ulama adalah sebagai berikut; 1) Syarat orang yang berakad, a) Berakal. Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila hukumnya tidak sah. Adapun anak kecil yang sudah mumayiz, menurut Ulama Mazhab Hanafi. Apabila akad yang dilakukannya membawa keuntungan bagi dirinya (seperti menerima hibah, wasiat, dan sedekah) maka akadnya sah. Sebaliknya apabila akad itu membawa kerugian bagi dirinya (meminjamkan hartanya kepada orang lain, mewaqafkan atau menghibahkannya maka tindakan hukumya tidak bisa dilaksanakan. Apabila transaksi 16 Wahbah Zuhaili, al-fiqhul Isla>mi Wa Adillatuhu, jilid 5, (Jakarta: Gema Insani, Darul Fikir, 2011), 28. 17 Rachmat Syafe I, Fikih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 76.

27 yang dilakukakan anak kecil yang telah mumayiz mengandung manfaat dan mudarat sekaligus (seperti jual beli, sewa-menyewa, dan perserikatan dagang) maka transaksi ini hukumnya sah jika walinya mengizinkan. Dalam kaitan dengan ini, wali anak kecil yang telah mumayiz tersebut benar-benar mempertimbangkan kemaslahatan anak kecil tersebut. Jumhur Ulama berpendirian bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus telah akil balig dan berakal. Apabila orang yang berakad itu masih mumayiz, maka jual belinya tidak sah, sekalipun mendapat izin dari walinya. b) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. Artinya, seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus pembeli. 18 2) Syarat yang terkait dengan ija>b qa>>bul, a) Orang yang mengucapkannya telah akil balig dan berakal b) Kabul sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: saya jual baju ini seharga sepuluh ribu. Lalu pembeli menjawab: saya beli dengan harga sepuluh ribu. c) Ijab dan Kabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya, kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan 2005), 829. 18 Nasrun Haroen, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 3, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

28 membicarakan topik yang sama. Di zaman sekarang perwujudan ijab dan kabul tidak lagi diucapkan, tetapi dilakukan dengan tindakan pembeli mengambil barang dan membayar uang, serta tindakan penjual menerima uang dan menyerahkan barang tanpa ucapan apapun. Misalnya, jual beli di pasar swalayan. Dalam fikih Islam, jual beli seperti ini disebut dengan bay al-mu a>ta>h. 19 3) Syarat barang yang diperjualbelikan, a) Barang itu ada, atau tidak ada ditempat tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu. b) Dapat dimanfaatkan atau bermanfaat bagi manusia. Bangkai, khamar, dan darah tidak sah menjadi objek jual beli. c) Milik seseorang. Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak boleh diperjualbelikan. d) Bisa diserahkan saat akad berlangsung, atau pada waktu akad yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung. 20 e) Barang itu harus suci, jual beli anjing meskipun terlatih hukumnya tidak sah. Begitu juga jual beli minuman keras, berdasarkan hadis al-bukhari dan Muslim, Rasulullah 19 Ibid, 829-830. 20 Ibid, 830.

29 melarang uang hasil jual beli anjing. Beliau bersabda, Allah mengharamkan jual beli minuman keras, bangkai, dan babi. 21 4) Syarat nilai tukar (harga barang). Termasuk unsur terpenting dalam jual beli adalah nilai tukar dari barang yang dijual (untuk zaman sekarang adalah uang).terkait dengan masalah nilai tukar ini, Ulama fikih membedakan as-samn dengan as-si r. Menurut mereka, as-samn adalah harga pasar yang berlaku di tengah-tengah masyarakat secara aktual, sedangkan as-si r adalah modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke konsumen. Dengan demikian, harga barang itu ada dua, harga barang. Disamping syarat yang berkaitan dengan rukun jual beli diatas, ulama fikih juga mengemukakan beberapa syarat lain sebagai berikut. a) Syarat sah jual beli, Syarat sah transaksi terbagi menjadi dua macam, yaitu syarat umum dan syarat khusus. 1.1. Syarat Umum 21 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi I, Jilid 1, (Jakarta: Almahira, 2010), 621.

30 Adalah syarat-syarat yang harus ada di setiap jenis jual beli agar transaksi itu sah secara syar i. Transaksi harus terhindar dari enam cacat 22, yaitu: - Ketidakjelasan jahalah, ketidakjelasan yang berlebihan dalam transaksi atau menimbulkan konflik yang sulit untuk diselesaikan. - Pemaksaan al-ikrah, seseorang dipaksa untuk melakukan sesuatu. - Pembatasan dengan waktu at-tauqit, membatasi waktu berlakunya jual beli. - Penipuan gharar, adanya unsur kebohongan atau spekulasi. - Kemudaratan dharar, adanya bahaya atau kerugian. - Syarat-syarat yang merusak fasid, syarat-syarat yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan salah satu pihak pelaku transaksi dan tidak ada ketentuannya dalam syari at dan adat ( urf). 1.2. Syarat Khusus 23 22 Wahbah Zuhaili, al-fiqhul Isla>mi Wa Adillatuhu, jilid 5, (Jakarta: Gema Insani, Darul Fikir, 2011), 55. 23 Rachmat Syafe I, Fikih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 80

31 - Barang yang diperjualbelikan harus dapat dipegang. - Harga awal harus diketahui pada jual beli amanat. - Serah terima benda dilakukan sebelum berpisah, yaitu pada jual beli yang bendanya ada di tempat. - Terpenuhi syarat penerimaan. - Harus seimbang dalam ukuran timbangan. - Barang yang diperjualbelikan sudah menjadi tanggung jawabnya. b) Syarat yang terkait dengan pelaksanaan jual beli, 24 Jual beli baru bisa dilaksanakan apabila yang berakad tersebut punya kekuasaan untuk melakukan jual beli. Misalnya, barang itu milik sendiri (barang yang dijual itu bukan milik orang lain atau hak orang lain terkait dengan barang tersebut). Jual beli yang diwakilkan dalam fikih disebut al-fud}u>li>. Dalam masalah jual beli al-fud}u>li terdapat perbedaan pendapat ulama fikih. Ulama Mazhab Hanafi membedakan antara wakil dalam menjual barang dan wakil dalam membeli barang. Menurut mereka, apabila wakil itu ditunjuk untuk menjual barang, maka tidak perlu mendapatkan justifikasi dari orang yang diwakilinya. Akan 2005),831. 24 Nasrun Haroen,Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 3,(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

32 tetapi, apabila wakil itu ditunjuk untuk membeli barang, maka jual beli itu dianggap sah apabila telah disetujuioleh orang yang diwakilinya. Menurut ulama Mazhab Maliki dan Hambali, jual beli oleh wakil pada al-bay al-fud}uli>, baik wakil itu ditunjuk hanya untuk membeli suatu barang maupun ditunjuk untuk menjual suatu barang, baru dianggap sah apabila terdapat izin dari orang yang diwakilinya. Menurut ulama Mazhab Syafi I dan az-zahiri, al-bay al-fud}uli> tidak sah, sekalipun diizinkan oleh yang mewakilkan itu. Alasan mereka adalah sabda Rasulullah Saw: Tidak (sah) jual beli kecuali sesuatu yang dimiliki (seseorang) (HR. at-tirmizi dan Abu Dawud). Dalam hadis lain Rasulullah Saw melarang memperjualbelikan sesuatu yang tidak dimiliki seseorang (HR. Ahmad bin Hambal, Abu Dawud, at-tirmizi, an-nasa i, dan Ibnu Majah). c) Syarat yang terkait dengan kekuatan hukum akad jaul beli. 25 Ulama fikih sepakat menyatakan bahwa suatu jual beli baru bersifat mengikat apabila jual beli tersebut terbebas dari segala macam khiyar (hak pilih untuk meneruskan atau membatalkan jual beli). Apabila jual beli itu masih 25 Ibid, 831.

33 mempunyai hak khiyar, maka jual beli itu belum mengikat dan masih bisa dibatalkan. B. Jual Beli yang Dilarang dalam Islam Ada dua kategori praktik jual beli yang dilarang dalam Islam.Pertama, larangan tersebut tidak berdampak terhadap batalnya jual beli.kedua, larangan yang berakibat batalnya jual beli. 1. Transaksi terlarang yang tidak berdampak terhadap batalnya jual beli karena disebabkan suatu hal. a. Menemui orang-orang desa sebelum mereka masuk kepasar untuk membeli benda-bendanya dengan harga yang semurah-murahnya, sebelum mereka tahu harga pasaran, kemudian ia jual dengan harga yang setinggitingginya. Perbuatan ini sering terjadi di pasar-pasar yang berlokasi di daerah perbatasan antara kota dan kampung. Tapi bila orang kampung sudah mengetahui harga pasaran, jual beli seperti ini tidak apa-apa. 26 Rasulullah Saw bersabda: Artinya Tidak boleh menjualkan orang hadir (orang dikota) barang orang dusun (baru datang). (HR. Bhukari dan Muslim). b. Menawar barang yang sedang ditawar orang lain, seperti orang berkata, Tolaklah harga tawarannya itu, nanti aku akan membeli dengan harga 26 Sohari Sahrani dan Ru fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 75.

34 yang lebih mahal. Hal ini dilarang karena akan menyakiti orang lain. 27 Rasulullah Saw bersabda: 28 Artinya Tidak boleh seseorang menawar diatas tawaran saudaranya. (HR. Bukhari dan Muslim) c. Jual beli dengan Najasyi, ialah seseorang menambah atau melebihi harga temannya dengan maksud memancing-mancing orang agar orang itu mau membeli barang kawannya. Hal ini dilarang agama. 29 Rasulullah Saw bersabda: Artinya: Rasulullah Saw telah melarang melakukan jual beli dengan najasyi. (HR. Bukhari dan Muslim). d. Menjual diatas penjualan orang lain. Umpamanya seseorang berkata: Kembalikan saja barang itu kepada penjualnya, nanti barangku saja kau beli dengan harga yang lebih murah dari itu. 30 Rasulullah Saw bersabda: Artinya: Rasulullah Saw bersabda; seseorang tidak boleh menjual atas penjualan orang lain. (HR. Bukhari dan Muslim) 2. Praktek jual beli terlarang yang berdampak terhadap batalnya akad, yaitu sebagai berikut. 31 a. Jual beli urbun, menurut jumhur Ulama selain Madzhab Hambali, sistem jual beli urbun hukumnya tidak sah. Praktiknya adalah seseorang 27 Ibid, 75. 29 Ibid, 75. 30 Ibid, 75. 31 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi I, Jilid 1, (Jakarta: Almahira, 2010), 643.

35 membeli barang dengan memberikan beberapa dirham, misalnya kepada penjual, sebagai uang muka pembayaran barang jika dia menyukainnya. Jika dia tidak menyukai, uang tersebut menjadi hibah. b. Jual beli gharar (mengandung ketidakjelasan), gharar menurut etimologi adalah bahaya, sedangkan taghriir adalah memancing terjadinya bahaya. Namun makna asli gharar itu adalah sesuatu yang secara zhahir bagus tetapi secara batin tercela. Dengan begitu secara bahasa berarti tipuan yang mengandung kemungkinan besar tidak adanya kerelaan menerimanya ketika diketahui dan ini termasuk memakan harta orang lain secara tidak benar (batil). Sedangkan menurut istilah fiqh, mencakup kecurangan (gisy), tipuan (khidaa ) dan ketidakjelasan pada barang (jihaalah), juga ketidak kemampuan untuk menyerahkan barang. 32 Sesuai Hadis Nabi: Nabi Muhammad Saw. Melarang jual beli hushah (jual bei dengan melempar kerikil dan jual beli gharar 33 Imam Nawawi mengatakan bahwa larangan jual beli yang mengandung gharar merupakan salah satu pilar syari at Islam yang 32 Wahbah Zuhaili, al-fiqhul Isla>mi Wa Adillatuhu, jilid 5, (Jakarta: Gema Insani, Darul Fikir, 2011), 101. 33 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh,(Bogor, Kencana, 2003), 201.

36 mencakup berbagai masalah dan kasus jual beli. Akan tetapi, ada dua kasus jual beli yang mengandung gharar dibolehkan. 34 1) Sesuatu yang mengikut pada barang yang dijual, dimana kalau dijual secara terpisah dari barang itu maka jual beli tidak sah, seperti jual beli dasar bangunan (infrastruktur) secara terpisah dari bangunan itu sendiri, dan air susu yang masih ada dalam tetek yang mengikut kepada hewan atau binatang. 2) Sesuatu yang pada biasanya tidak terlalu dipermasalahkan karena tidak terlalu berharga, atau susah dipisahkan atau ditentukan, seperti bayar toilet untuk buang air besar atau buang air kecil, dimana orang masuk toilet berbeda dari sisi waktu pemakaiannya, atau kadar penggunaan kadar air di toilet. Jual beli gharar yang dilarang, diantaranya 35 : 1) Jual beli barang yang abstrak hukumnya tidak sah. Contohnya jual beli buah-buahan dari pohon yang belum berbuah, sesuai hadis Abu Hurairah, Rasulullah melarang gharar (penipuan) dalam jual beli. 2) Jual beli barang milik orang lain, jual beli barang yang bukan milik sendiri tanpa izin pemiliknya hukumnya tidak sah, sesuai dengan hadis Hakim bin Hizam bahwa Rasulullah Saw bersabda Jangan memperjualbelikan barang yang bukan milikmu. 34 Wahbah Zuhaili, al-fiqhul Isla>mi Wa Adillatuhu, jilid 5, (Jakarta: Gema Insani, Darul Fikir, 2011), 102. 35 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi I, Jilid 1, (Jakarta: Almahira, 2010), 644-652.

37 3) Jual beli barang sebelum diterima, jual beli barang yang belum sepenuhnya menjadi hak milik hukumnya tidak sah. Contohnya, menjual barang yang dimiliki melalui praktik jual-beli, sewamenyewa, mahar, dan transaksi lainnya sebelum barang diterima sepenuhnya sesuai dengan hadis Hakim bin Hizam, jangan menjual barang yang belum engkau terima. 4) Jual beli piutang sebelum sempurna diterima, pendapatnya disebutkan dalam al-mukhtashar al-muzani>. Alasannya, penjual tidak mempunyai kepemilikan atas piutang yang berkekuatan hukum tetap sehingga memperdagangkan-nya tidak sah seperti halnya penjualan barang pesanan. 5) Jual beli barang yang sulit diserahkan, seperti jual beli burung yang ada di udara, ikan didalam air, unta yang lepas, kuda yang sedang berlari dan sebagainya. 6) Jual beli barang yang tidak diketahui bentuknya, jual beli barang yang tidak terlihat di tempat transaksi ada beberapa kasus hukum. Jika jenis atau macam barang tidak ada, hukumnya tidak sah. 7) Jual beli yang dilakukan orang buta 8) Jual beli barang yang masih berada di dalam sangkar atau kolam, hukum orang memperdagangkan burung di dalam sangkar yang terkunci pintunya atau ikan di dalam kolam yang tidak terhubung langsung dengan sungai adalah sebagai berikut. Jika pembeli dapat

38 mengambil barang tersbut tanpa kesulitan yang berarti ketika dia menghendakinya, jual beli burung atau ikan tersebut humunya boleh. Jika burung di dalam sangkar yang besar atau ikan berada di dalam kolam yang luas, sementara pembeli harus mengambilnya dengan susah payah, jual beli tersebut hukumya tidak boleh karena barang tidak dapat diserahkan saat itu juga. 9) Jual beli barang yang tidak diketahui bentukya, jual beli barang yang tidak terlihat di tempat transaksi ada beberapa kasus hukum. Jika jenis atau macam barang tidak ada, hukumnya tidak sah atau tidak boleh. 10) Jual beli kedelai beserta kulitnya, jual beli kedelai beserta kulitnya tidak boleh. 11) Jual beli barang yang tidak diketahui kadarnya, misalnya penjual berkata, aku jual kepadamu sebagaian dari setumpuk barang. 12) Jual beli janin hewan, hukumnya tidak boleh berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa RasulullahSaw melaran al-majr. Al-Majr, jual beli hewan yang masih dalam kandungan atau jual beli janin. 13) Jual beli air susu yang belum diperah, seperti yang diriwayatkan Ibbnu Abbas, jangan memperjualbelikan bulu yang masih ada di punggung kambing, dan jangan memperjualbelikan air susu yang belum diperah.

39 14) Jual beli barang yang tidak diketahui harganya, hukum jual beli dengan harga yang tidak diketahui, tidak diperbolehkan. Misalnya jual beli barang dengan poin atau stempel. 15) Jual beli dengan pembayarannya yang ditangguhkan, jual beli dengan pembayaran pada waktu yang tidak diketahui hukumnya tidak boleh. 16) Jual beli bersyarat, menaklik akad jual beli dengan syarat di masa mendatang hukumnya tidak boleh. c. Transaksi munabadzah, mula>masah, muha>qalah, muzabanah,dan mukhabarah. 36 Dari Anasr.a. ia berkata: Rasulullah Saw melarang jual beli muha>qallah, mukhabarah, mula>masah, munabazah, dan muzabanah. (HR: Bhukari) 37 1) Muha>qallah ialah jual beli bahan makanan (biji-bijian) yang masih berada di dalam butirnya. 2) Mukhabarah ialah perjanjian pengolahan tanah dengan bagi hasil dari tanah tersebut, sementara benih diadakan oleh pengolahan tanah. 3) Mula>masah ialah jual beli dengan menyentuh barang yang diperjualbelikan, baik pada waktu siang maupun malam. 4) Munabazah ialah praktik jual beli dengan saling melempar barang yang diperjualbelikan anatara penjual dan pembeli. 36 Sohari Sahrani dan Ru fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 73 37 Ibid, 73.

40 5) Muzabanah ialah jual beli kurma yang masih ada di pohon dengan kurma kering, jual beli anggur segar dengan anggur kering. C. Macam-macam Jual Beli 1. Macam-macam Jual Beli Menurut mayoritas Ulama jual beli terbagi menjadi dua yaitu: jual beli s}ah}i>h dan jual beli gairu s}ah}i>h atau batil. Sedangkan, Ulama Mazhab Hanafi membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi tiga bentuk: jual beli s}ah{i>h, jual beli batil, dan jual beli fasid. a. Jual beli yang s}ah}i>h adalah jual beli yang disyariatkan dengan memenuhi asalnya dan sifatnya, atau dengan ungkapan lain, jual beli s}ah}i>h adalah jual beli yang tidak terjadi kerusakan, baik pada rukunnya maupun syaratnya. Jual beli yang s}ah}i>h apabila objeknya tidak ada hubungannya dengan hak orang lain selain a>qid maka hukumnya nafiz. Artinya, bisa dilangsungkan dengan melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu penjual dan pembeli. Apabila objek jual belinya ada kaitan dengan hak orang lain maka hukumnya mauquf, yakni ditangguhkan menunggu persetujuan pihak terkait. Seperti jual beli barang yang digadaikan atau disewakan, atau jual beli fud}uli. 38 38 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), 202.

41 b. Jual beli gairu s}ah}i>h adalah jual beli yang tidak dibenarkan sama sekali oleh syara, dan dinamakan jual beli batil. Atau dengan arti lain jual beli yang syarat dan rukunnya tidak terpenuhi sama sekali, atau rukunnya terpenuhi tetapi sifat atau syaratnya tidak terpenuhi. Apabila syarat dan rukunnya tidak terpenuhi maka jual beli tersebutdisebut jual beli batil. 39 Apabila kerusakan dalam jual beli itu terkait dengan barang yang diperjualbelikan, maka hukumnya batil (batal). Seperti memperjualbelikan benda-benda haram (khamr, babi, dan darah). 40 c. Jual beli fasid adalah jual beli yang terpenuhi pokoknya (rukunnya), tetapi ada sifat yang dilarang. 41 Atau kerusakan pada jual beli itu menyangkut harga barang dan bisa diperbaiki. 42 Menurut ulama Mazhab Hanafi, jual beli yang fasid antara lain sebagai berikut 43 : 1) Jual beli al-majhu>l (benda atau barangnya secara global tidak diketahui), dengan syarat ketidakjelasannya itu bersifat menyeluruh. Akan tetapi apabila ketidakjelasannya itu sedikit, jual belinya sah, karena hal itu tidak akan membawa kepada perselisihan. 39 Ibid, 202. 40 Nasrun Haroen,Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 3, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), 833. 41 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), 203. 42 Nasrun Haroen,Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 3, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), 833. 43 Ibid, 833-834.

42 2) Jual beli yang dikaitkan dengan suatu syarat, seperti ucapan penjual kepada pembeli, saya jual kendaraan saya ini pada engkaubulan depan setelah mendapat gaji. Jual beli ini dianggap sah pada saat syaratnya terpenuhi atau tenggang waktu yang disebutkan dalam akad jatuh tempo. Artinya jual beli seperti ini baru sah apabila masa yang di tentukan yakni bulan depan itu telah jatuh tempo. 3) Menjual barang yang ghaib yang tidak dapat dihadirkan saat jual beli berlangsung, sehingga tidak dapat dilihat oleh pembeli. 4) Jual beli yang dilakukan oleh orang buta. 5) Barter dengan barang yang diharamkan, umpamanya menjadikan barang-barang yang diharamkan sebagai harga, seperti babi, khamar, bangkai, dan darah. 6) Jual beli ajl, misalnya seseorang menjual barangnya dengan harga Rp.100.000,- dan pembayarannya ditunda selama satu bulan, kemudian setelah penyerahan barang kepada pembeli, pemilik barang pertama membeli kembali barang itu dengan harga yang lebih rendah, misalnya Rp.50.000,- sehingga pembeli pertama tetap berhutang sebanyak Rp.50.000. Jual beli seperti ini dikatakan fa>sid karena jual beli ini menyerupai dan menjurus kepada riba. 7) Jual beli anggur dan buah-buahan lain untuk tujuan khamar, apabila penjual anggur itu mengetahui bahwa pembeli itu adalah

43 produsen khamar. Imam Asy-Syafi i dan Imam Abu Hanifah menganggap jual beli ini sah, tetapi hukumnya makruh, akan tetapiulama Malikiyah dan Hambali menganggap jual beli ini batal sama sekali. 8) Jual beli yang bergantung pada syarat, seperti ungkapan pedagang jika tunai harganya Rp. 10.000, dan jika berhutang harganya Rp. 15.000, jual beli seperti ini dikatakan fa>sid berdasarkan hadis Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh As}h}a>b as-sunan (para penyusun kitab sunan) dari Abu Hurairah, dan dari Amr bin Syu aib bahwa Rasulullah Saw melarang dua jual beli dalam satu akad dan dua syarat dalam satu bentuk jual beli. 9) Jual beli sebagian barang yang sama sekali tidak dapat dipisahkan dari satuannya. Misalnya, menjual daging kambing yang diambilkan dari kambing yang masih hidup. 10) Jual beli buah-buahan atau padi-padian yang belum sempurna matangnya untuk dipanen.