BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini dijadikan sebagai cermin untuk melihat

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah tunas berpotensi, generasi penerus yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

Pengaruh Kegiatan Menggambar Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Permata Jl. Pendawa Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia dini adalah usia yang sangat penting bagi perkembangan anak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhandan perkembangannya.pada usia 0 tahun 8 tahaun merupakan. mengoptimalkan lima aspek perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan persaingan hidup yang semakin tinggi. Tanpa pendidikan sama sekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

Pengaruh Motorik Kasar Anak Tunagrahita Terhadap Motorik Halus (Arif Rohman Hakim, S. Or, M. Pd)

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB I PENDAHULUAN. tangan mereka kelak nasib bangsa ini ditentukan. Jika suatu bangsa memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. pada usia dini merupakan masa keemasan dimana pada masa ini setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. aspek fisik dan non fisik. Secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi dari kedudukan harta dan benda, bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun dan merupakan individu yang unik di mana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosial-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan anak. Anak-anak pada prinsipnya merupakan generasi penerus bangsa. Suatu bangsa akan mampu maju dan menghadapi persaingan global apabila memiliki generasi penerus yang andal. Untuk menciptakan generasi yang andal, tentunya tidak lepas dari unsur pendidikan yang memadai. Berkenaan dengan hal tersebut, pendidikan haruslah diberikan kepada anak sejak usia dini. Terkait dengan hal itu, anak membutuhkan program pendidikan yang mampu membuka potensi tersembunyi tersebut melalui pembelajaran bermakna sedini mungkin. Jika setiap potensi dalam diri anak dapat ditumbuhkembangkan secara optimal, maka anak akan mampu menjadi bibit unggul sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini sejalan dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14 dinyatakan bahwa:

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral dan agama secara optimal dalam lingkungan yang kondusif demokratis dan kompetitif. Pendidikan ini berupa upaya untuk memberikan, membimbing, mengasah, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui aktivitas yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan urat saraf tulang belakang. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Perkembangan ini akan berpengaruh pada kemampuan sosial emosional, bahasa, dan fisik anak. Kemampuan motorik halus sangat penting dan berpengaruh pada segi kehidupan anak karena dapat mengembangkan kemampuan dalam menulis sehingga dapat meningkatkan prestasi anak di sekolah. Kemampuan motorik halus yang dimiliki setiap anak berbeda. Ada yang lambat dan ada pula yang sesuai dengan perkembangan tergantung pada kematangan anak. Kemampuan motorik anak dikatakan terlambat, bila di usianya yang seharusnya ia sudah dapat mengembangkan keterampilan baru, tetapi ia tidak menunjukkan kemajuan. Terlebih jika sampai memasuki usia sekolah sekitar 6 tahun anak masih kesulitan untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan jarijemarinya secara fleksibel.

Demikian juga halnya keadaan yang terjadi pada anak TK Katholik Assisi dari hasil menunjukan anak kurang mampu membuat garis lurus, vertikal dan melengkung, kurang baik dalam melipat kertas, tulisan anak yang kurang rapi, mewarnai gambar yang masih terlihat coret-coret, beberapa anak juga memiliki kesulitan dalam melakukan kegiatan kemandirian seperti kesulitan dalam meresletingkan, mengancingkan, serta kurang terampil dalam memakai baju maupun sepatu. Adapun beberapa faktor yang melatarbelakangi keterlambatan perkembangan kemampuan motorik halus misalnya kurangnya kesempatan untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sejak bayi, pola asuh orangtua yang cenderung overprotektif dan kurang konsisten dalam memberikan rangsangan belajar, tidak membiasakan anak untuk mengerjakan aktivitas sendiri sehingga anak terbiasa selalu dibantu untuk memenuhi kebutuhannya, serta ada juga anak yang selalu disuapi sehingga fleksibilitas tangan dan jemarinya kurang terasah. Tidak hanya itu pesatnya kemajuan teknologi zaman sekarang seperti video games dan komputer juga melatarbelakangi hal tersebut, karena anak-anak kurang menggunakan waktu mereka untuk permainan yang memakai motorik halus. Ini bisa menyebabkan kurang berkembangnya otot-otot halus pada tangan. Keterlambatan perkembangan otot-otot ini menyebabkan kesulitan menulis ketika anak masuk sekolah. Hal ini didukung oleh pembelajaran yang diberikan guru masih bersifat konvensional yaitu kurang memunculkan minat anak dan masih kurangnya sarana prasarana pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Suatu kegitan belajar-mengajar dapat berjalan efektif apabila ada berbagai

strategi yang digunakan, baik berupa metode, model, dan pendekatan, maupun teknik. Salah satunya adalah permainan. Permainan atau game, akrab dijadikan sebagai salah satu aplikasi dalam strategi pembelajaran aktif. Sebagai seorang guru, mengaplikasikan berbagai permainan dalam kegiatan belajar-mengajar merupakan hal yang wajib dilakukan. Bermain merupakan stimulasi efektif dalam menunjang tumbuh kembang optimal anak, untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan maupun yang ia pikirkan kemudian dengan bermain anak memiliki kesempatan dan dapat mengisi waktunya, tidak hanya itu dengan bermain juga dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan membentuk daya imajinasi. Bermain dengan menggunakan alat permainan dapat memenuhi berbagai aspek perkembangan anak. Pada saat anak bermain, maka pertumbuhan otak anak, begitu juga dengan perkembangan motorik halus anak dalam berolah tangan pun kian meningkat sempurna sehingga akan makin memudahkan anak dalam melakukan proses pembelajarannya. Oleh karena itu alat permainan ini tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan anak. Hal ini sejalan dengan pegamatan yang dilakukan oleh Laura E. Berk terhadap anak-anak yang sedang bermain dihalaman sekolah atau pusat-pusat permainan edukatif lainnya, menunjukan bahwa ketika anak-anak bermain, akan muncul adanya keterampilan motorik baru yang masing-masing membentuk pola kehidupannya. Anak-anak yang sudah akrab dengan mainan edukatif sejak dini memiliki perkembangan kecerdasan yang lebih maksimal. Mereka lebih mampu berkonsentrasi, lebih kreatif, dan lebih tekun ketika sudah masanya bersekolah.

Sementara yang tidak akrab dengan mainan edukatif biasanya akan lebih tertinggal dalam masalah intelektual. Oleh karena itu untuk mencapai hasil pembelajaran dan pendidikan anak usia dini yang maksimal dan optimal harus didukung oleh beberapa aspek teknis dan non-teknis di antaranya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, khususnya alat permainan edukatif (APE) yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak. Hal ini merupakan motivasi penulis untuk meneliti seperti apa pengaruh alat permainan edukatif dalam mengembangkan motorik halus anak, dilihat juga dari kondisi pendidikan di lapangan bahwa alat permainan edukatif jarang digunakan untuk mengembangkan motorik halus anak. Sejalan dengan tuntutan orang tua yang mengutamakan keberhasilan akademik pada anak, sehingga perkembangan motorik halus dianggap kurang penting. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh alat permainan edukatif dalam mengembangkan motorik halus anak atau tidak. Penelitian yang akan dilakuan ini berjudul Pengaruh Alat Permainan Edukatif Dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Katolik Assisi. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di identifikasi masalahmasalah pada suatu penelitian. Agar dengan masalah yang jelas akan menjadikan penelitian semakin terarah. Ada beberapa masalah yang dapat di identifikasi,

maslah tersebut ialah: 1. Tuntutan orang tua yang lebih mengutamakan keberhasilan akademik anak 2. Kurangnya keterampilan motorik halus anak 3. Guru kurang menggunakan alat permainan edukatif dalam mengembangkan motorik halus anak. 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, sebenarnya masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses belajar mengajar. Namun berdasarkan waktu, keterbatasan kemampuan peneliti maka peneliti membatasi masalah penelitian ini pada pengaruh alat permainan edukatif dalam mengembangkan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Katolik Assisi Medan. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Adakah pengaruh yang signifikan dari alat permainan edukatif dalam mengembangkan motorik halus anak usia 5 6 tahun di TK Katholik Assisi Medan? 2. Seberapa besar pengaruh alat permainan edukatif dalam mengembangkan motorik halus anak usia 5 6 tahun di TK Katholik Assisi Medan?

1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh yang signifikan dari alat permainan edukatif dalam mengembangkan motorik halus anak usia 5 6 tahun di TK Katholik Assisi Medan 2. Mengetahui besarnya pengaruh alat permainan edukatif dalam mengembangkan motorik halus anak usia 5 6 tahun di TK Katholik Assisi Medan. 1.6. Manfaat Penelitian Bahwa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis Hasil ini diharapkan dapat memberi sumbangan untuk pengembangan ilmu pendidikan anak usia dini kaitannya dengan alat permainan edukatif dalam mengembangkan motorik halus anak. b. Manfaat Praktis - Bagi anak, dapat meningkatkan perkembangan motorik halus ank usia dini - Bagi guru, dapat membantu guru untuk menentukan alat permainan edukatif yang dapat meningkatkan perkembangan anak didiknya. - Bagi orang tua, dapat menambah pengetahuan orang tua terkait pemanfaatan alat permainan edukatif dalam menggembangkan motorik halus anak. - Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu berusaha untuk bekerja sama dengan guru kelas untuk memperbaiki permasalahan dalam pengembangan motorik halus anak usia dini.

- Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi peneliti berikutnya yang melakukan penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini.