BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. hampir sama dengan anak kebanyakan. Namun takdir berkata lain anak yang

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

Suatu Langkah Awal Pencegahan Anak Pendek

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. semakin baik. Status gizi anak balita akan berkaitan erat dengan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting. bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebanyak 11,2 % anak usia 5-12 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

USIA REMAJA. Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal tahun dan berakhir usia 18 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama mengenai gizi yang terjadi di Indonesia antara lain yaitu

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu status gizi dan kesehatan anak didik. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh masalah gizi terhadap pertumbuhan, perkembangan, intelektual dan produktivitas menunjukkan besarnya peranan gizi bagi kehidupan manusia. Jika terjadi gangguan gizi, baik gizi kurang maupun gizi lebih, pertumbuhan tidak akan berlangsung optimal. Kekurangan zat gizi menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi dan jatuh sakit, sedangkan kelebihan zat gizi akan meningkatkan risiko penyakit degeneratif di masa yang akan datang (Ramadani dalam Yolanda, 2014). Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya di dominasi oleh masalah Kurang Energi protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas di kota-kota besar (Supariasa, 2014). Indonesia selain mengalami gizi kurang juga mengalami gizi lebih. Masalah gizi kurang sering luput dari penglihatan atau pengamatan biasa sering kali tidak cepat ditanggulangi padahal dapat memunculkan masalah besar. Selain gizi kurang, secara bersamaan Indonesia juga mulai menghadapi masalah gizi 1

2 lebih dengan kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, Indonesia tengah menghadapi masalah gizi ganda. Salah satu kelompok yang rentan dengan masalah gizi yaitu remaja (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Remaja merupakan masa transisi anak dan dewasa, selama remaja perubahan hormonal mempercepat pertumbuhan. Masalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa. Masalah gizi pada remaja masih terabaikan karena masih banyaknya faktor yang belum diketahui (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2013). Kebutuhan gizi pada remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan fisik, mental, dan emosional yang cepat. Selain itu remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibandingkan usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Remaja yang kurang gizi atau terlalu kurus (KEK), anemia, kekurangan kalsium, vitamin D, yodium, seng dan kekurangan vitamin, serta mineral lainnya akan mempengaruhi proses reproduksi (Proverawati, 2011). Khusunya remaja putri yang mengalami gangguan pertumbuhan, maka badan menjadi lebih pendek dan tulang panggul tidak sempurna akibatnya sulit melahirkan (calon ibu TB < 145 cm, risiko tinggi mengalami kesulitan pada waktu melahirkan). Calon ibu dengan BB < 45 kg, risiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR). Anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dapat menyebabkan risiko pendarahan waktu melahirkan.

3 Umumnya remaja putri dan wanita lebih mudah menderita anemia dibanding remaja putra dan pria. Remaja putri yang terpelihara kadar gizinya akan terpelihara kesehatan reproduksinya. Jika kondisi sehat ini terus dipertahankan sampai kondisi memasuki masa hamil maka akan mendapatkan anak yang sehat dan cerdas (Proverawatin dan Erna, 2011). Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang yang kedua kurang asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi dan gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering sakit-sakitan. Dari masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna meningkatkan status gizi dan kesehatannya. Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan. Kurus itu indah, kata mereka dan sering merupakan moto bagi remaja perempuan. Body image kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab anorexia nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah di makan), khususnya remaja perempuan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi status gizi menurut Indeks Masa Tubuh/Umur (IMT/U) remaja umur 16 18 tahun

4 menurut provinsi, prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4 % (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus). Prevalensi gemuk pada remaja umur 16-18 tahun sebanyak 7,3 % yang terdiri dari 5,7 % gemuk dan 1,6 % obesitas sedangkan Prevalensi Status Gizi umur 15-24 menurut IMT di Provinsi Gorontalo kurus 20,8 %, normal 68,1 %, BB lebih 5,2 % dan Obesitas 5,9 %. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) bahwa masalah gizi lebih dominan terjadi di daerah perkotaan daripada pedesaan. Madrasah Aliyah Al-Huda merupakan salah satu sekolah yang berada di daerah perkotaan. Siswa di Madrasah ini terlihat lebih cenderung kurus, di Madrasah ini siswa yang tinggal di pondok pesantren hanya sebagian kecil lebih banyak yang tinggal di rumah. Meskipun merreka tinggal di rumah tetapi masih ada siswa yang kurus, selain itu pula mereka sering makan jajanan yang ada di sekitar sekolah yang kurang memenuhi standar gizi. Menurut Adriani, 2012 sebagian makanan jajanan sekolah itu mengandung bahan kimia berbahaya. Berdasarkan wawancara dengan pihak sekolah bahwa disekolah ini juga belum ada penyuluhan kesehatan dari pihak kesehatan. Dari survey awal dilakukan pengukuran berat dan tinggi badan, diketahui bahwa dari 35 orang (16,99 %) dari 206 siswa Madrasah Al-Huda status gizi dilihat dari IMT antara lain remaja bergizi lebih 6 orang (17,1 %), remaja bergizi normal 15 orang (42,9 %), remaja bergizi kurang 14 orang (40 %). Berdasarkan uraian tersebut bahwa prevalensi gizi salah (Malnutrition) lebih besar daripada yang bergizi normal. Hasil wawancara dengan 5 orang siswa remaja putri dengan gizi salah bahwa pengetahui gizi mereka kurang, terutama

5 dalam hal menjaga berat badan ideal dan konsumsi makanan yang tidak berdasarkan kandungan gizinya, mereka sering makan cemilan dan jajan sembarangan hal ini dapat mempengaruhi kesehatan gizi jika asupan makanan tidak memperhatikan kualitas maupun kuantitas hidangan. Menurut Sulviana, (2012) konsumsi gizi makanan pada seseorang akan menentukan tercapainya derajat kesehatan atau yang sering disebut dengan status gizi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan akibat gizi. Menurut Santoso (dalam Nadimin, 2011) jika konsumsi makanan baik kualitas, namun jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh dinamakan konsumsi lebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Selain itu informasi yang diperoleh dari wawancara bahwa mereka juga kurang melakukan aktifitas olahraga karena alasan lelah pulang sekolah. Menurut Supariasa dalam (Saputro dan Nurhayati, 2014 ) status gizi juga dipengaruhi oleh Pendidikan orang tua yang rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak sekolah tahun 2012 siswa dengan ekonomi lemah sebanyak 30 siswa (17,2 %) dari 174 siswa. Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan 5 orang bahwa 3 orang siswa yakni tingkat pendidikan orang tua dan status ekonomi mereka rendah. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, asupan gizi

6 yang sesuai, sehingga orang tua dapat menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya (Cahyaningsih dalam Saputro dan Nurhayati, 2014). Penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi langsung status gizi yang akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi.kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi, terutama jumlah anak yang banyak dengan keadaan sosial ekonomi cukup akan berakibat pada pemenuhan kebutuhan primernya (Suharjo dalam Septiana, 2011). Faktor lingkungan juga mempengaruhi status gizi yaitu mempengaruhi perilaku hidup sehari hari dan mempengaruhi budaya suatu masyarakat pada kebiasaan makan dan kebiasaan aktivitas fisik (Yatim, 2010). Berdasarkan data dan fakta tentang keadaan gizi remaja di atas, peneliti menyimpulkan bahwa remaja itu sangat rentan dan dapat dikatakan rawan dengan permasalahan gizi, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda Kota Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah: 1. Prevalensi status gizi (IMT/U) remaja umur 16 18 tahun secara nasional prevalensi kurus sebesar 9,4 % Prevalensi gemuk sebesar 7,3 % (Riskesdas, 2013). 2. Prevalensi Status Gizi umur 15-24 menurut IMT di Provinsi Gorontalo kurus 20,8 %, BB lebih 5,2 % dan Obesitas 5,9 % (Riskesdas, 2007).

7 3. Berdasarkan pengukuran awal siswa Madrasah Aliyah Al-Huda prevalensi gizi salah (Malnutrition) lebih besar daripada yang bergizi normal. Remaja bergizi lebih 6 0rang (17,1 %), normal 15 0rang (42,9 %), bergizi kurang 14 orang (40 %). 4. Rendahnya pengetahuan mengenai gizi pada remaja putri Madrasah Aliyah Al- Huda. 5. Asupan makanan siswa tidak memperhatikan kualitas dan kuantitas hidangan makanan, mereka sering makan jajanan yang ada di sekitar sekolah yang kurang memenuhi standar gizi. 6. Remaja putri kurang melakukan aktifitas fisik karena alasan lelah pulang sekolah. 7. Pendidkan ibu, pendapatan orang tua dan jumlah anak, lingkungan mempengaruhi status gizi terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan. Dimana berdasarkan data siswa tahun 2012 siswa dengan ekonomi lemah sebanyak 30 siswa (17,2 %) dari 174 siswa. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda Kota Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja putri

8 1.4.2 Tujuan khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi remaja putri 2. Untuk mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan status gizi remaja putri 3. Untuk mengetahui hubungan asupan makanan dengan status gizi remaja putri 4. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan status gizi remaja putri 5. Untuk mengetahui hubungan pendapatan orang tua dengan status gizi remaja putri 6. Untuk mengetahui hubungan jumlah anggota keluarga dengan status gizi remaja putri 7. Untuk mengetahui hubungan lingkungan dengan status gizi remaja putri 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti dan dapat menambah pengetahuan dalam bidang ilmu gizi khususnya menyangkut tentang status gizi remaja serta memberikan pengalaman dengan mengaplikasikan teori yang dipelajari semasa kuliah.

9 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat menambah referensi yang ada mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja. 3. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang status gizi remaja dan sebagai bahan masukan agar pihak sekolah serta remaja dapat mengenal masalah gizi dan dapat menanggulangi permasalahan gizi yang ada. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan kajian untuk melaksanakan penelitian lanjut yang berkaitan dengan gizi remaja. 5. Bagi Pemerintahan dan Dinas kesehatan setempat sebagai informasi mengenai status gizi remaja.