PERHITUNGAN BIAYA PENGELASAN TERHADAP KETEBALAN PELAT DAN JENIS SAMBUNGAN LAS di PT. B

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB II KERANGKA TEORI

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

proses welding ( pengelasan )

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

ANALISA KEKUATAN TARIK PENYAMBUNGAN PELAT DENGAN KETEBALAN BERBEDA PADA TYPE SAMBUNGAN BUTT JOINT

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

BAB II LANDASAN TEORI

LAB LAS. Pengelasan SMAW

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

BAB III METODE PEMBUATAN

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

BAB I PENDAHULUAN. pipa-pipa minyak dan gas bumi maupun konstruksi-konstruksi lainnya

PENGARUH RIGI-RIGI AYUNAN TERHADAP KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN PLAT BAJA ST 41 MENGGUNAKAN TEGANGAN 70 A DENGAN ELEKTRODA Rb. 26

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PEGANG (FIXTURE) UNTUK PROSES PENGELASAN SAMBUNGAN-T

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi,

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Transkripsi:

PERHITUNGAN BIAYA PENGELASAN TERHADAP KETEBALAN PELAT DAN JENIS SAMBUNGAN LAS di PT. B Tarmizi Husni Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas IBA Email: tarmizihusni@iba.ac.id ABSTRAK Dalam proses produksi manufaktur proses pengelasan merupakan proses yang sangat pital untuk menyambung dua buah logam. Dalam penentuan harga jual produk secara konvensional biasanya ditentukan berdasarkan pada berat benda tersebut. Untuk memperkirakan besarnya biaya pengelasan, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi antara lain; jenis logam yang akan dipergunakan dalam pengelasan, jenis dari sambungan las yang akan dipakai, ketebalan dari bahan yang akan di las, kecepatan leleh dari elektroda pengelasan serta posisi dari proses pengelasan. Penelitian ini menggunakan variasi terhadap ketebalan plat dan sambungan las kemudian dihitung besarnya biaya dalam proses pengelasan tersebut. Untuk menentukan besarnya biaya tersebut dipergunakan metode penelitian waktu, sehingga biaya-biaya yang akan terakumulasi dalam penelitian ini terdiri dari biaya elektroda, biaya peralatan, biaya listrik dan biaya tenaga kerja. Dari hasil analisa yang dilakukan dalam penelitian ini didapat bahwa dalam proses pengelasan biaya yang besar diserap oleh biaya elektroda, kemudian biaya terbesar dari jenis sambungan las adalah dalam melakukan pengelasan dengan sambungan las lurus serta posisi pengelasan secara vertikal memberikan biaya paling besar. Kata Kunci : Biaya, Pengelasan SMAW, Sambungan Las, Deposit 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan proses fabrikasi suatu produk diperlukan pertimbangan-pertimbangan terhadap, disain, biaya, material serta kekuatan bahan yang digunakan. Untuk menentukan besarnya keuntungan hasil produksi, maka biaya khususnya biaya produksi menjadi faktor penentu terhadap besarnya keuntungan tersebut. Apabila dalam proses pembuatan produk ini biaya produksi terlalu tinggi maka perusahaan sulit bersaing di pasar. Untuk itu dalam proses fabrikasi perlu dilakukan perhitungan-perhitungan secara detail dalam setiap proses produksi yang dilakukan seperti dalam proses pemotongan, pengelasan, pengeboran, pengerolan, pembubutan seta proses-proses yang lainnya. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperkirakan besarnya biaya yang terjadi dalam proses pengelasan logam. 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Pengelasan Menurut Deutche Industrie Normen (DIN) pengelasan adalah suatu ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. 1,2,3,4 Mengelas adalah merupakan cara yang paling efisien untuk menyatukan atau menggabungkan dua buah logam. Mengelas adalah satu-satunya cara untuk membuat dua atau lebih potongan 74

ISSN: 2355-3553 logam bekerja sebagai satu potongan logam. Bila suatu sambungan di las, maka sambungan itu akan menjadi permanen. 2.1.1. Metode Pengelasan Busur Dengan Logam Terlindung Metode Pengelasan busur dengan logam terlindung atau Shielded Metal Acr Welding (SMAW) merupakan bagian dari kelompok pengelasan busur carbon. Proses SMAW memiliki kemampuan yang fleksibel untuk mengelas logam pada posisi pengelasan, dengan ketebalan bahan yang bervariasi dari yang rendah sampai yang tertinggi. Dalam proses SMAW ini memiliki definisi sebagai proses las dengan busur listrik antara elektroda terbungkus dengan benda yang di las. Pada waktu mengelas, lapisan yang dibungkus elektroda akan dikomposisi sehingga terlindung oleh logam yang di las. Proses ini tidak menggunakan tekanan (pressure) dan logam pengisi didapat dari elektroda. 3,4 Busur pada SMAW dimulai dengan menyentuhkan elektroda pada busur dasar. Panas dari busur mencairkan permukaan logam hingga membentuk cairan logam (molten pool). Logam dari elektroda yang mencair berpindah melalui busur ke kolam lelehan dan menjadi logam las yang didepositkan. Logam yang dideposit dilindungi oleh kerak yang berasal dari lapisan pembungkus elektroda. Busur dan daerah sekitar busur itu dilindungi oleh gas yang terjadi karena lapisan elektroda yang hancur. Sebagian besar dari kawat inti elektroda berpindah ke kolam cairan, akan tetapi ada juga butir-butir kecil menghilang karena percikan. 2.1.2. Perencanaan Las Perencanaan las memerlukan penggunaan logam secara efisien dan ekonomis, diantaranya meliputi perencanaan terhadap jenis sambungan yang digunakan. Jenis-jenis sambungan las yang biasa digunakan dalam proses pengelasan antara lain 1,2 ; a. Sambungan Lurus b. Sambungan Pojok c. Sambungan Ujung d. Sambungan Tumpang e. Sambungan T Adapun posisi pengelasan menurut Perhimpunan Las Amerika (American Welding Society = AWS) dapat dibedakan dalam empat posisi pengelasan sebagai berikut; a. Datar (plat) : merupakan posisi yang dipergunakan dalam mengelas berupa sisi atas sambungan, dimana permukaan las kira-kira horizontal. b. Horizontal : merupakan posisi pengelasan yang dilakukan ada pada bagian atas dari permukaan yang kira-kira vertikal. Sedangkan untuk pengelasan pipa, sambungan pengelasan ada pada bidang yang horizontal dan bagian yang dilakukan pengelasan juga ada pada bidang yang horizontal. c. Overhead : Merupakan posisi dimana pengelasan dilakukan pada bagian sisi bawah dari sambungan. d. Vertikal : Posisi proses pengelasan yang mana sumbu dari las kira-kira vertikal. 2.2. Biaya 2.2.1. Pengertian biaya; Biaya adalah suatu pengorbanan sunber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, yang sering disebut harga pokok. Istilah harga pokok juga dipergunakan untuk menunjukkan pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Akan tetapi pembuatan produk bertujuan untuk mengubah aktiva (bahan baku) menjadi aktiva lain (produk jadi atau setengah jadi), maka pengorbanan bahan baku tersebut, yang berupa biaya bahan baku akan membentuk harga pokok produksi. 5,6 75

2.2.2. Biaya Poduksi dan Penentuannnya; Dalam pengelolaan suatu perusahaan, penentuan biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk atau jasa merupakan salah satu unsur terpenting, karena biaya ini akan menentukan besarnya keuntungan yang didapat oleh perusahaan. Dalam suatu sistem operasi KLAUS d Timerhaus terdapat beberapa kegitan yang mempengaruhi besarnya biaya produksi, yaitu; a. Biaya langsung yang merupakan biaya yang terjadi secara langsung yang betrhbungan dengan proses produksi, antara lain; biaya bahan baku, biaya pekerja langsung, biaya bahan penolong dan biaya sub kontrak. b. Biaya produk tidak langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan secara tidak langsung dalam hubungannya dengan proses produksi, antara lain; biaya over head pabrik dan biaya depresiasi. c. Biaya administrasi dan umum yaitu biaya yang timbul dalam kegiatan pengoperasian dan pengawasan yang meliputi gaji karyawan, administrasi, engineering, pembelian dan lain-lain. Besarnya jumlah biaya ini akan tergantung pada jumlah biaya langsung dan biaya tidak langsung dalam proses produksi. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Model Penelitian Dalam proses penelitian ini dilakukan proses pengelasan terhadap tiga macam ketebalan plat serta dengan menggunakan tiga jenis sambungan sebagaimana yang diperlihatkan dalam Model desain yang dipergunakan dalam penelitian, tabel dibawah ini. Tabel3.1. Jenis Sambungan TEBAL PLAT JENIS SAMBUNGAN Sambungan Lurus Sambungan Pojok Sambungan Tumpang Dengan desain seperti tersebut di atas akan dicari komponen-komponen biaya yang akan terakumulasi dalam kelompok biaya; a. Biaya Elektroda b. Biaya Peralatan c. Biaya Listrik d. Biaya Tenaga Kerja. 3.2. Perhitungan Biaya 3.2.1. Biaya Elektroda Bahan baku yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa plat dengan ukuran, 12 mm dan, kemudian elektroda dalam hal ini juga termasuk dalam jenis bahan baku. Untuk menghitung besarnya biaya elektroda maka terlebih dahulu harus diketahui jenis sambungan yang akan dipergunakan, kemudian menentukan besarnya kerugian elektroda yang terbuang yang dinamakan filler metal yield (FMY). Dalam hal ini dipergunakan rumus-rumus perhitungan untuk mencari; a. Berat logam pengisi yang dideposit (kg/m) = Luas Penampang (m 2 ) x Berat Jenis Logam Pengisi dimana; Jenis elektroda jenis mild steel = 0,283 lb/m 3 = 7,833 x 10-6 kg/mm 3 76

ISSN: 2355-3553 b. Berat logam pengisi yang dibutuhkan (kg) = Berat logam yang didefosit (kg) / FMY (%) c. Biaya elektroda (Rp/m) = Harga elektroda (rp) x logam pengisi yang dideposit (kg/m) Filler metal yeild (%) 3.2.2. Biaya Peralatan Biaya peralatan adalah biaya yang berhubungan dengan proses pengelasan, yang meliputi; a. Harga beli mesin (rectifier lincolln DC 400 amp). b. Biaya perawatan mesin c. Biaya depresiasi mesin Semua biaya ini diakumulasi menjadi RP/jam dan dimasukkan dalam rumus sebagai berikut; Biaya Peralatan (RP / jam) = Biaya Peralatan (Rp. / Jam) x Berat Logam yang Didefosit (kg/m) Tingkat Defosit Logam (kg/jam) x faktor Operator (%) 3.2.3. Biaya Listrik Metode SMAW mempergunakan listrik sebagai sumber energi, karena itu besarnya biaya listrik harus diperhitungkan. Untuk menghitung besarnya biaya listrik dapat dilakukan dengan mempergunakan rumus sebagai berikut; Biaya Listrik (Rp/m) = Biaya/kwh (Rp./kwh) x Votl x Ampere x Logam yang dideposit (kg/m) 1000 x Tingkat deposit logam (kg/jam) x faktor operator % x Effisiensi Dimana; - Biaya/kwh merupakan biaya listrik di PT B - Volt merupakan tegangan yang digunakan di PT B - Ampere merupakan arus yang digunakan di PT B pada saat proses mengelas - Faktor operator = 20 - Effisiensi merupakan effisiensi mesian las yang digunakan = 55 % 3.2.4. Biaya Tenaga Kerja Dalam menentukan besarnya biaya tenaga kerja pada umumnya merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan pekerja guna menyelesaikan pekerjaan tersebut, dalam hal ini, umumnya dikeluarkan pada biaya pekerja berdasarkan upah dengan memperhatikan jam pekerja atau waktu kerja. Untuk menentukan besarnya biaya tenaga kerja ini, sebelumnya perlu diketahui besarnya tingkat defosit logam yang digunakan dengan mempergunakan rumus sebagai berikut; a. Tingkat Defosit Logam (kg/jam) = Kecepatan leleh standar (cm/dtk) x 3600. Panjang elektroda/berat elektroda (cm/kg) FMY (%) b. Biaya Tenaga Kerja (Rp./m) = Upah (Rp/jam) x Berat logam yang didefosit (kg). Tingkat defosit logam (kg/jam) x faktor operator (%) 77

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam metodologi diatas bahwa penelitian ini menggunakan variasi ; - Tebal plat, dan - Sambungan lurus, pojok dan tumpang Kemudian dicari besarnya komponen biaya yang dapat terakumulasi dalam biaya-biaya, sebagai berikut; a. Biaya Elektroda b. Biaya Peralatan c. Biaya Listrik d. Biaya Tenaga Kerja. 4.1. Perhitungan Biaya Elektroda Dalam menghitung besarnya biaya elektroda ini diperlukan data-data mengenai; a. Luas penampang sambungan yang digunakan dalam penelitian b. Berat jenis logam pengisi c. Filler metal yield (FMY) d. Harga elektorda 4.1.1. Luas Penampang Sambungan Dalam menghitung besarnya luas penampang sambungan (mm 2 ), pada saat melakukan proses pengelasan, luas penampang harus lebih besar dari luas teoritis, keadaan ini dikarenakan dalam mengelas diperlukan adanya lapisan penguat, untuk itu dalam penelitian ini luas penampang ditambahkan sebesar 10 % guna menutupi lapisan penguat tersebut. Dari perhitungan yang dilakukan didapat luas penampang sebagai berikut; Tabel 4.1. Luas Penampang (mm 2 ) 19,80 100,94 229,73 19,80 118,99 165,09 19,80 79,2 178,2 4.1.2. Berat Jenis Logam Pengisi Dalam penelitian ini menggunakan jenis elektroda berupa mild steel dengan berat jenis 7,8335 x 10-6 kg/mm 2. Berat logam yang dideposti (kg/m) dapat dihitung dengan rumus : Berat logam yang dideposit (kg/m) = 1000 x luas penampang (mm 2 ) x B.J. logam Pengisi (kg / mm 2 ). Dengan memasukkan masing-masing harga kedalam rumus tersebut didapat hasil perhitungan seperti diperlihatkan dalam tabel IV. 2 berikut ini : Tabel 4. 2. Berat Logam yang Dideposit (kg/mm 2 ) 0,1551 0,7907 1,7995 0,1551 0,9322 1,2932 0,1551 0,6204 1,3959 78

ISSN: 2355-3553 4.1.3. Filler metal yield (FMY) Pada pengelasan jenis SMAW didapat bahwa lebih kurang 60 % 4.1.4. Harga Elektroda Dalam penelitian ini harga elektroda yang dipergunakan ditentukan sebesar Rp. 25.000,-/kg 4.1.5. Besar biaya elektroda( Rp./m) adalah Harga Elektroda (RP) x Logam pengisi yang dideposit (kg / m) ------------------------------------------------------------------------------------- = Filler Metal Yield (%) Dengan demikian besar biaya elektroda dari setiap jenis sambungan dan tebal plat setelah dimasukkan dalam perumusan diatas didapat sebagai berikut (tabel IV. 3) dibawah ini; Tabel 4. 3. : Baiaya Elektroda (Rp./m) 6.462,5 32.945,836 74.979,164 6.462,5 38.841.664 53.883,334 6.462,5 25.849,315 58.162,500 Total Biaya 114.387,5 99.151,494 90.474,315 4.2. Perhitungan Biaya Peralatan Untuk menentukan besarnya biaya peralatan maka perlu diketahui besarnya; a. Harga beli mesin las (merek Lincoln) Rp. 36. 000.000,- b. Biaya perawatan per tahun Rp. 1.800.000,- c. Depresiasi pertahun Rp. 3.250.000,- 4.2.1. Biaya Peralatan (Rp./jam) = Harga Mesin + biaya perawatan 6 tahun + Depresiasi 6 tahun Jumlah jam kerja 6 tahun 36.000.000 + 10.800,000 + 19.500.000 --------------------------------------------------------------- = RP. 5.312,5 / jam 12.480 Besar biaya peralatan diakumulasikan sebagai berikut; 4.2.2. Biaya Peralatan (Rp. / m) = Biaya Peralatan (Rp. /jam) + Berat logam yang dideposit (kg /m) ---------------------------------------------------------------------------------------- = Tingkat deposit logam (kg/jam) x Faktor operator (%) Dengan demikian untuk menghitung besarnya biaya peralatan ini perlu terlebih dahulu dicari : 4.2.2.1. Kecepatan leleh standar. Kecepatan leleh standar ditentukan sebagaimana yang diperlihatkan dalam tabel dibawah ini : 79

Tabel 4.4. : Kecepatan Leleh Standar (cm/dtk) 0,70 0,65 0,60 0,72 0,67 0,62 0,74 0,79 0,64 4.2.2.2. Tingkat deposit logam (kg/jam). Tingkat deposit logam (kg/jam) = Kecepatan leleh elektroda (cm/dtk) x 3600 ---------------------------------------------------------------- Panjang/berat elektroda (cm/kg) x FMY (%) Sehingga dengan memasukkan kedalam rumus tersebut diatas didapat besarnya tingkat deposit logam untuk tiap sambungan dan ketebalan plat seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini : Tabel 4. 5. : Tingkat Deposit Logam (Kg/jam) 12.836 11.919 11.002 13.205 12,286 11,369 13.569 14,486 11,736 4.2.3. Total Biaya Peralatan Dengan mengasumsikan besarnya faktor operator sebesar 20 % maka total biaya peralatan sebagaimana rumus tersebut diatas didapat sebagaimana yang diperlihat melalui tabel dibawah ini; Tabel 4.6. : Total Biaya Peralatan (Rp. /m) 320,960 1.762,142 4.344,594 311,961 2.015,429 3.021,429 295,596 1.137,607 3.159,389 Total Biaya 6.427,696 5.348,819 4.592,592 4.3. Perhitungan Biaya Listrik. Didalam menentukan besarnya biaya listril maka diperlukan data-data sebagai berikut (berdasarkan asumsi) : a. Biaya listrik per kwh Rp. 1.114,74,- b. Tegangan yang digunakan 220 V c. Besar arus 150 A d. Berat logam yang dideposit seperti tabel IV. 2. e. Tingkat deposit logam seperti tabel IV. 5. f. Faktor operator yang ditentukan sebesar 20 % g. Effisiensi mesin 70 % Maka besar biaya listrik ini dapat dicari dengan rumus sebagai berikut; 80

ISSN: 2355-3553 Biaya listrik (Rp. /m) = Biaya KWH x Voltase (V) x Arus (A) x Berat Logam yang dideposit (kg/m) ------------------------------------------------------------------------------------------------ 1000 x Tingkat Deposit Logam (kg/jam) x FO (%) x Eff. (%) Tabel 4.7. : Besar Biaya Listrik (Rp. /m) 3.174,984 17.431,365 42.977,357 3.086,262 18.549,413 29.888,417 3.003,471 11.253,375 31.253,142 Total Biaya 63.583,706 51.524,092 45.509,988 4.4. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Untuk menentukan besarnya biaya tenaga kerja, maka diperlukan data-data sebagai berikut; a. Kecepatan leleh elektroda (cm/dtk), sebagaimana tabel 4. IV. b. Panjang elektroda / berat elektroda (cm / kg) = 327,21 cm/kg c. Upah pekerja berdasar UMR = Rp. 2.484.000,- / buln = Rp. 12.937,5,- / jam d. Faktor operator ditentukan 20 % Sehingga besarnya biaya tenaga kerja (Rp. / m) adalah : Tabel 4. 8. : Besar Biaya Tenaga Kerja (Rp. /m) 749,008 4.291,334 10.580,363 759,790 4.908,163 7.358,068 739,408 2.770,408 7.694,042 Total biaya 15.620,705 13.026,016 11.203,858 4.5. Jumlah Biaya Pengelasan Jumlah biaya pengelasan merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang terjadi dalam proses pengelasan tersebut yang terdiri dari : a. Biaya elektroda b. Biaya peralatan c. Biaya listrik d. Biaya tenaga kerja Tabel 4. 9. Jumlah Biaya Pengelasan 10.704,452 56.430,677 132.881,478 10.620,513 63.314,669 94.151,248 10.500,975 41.010,705 100.269,073 Total Biaya 200.016,607 168.086,730 151.780,753 Dari hasil perhitungan-perhitungan yang didapat terhadap besarnya biaya pengelasan diperusahaan B ini, maka dari data-data tersebut dapat dianalisa sebagai berikut; 1. Besarnya biaya pengelasan dari masing-masing ketebalan pelat yang dinakan terhadap jenis sambungan, yaitu sambungan lurus, sambungan pojok dan sambungan tumpang. 2. Besarnya akumulasi biaya yang terjadi dari setiap ketebalan plat terhadap jenis sambungan yang digunakan, yaitu biaya elektroda, biaya peralatan, biaya listrik dan biaya tenaga kerja. 81

B. 1. Biaya Elektroda Besar biaya elektroda berkaitan erat dengan harga pasar dari harga elektroda dipasar. Biaya elektroda. Dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa besarnya biaya elektroda dalam proses pengelasan ini ternyata memberikan biaya yang paling dominan dan paling besar dibandingkan dengan unsur-unsur biaya yang lain yaitu biaya peralatan, biaya listrik dan biaya tenaga kerja. Besarnya biaya elektroda ini antara lain disebabkan oleh adanya kerugian terhadap elektroda yang terbuang sebagaimana yang terjadi dalam pengelasan SMAW, kemudian kerugian lapisan pembungkus serta kerugian percikan yang besarnya tergantung pada teknik pengelasan. Rupiah 80.000,00 70.000,00 60.000,00 50.000,00 40.000,00 30.000,00 20.000,00 10.000,00 0,00 Sambungan Lurus Sambungan Pojok Sambungan Tumpang Tebal Plat Gambar 4.1. Biaya Elektroda Dari Setiap Tebal Plat dengan Setiap Jenis Sambungan Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa besarnya biaya elektroda dalam sambungan lurus memberikan unsur biaya yang paling besar = Rp. 114.387,5,- dibandingkan dengan unsur biaya yang terjadi pada sambungan tumpang = Rp. 99.151,494,- dan sambungan pojok = Rp. 90.474,315,- kemudian dari setiap tebal plat yang digunakan dalam proses pengelasan besar biaya yang dikeluarkan dengan tebal plat semakin besar akan memberikan biaya yang semakin besar pula, besarnya biaya dengan ketebalan plat sebesar diberikan dalam sambungan lurus = Rp. 74.979,164,- dan diikuti pada sambungan tumpang = Rp. 58.162,500,- serta sambungan pojok = Rp. 53.883,334,-. Untuk ketebalan plat ternyata pada sambungan pojok memberikan besar biaya tertinggi sebesar Rp. 38.841.664,- kemudian diikuti dalam sambungan lurus = Rp. 32.945,836,- dan sambungan pojok = Rp. 25.849,315,-. Pada ketebalan plat ternyata tidak memberikan perbedaan terhadap besarnya biaya elektroda yang dikeluarkan masing-masing sebesar Rp. 6.462,5,- B. 2. Biaya Peralatan Dari gambar IV 2 dibawah ini dapat diketahui bahwa besarnya penggunaan terhadap biaya peralatan ternyata diberikan dalam sambungan lurus = Rp. 6.427,696,- diikuti dengan penggunaan peralatan pada sambungan pojok = Rp. 5.348,819,- dan sambungan tumpang = Rp. 4.592,592,- Sehingga setiap ketebalan plat yang dipergunakan semakin besar akan diikuti dengan peningkatan biaya yang dikeluarkan, hal ini diperlihatkan dari setiap jenis sambungan yang dipergunakan. Pada jenis sambungan lurus memberikan besar biaya peralatan yang tertinggi sebesar Rp. 4.344,594,- sedangkan pada jenis sambungan pojok = Rp. 3.021,429,- dan sambungan tumpang 82

ISSN: 2355-3553 = Rp. 3.159,389,- relatif tidak terjadi perbedaan yang mencolok untuk jenis sambungan pojok dengan sambungan tumpang, hal ini terjadi untuk ketebalan plat sebesar. Sedang untuk ketebalan plat sebesar biaya peralatan terbesar diserap pada jenis sambungan pojok = Rp. 2.015,429,- diikuti jenis sambungan lurus = Rp. 1.762,142,- dan jenis sambungan tumpang = Rp. 1.762,142,- Dalam ketebalan plat sebesar tidak terjadi perbedaan biaya peralatan, masing-masing Rp. 320,960,- untuk sambungan lurus, Rp. 311,961 untuk sambungan pojok dan = Rp. 295,596 untuk sambungan tumpang. 5.000,00 4.000,00 Rupiah 3.000,00 2.000,00 1.000,00 0,00 Sambungan Lurus Sambungan Pojok Sambungan Tumpang Tebal Plat Gambar 4.2. Biaya Peralatan Dari Setiap Tebal Plat dengan Setiap Jenis Sambungan B. 3. Biaya Listrik Axis Title 50.000,000 45.000,000 40.000,000 35.000,000 30.000,000 25.000,000 20.000,000 15.000,000 10.000,000 5.000,000 0,000 Sambungan Lurus Sambungan Pojok Sambungan Tumpang Tebal Plat Gambar 4.3. : Besar Biaya Listrik 83

Besarnya biaya listrik yang terjadi dalam proses ini dapat diperlihatkan melalui gambra IV. 3 diatas, dimana besarnya biaya listrik pada proses sambungan lurus memberikan unsur biaya yang paling besar = Rp. 63.583,706,- di ikuti dengan sambungan pojok = Rp. 51.524,092,- dan terakhir sambungan tumpang = Rp. 45.509,988,-. Ketebalan plat yang digunakan sebesar memberikan perbedaan terhadap biaya listrik yang digunakan dimana pada jenis sambungan lurus memberikan unsur biaya listrik paling besar = Rp. 42.977,357,- sedangkan pada sambungan tumpang = Rp. 31.253,142,- dan sambungan pojok besar = Rp. 29.888,417,- dengan ketebalan plat sebesar pada sambungan lurus biaya yang terjadi sebesar = Rp. 17.431,365,- dan sambungan pojok = RP. 18.549,413,- sedangkan sambungan tumpang sebesar Rp. 11.253,375,-. Pada ketebalan plat ternyata pada setian jenis sambungan tidak memberikan perbedaan yang besar terhadap biaya yang dikeluarkan yaitu masing =Rp. 3.174,984,- untuk sambungan lurus, = Rp. 3.086,262,- untuk sambung pojok dan = Rp. 3.003,471,- untuk sambungan tumpang. B. 4. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga yang terjadi dalam penelitian ini dapat diikuti melalui gambar B. IV 4 dibawah ini, dimana besarnya biaya tenaga kerja untuk proses pengelasan yang dilakukan dengan sambungan lurus memberikan besar biaya yang paling tinggi = Rp. 15.620,705,- kemudian diikuti pada proses dengan sambungan pojok = Rp. 13.026,016,- dan sambungan tumpang = 11.203,858,- hal ini diperlihatkan melalui ketebalan plat. Sedangkan untuk ketebalan plat biaya tenaga kerja yang terbesar adalah terjadi pada proses dengan sambungan pojok = Rp. 4.908,163,- diikuti proses pada sambungan lurus = Rp. 4.291,334,- dan sambungan tumpang = Rp. 2.770,408,-. Untuk ketebalan plat plat biaya tenaga kerja yang terjadi pada masing-masing jenis sambungan relatif tidak terjadi perbedaan dalam kata lain terjadi perbedaan yang tipis terhadap biaya tenaga kerja pada setiap jenis sambungan = Rp. 759,790 pada sambungan pojok, = Rp. 749,008,- pada sambungan lurus dan = Rp. 739,408,- pada sambungan tumpang. 12.000,000 10.000,000 8.000,000 Biaya 6.000,000 4.000,000 2.000,000 0,000 Sambungan Lurus Sambungan Pojok Sambungan Tumpang Tebal plat Gambar 4.4. Besar Biaya Tenaga Kerja 84

ISSN: 2355-3553 B. 4. Biaya Total 140.000,00 120.000,00 100.000,00 Biaya 80.000,00 60.000,00 40.000,00 20.000,00 0,00 Sambungan Lurus Sambungan Pojok Sambungan Tumpang Tebal Plat Gambar 4.5. Biaya Total Biaya total adalah merupakan gabungan biaya yang terjadi, yang diakumulasikan dari biaya elektroda, biaya peralatan, biaya listrik dan biaya tenaga kerja. Dari gambar IV 5 diatas dapat diketahui bahwa biaya yang terbesar dalam proses pangelasan ini dengan besar semua ketebalan plat yang digunakan diberikan dalam sambungan lurus yaitu sebesar Rp. 200.016,607, sedangkan dalam sambungan pojok besar biaya yang terjadi adalah Rp. 168.086,730, dan untuk sambungan tumpang besar biaya yang dihasilkan adalah Rp. 151.780,753. Bila diperhatikan pada setiap jenis sambungan dengan ketebalan plat yang dipergunakan maka pada ketebalan plat jenis sambungan lurus memberikan biaya yang terbesar diikuti pada jenis sambungan tumpang dan jenis sambungan pojok. Untuk ketebalan plat ternyata unsur biaya yang terbesar diserap oleh jenis sambung pojok, diikuti jenis sambungan lurus dan jenis sambungan tumpang, sedangkan untuk ketebalan plat biaya yang terbesar diserap oleh jenis sambungan lurus pojok dan tumpang, akan tetapi perbedaannya sangat tipis, tapi kalau diperhatikan perbedaan antara biaya yang terjadi pada jenis sambungan lurus dengan jenis sambungan tumpang terjadi perbedaan yang lebih besar bil dibandingankan antara jenis sambungan lurus dengan sambungan pojok dan antara jenis sambungan pojok dengan jenis sambungan tumpang. 5. KESIMPULAN Dengan memperhatikan uraian pembahasan tersebut diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penentuan besarnya harga produk dapat ditentukan lebih mendetail dengan melakukan perhitungan besarnya biaya pengelasan dari setiap elemen produk yang akan dibuat. 2. Untuk menghitung besarnya biaya proses pengelasan harus mempertimbangkan faktorfaktor seperti, logam yang akan dilas, jenis sambungan pengelasan, posisi dari pengelasan, ketebalan logan yang akan di las serta kecepatan leleh dari elektroda yang dipergunakan. 3. Besarnya biaya secara keseluruhan terakumulasi melalui biaya elektroda, biaya peralatan, biaya listrik dan biaya tenaga kerja. 85

4. Biaya terbesar dalam proses pengelasan didominasi oleh biaya elektroda. 5. Berdasarkan pada jenis sambungan biaya yang terbesar didapat pada jenis sambungan lurus. 6. Dengan menggunakan tebal plat biaya tertinggi di dapat pada proses pengelasan dengan mempergunakan jenis sambungan lurus. 7. Dengan menggunakan ketebalan plat sebesar biaya tertinggi didapat melalui jenis sambungan pojok. 8. Pada ketebalan plat, besarnya biaya yang terjadi dari ketiga jenis sambungan relatif kecil. DAFTAR PUSTAKA Amstead, B.H., Ostwald, Philip F., Begemen, Myron L., Manufacturing Processes, Seventh Edition, John Wiley & Sons, Inc. Toronto, 1979. Amstead, B.H., Ostwald, Philip F., Begemen, Myron L., dan Djafri Sriati, Teknologi Mekanik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1997. Cary, Howard B., Modern Welding Technology, Second Edition, Prantice hall, Inc., New Jersey, 1989. Harsono Wiryosumartoa, Prof. Dr. Ir., dan Okumura Thosie, Prof. Dr., Teknologi Pengelasan Logam, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta, 2000. Tarmizi Husni, Estimsi Biaya Produksi dan Penentuan Harga Alat Penukar kalor di PT B, Thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1996. 86