BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era masa kini perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola usaha. Salah satu kebijakan yang selalu ditempuh oleh pihak perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga yaitu auditor sebagai pihak yang dianggap independen. Oleh karena itu dibutuhkan jasa akuntan publik untuk memeriksa laporan keuangan yang mereka buat sudah sesuai dan tidak terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan tersebut, auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang untuk dapat meletakan kepercayaan sebagai pihak yang bisa melakukan audit atas laporan keuangan dan dapat bertanggung jawab atas pendapat yang diberikan. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seorang auditor eksternal. Menurut Napoca (2012) penilaian profesional dapat dilakukan oleh orangorang yang memiliki pengetahuan yang diperlukan, pengalaman, dan sikap obyektif untuk membuat keputusan berdasarkan fakta-fakta dan keadaan yang relevan dengan subjektif. Penilaian profesional mungkin berbeda tergantung pada tingkat pengetahuan, pengalaman atau keterampilan seseorang, tetapi perbedaan 1
ini tidak cukup untuk menunjukkan apakah penalaran profesional tersebut benar atau tidak. Napoca (2012) mencatat bahwa meskipun para profesional (yaitu auditor) melakukan keterlibatan pada standar tertinggi maka mungkin bahwa mereka akan gagal untuk mengidentifikasi semua kecurangan atau kesalahan, terutama adanya usaha entitas manajemen untuk memenuhi tindakan kecurangan atau kesalahan. Selain menjadi seorang profesional yang memiliki sikap profesionalisme, setiap auditor juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), agar situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Di Indonesia, etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Hal ini seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan, baik akuntan independen, akuntan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah. Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Di samping itu, profesi akuntansi mendapat sorotan yang cukup tajam dari masyarakat. Peranan auditor sangat dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha. Para auditor wajib memahami pelaksanaan etika yang berlaku dalam menjalankan profesinya tersebut. Auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Arens, Alvin A., et.al. (2008:98) mendefinisikan etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral. Menurut Boynton, et.al. (2001:96) etika profesional harus lebih dari sekedar prinsip-prinsip 2
moral. Etika ini meliputi standar perilaku bagi seorang profesional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik. Boynton, et.al. menambahkan bahwa kode etik profesional dapat dirancang sebagian untuk mendorong perilaku yang ideal, sehingga harus bersifat realistis dan dapat ditegakkan. Selain profesionalisme dan etika profesi, seorang auditor harus mempunyai pengalaman yang cukup agar dapat membuat keputusan dalam laporan auditan. Serta pengalaman seorang auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor. Gaballa dan Zhou (2011:169) mengungkapkan pengalaman profesional adalah salah satu penentu utama yang mempengaruhi pada efisiensi kinerja profesional dalam praktik sehingga pengalaman dapat meningkatkan kualitas kinerja auditor dalam tugas lapangan dan praktik. Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Akuntan yang lebih berpengalaman akan bertambah pengetahuannya dalam melakukan proses audit laporan keuangan. Materialitas menurut Joldos, et al (2010:226) merupakan jumlah yang ditetapkan oleh auditor sebagai kesalahan, ketidaktepatan atau kelalaian yang dapat menyebabkan salah saji tahunan, serta hasil tidak wajar dari laporan keuangan dan keadaan perusahaan itu. Menurut Aqel (2011:81) alasan untuk menetapkan penilaian awal tentang materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan bukti yang tepat dan 3
mengakumulasi bukti yang diperlukan untuk menyediakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Ada berbagai definisi mengenai materialitas dengan berbagai makna, materialitas memiliki dasar yang berbada, tetapi tidak memiliki teknik untuk menetapkan materialitas, dan itu dapat mempersulit proses pertimbangan profesional oleh auditor menurut Gordeeva (2011:42). Untuk kasus materialitas yang ditulis oleh Hendra Gunawan tanggal 31 Agustus 2014 dalam suara merdeka tentang kasus Bank Century dimana laporan keuangan yang telah diaudit dikeluarkan menyesatkan dan terdapat kesalahan material. Hasil audit BPK dinyatakan menyesatkan dikarenakan adanya kesalahan perhitungan dan penghilangan informasi dan pernyataan fakta material yang salah dan menyebabkan ketidaktepatan opini auditor karena banyak ditemukan kesalahan yang material dalam pemeriksaan laporan keuangan. Dengan adanya fenomena diatas, seharusnya pelanggaran tersebut tidak terjadi jika setiap auditor mempunyai pengetahun, pemahaman, pengalaman dan dapat menerapkan etika secara memadai dalam melaksakan tugasnya sebagai seseorang yang profesional yang dapat mendeteksi setiap kesalahan. Sikap auditor yang profesional maka akan mampu menghadapi tekanan yang muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak eksternal. Diharapkan kedepannya para akuntan dan auditor dapat profesional lagi dalam bekerja sehingga auditor dapat memberikan kepercayaan terhadap publik dengan profesi yang dijalankannya. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki 4
pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan pada laporan keuangan. Auditor harus mempertimbangkan dengan baik penaksiran materialitas pada tahap perencanaan audit karena seorang auditor harus bisa menentukan berapa jumlah rupiah materialitas suatu laporan keuangan kliennya. Mengingat pentingnya sikap profesionalisme, etika profesi dan pengalaman auditor maka diperlukan adanya kualitas laporan keuangan perusahaan atau klien yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam pengambilan keputusan. Maka untuk mengetahui bagaimana sikap profesionalisme, etika profesi dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas? 2. Bagaimana pengaruh Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas? 3. Bagaimana pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas? 4. Bagaimana pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor secara simultan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas? 5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. 2. Untuk mengetahui Pengaruh Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. 3. Untuk mengetahui Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. 4. Untuk mengetahui Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis Diharapkan penelitian ini penulis mampu memenuhi syarat untuk menempuh Sidang Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama. Serta penulis dapat memperluas wawasan bagi penulis yang mengindikasikan bahwa profesionalisme, etika profesi, dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kekeliruan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 2. Bagi KAP Manfaat praktik dari penelitian ini adalah sebagai masukan bagi KAP dan pihak-pihak lain yang berkepentingan agar dapat mengambil 6
kebijakan-kebijakan terkait dengan peningkatan profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor yang mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas auditor 3. Bagi Pihak Lainnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Serta agar dapat mengambil kebijakankebijakan yang terkait dengan peningkatan profesionalisme auditor, etika profesi, pengalaman auditor yang mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas. 1.4.2 Kegunaan Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menjadi tambahan referensi atau rujukan mengenai pengaruh profesionalisme, etika profesi, dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan penelitian responden yang akan diteliti adalah auditor-auditor yang bekerja di beberapa Kantor Akuntan Publik di kota Jakarta. Adapun waktu dan pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari 2015 hingga penelitian selesai. 7