BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Sebuah penelitian harus menggunakan suatu paradigma. Banyak sekali definisi mengenai paradigma itu sendiri. Dibawah ini definisi mengenai paradigm menurut para ahli. 1 Paradigma merupakan perspektif penelitian yang digunakan peneliti, yang berisi bagaimana peneliti melihat realita (world views), bagaimana mempelajari fenomena, cara-cara yang digunakan dalam penelitian, dan cara-cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. Pemiliahn paradigm penelitian dalam konteks desain penelitian menggambarkan pilihan sutau kepercayaan yang akan mendasari dan member pedoman seluruh proses penelitian (Guba, 1990) 2 Deddy Mulyana (2003) dalam Tahir (2011:59) mendefinisikan paradigma sebagai suatu kerangka berpikir yang mendasar dari suatu kelompok saintis (ilmuwan) yang menganut suatu pandangan yang dijadikan landasan untuk mengungkap suatu fenomena dalam rangka mencari fakta. 3 Arifin (2012: 146), paradigma dapat didefinisikan sebagai acuan yang menjadi dasar bagi setiap peneliti untuk mengungkapkan fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi, paradigma adalah satu set asumsi konsep, nilai-nilai dan praktek dan cara pandang realitas dalam disiplin ilmu. Paradigma merupakan cara pandang atau pola pikir komunitas ilmu pengetahuan atas peristiwa/realitas/ilmu 1 Imam Gunawan. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 25 2 Tahir, Muh. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar. Hal 59 3 Arifin,Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Rosdakarya. Hal 146 47
48 pengetahuan yang dikaji, diteliti, dipelajari, dipersoalkan, dipahami dan untuk dicarikan pemecahan persoalannya. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pendekatan konstruktivistik. 4 Arifin (2012: 140), Paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendiri. Kenyataan itu bersifat ganda, dapat dibentuk, dan merupakan satu keutuhan. Kenyataan ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berpikir seseorang. Pengetahuan hasil bentukan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi berkembang terus. Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran. Pendekatan konstruktivistik merupakan paradigma yang memandang kenyataan hasil buatan manusia. Kenyataan sendiri adalah hasil dari bentukan manusia yang akan terus berkembang. Intinya yaitu paradigma konstruktivistik berpandangan pengetahuan bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga hasil dari konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. 3.2 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja yang berlaku. 5 Mardalis (1999:26), Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata 4 Arifin,Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Rosdakarya. Hal 140 5 Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 26
49 lain penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasiinformasi mengenai keadaan yang ada. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Metode penelitian studi kasus. 6 Menurut Suparlan (1997:95), untuk memahami makna yang ada dalam suatu gejala sosial, maka seorang peneliti harus dapat berperan sebagai perilaku yang ditelitinya dan harus dapat memahami para pelaku yang ditelitinya agar dapat mencapai tingkat pemahaman yang sempurna mengenai makna-makna yang terwujud dalam gejalagejala sosial yang diamatinya. 7 Menurut Max Weber, landasan berpikir dalam penelitian kualitatif menyatakan bahwa pokok penelitian sosiologi bukan gejala-gejala sosial tetapi pada makna-makna yang terdapat di balik tindakan-tindakan perorangan yang mendorong terwujudnya gejala-gejala sosial tersebut. Oleh karena itu, metode yang utama dalam sosiologi Max Weber adalah verstehen atau pemahaman (jadi bukan erklaren atau penjelasan). Setiap penelitian harus memiliki desain penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. peneliti yang menggunakan metode penelitian studi kasus bertujuan untuk memahami objek yang ditelitinya. Meskipun demikian, berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami objek yang ditelitinya secara khusus sebagai suatu kasus. 8 Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how dan why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. 6 Imam Gunawan. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 34 7 Imam Gunawan. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 33 8 Robert K. Yin. 2015.Studi Kasus: Desain & Metode. Depok: PT Rajagrafindo Persada. Hal 1
50 Penelitian ini berkenaan dengan how dan why sehingga metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus. Metode penelitian studi kasus sering digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial. 3.4 Subyek Penelitian Metode yang digunakan dalam menentukan narasumber, peneliti menggunakan purposive sampling. 9 Menurut Sugiyono (2013:218-219) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa, narasumber adalah orang yang memberi informasi lebih lanjut mengenai penelitian. Berdasarkan kesimpulan di atas apabila dikaitkan dengan penelitian, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat beberapa informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Deni, Humas PT PLN (Persero) Area Bogor yang mengurus segala aktivitas humas. B. Humas Kantor Pusat PT. PLN (Persero). C. Kemal Pribadi, Masyarakat Kota Bogor yang terkena pencabutan subsidi listrik di wilayah Bogor Tengah. D. Jovie Yordan, Jurnalis media online dari Kumparan.com. 3.5 Teknik Pengumpulan Data 9 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hal 218-219
51 A. Data Primer Sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Wawancara merupakan contoh dari data primer. Wawancara merupakan komunikasi berupa percakapan antara dua orang atau lebih, yang terdiri dari pewawancara yang mengutarakan pertanyaan dan yang diwawancarai yang menjawab pertanyaan. Wawancara merupakan sumber essensia bagi studi kasus. Bentuk wawancara yang digunakan adalah tipe openended, dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci (key informan) tentang fakta-fakta suatu peristiwa disamping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. B. Data Sekunder Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan. Sumber sekunder seperti peneliti menggunakan dokumen-dokumen sebagai pendukung dalam melengkapi informasi yang peneliti dapat dari hasil wawancara. 3.6 Teknik Analisis Data Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003:70), yaitu sebagai berikut :
52 A. Pengumpulan Data (Data Collection) Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi. B. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan tramsformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan. C. Display Data Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan. D. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification) Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan. Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan
53 upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja. 3.7 Teknik Keabsahan Data Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Keabsahan data membuat kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Penelitian ini melakukan triangulasi data agar mendapatkan keabsahan data. 10 Triangulasi data pada hakikatnya merupakan pendekatan multi-metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Denzin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan/kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Triangulasi sebagai salah satu teknik pemeriksaan data secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman pribadi peneliti saja tanpa melakukan pengecekan kembali dengan penelitian lain. Triangulasi ini 10 Pujileksono. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Kelompok Intrans Publishing. 2015 hal 144
54 merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dari beberapa cara pandang tersebut akan bisa dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya.